Tuesday, February 05, 2008

Laron

Semalam aku berdiri di ambang pintu. Hujan baru reda menyisakan rinai dingin. Tiba-tiba ada kerjap kecil dari ujung jalan.

Seperti bunga terbang dengan getaran ringkih melayang. Tepat di ujung fokus mataku, di tepi binar lampu. Kecil, seperti menjalani upacara tertentu mengitari lampu beberapa kali.
Lalu mukjijat terjadi. Laron kedua, keempat, kedelapan, keenambelas, ketigapuluh dua, keenampuluhempat, keseratusduapuluhdelapan, terus berlipat-lipat seperti dilemparkan dari tanah. Membentuk barisan tak teratur dalam ruang pandangan cahaya. Berkelip, berputar. Sebuah irama berbunyi tanpa genderang. Lembut menggesek udara. Penuh tarian melayang. Ahai......
Tari serimpi secepatnya berubah menjadi tari poco-poco dan bergerak menjadi tari runi yang sebentar kemudian jadi breakdance acak. Beberapa sudah saling tabrak. Lalu secara rutin tabrakan menjadi ritme keindahan. Tabrakan yang ngilu karena meruntuhkan satu atau dua sayap, dan puluhan laron terjun anggun, seperti taburan bunga di makam.
Puluhan bertambah, lebih dari puluhan tertabur. Di tanah menjadi ritual lain. Tubuh telanjang tanpa sayap, kehilangan rupa, berendeng solidaritas. Saling mencari dan kemudian bersama melanjutkan perjalanan ngeri. Sebagian besar mati.
Hanya satu dua hidup berdikari, mendirikan istana baru. Bukan lagi sebagai laron. Tapi menjadi ratu penerus generasi.
Hidup hanya beberapa detik, beberapa menit.

Selebihnya aku tutup pintu, meringkuk di bawah sarung, dan tidur.

3 comments:

  1. Saya mencoba menjejakkan kaki di sini, semoga bukan hanya berkas tapak yang hanya pertanda pernah singgah, semoga menjadi keseharian atas kerinduan kata yang mengalir disini.

    salam kenal di dunia penuh warna, menjalin jejaring laba-laba, semoga bisa di tuai, sekarang, nanti dan jiga kita begitu raouh akan keegoisan ...

    ReplyDelete
  2. Hai, sesama orang Sumatera saling berkunjung nih. Tapi koq ga ada shoutbox sih? Kan susah jadinya kalo mo ninggalian jejak.

    ReplyDelete
  3. Terimakasih Abah, Ecko. Mohon maklum, gaptek! Jadi tidak tahu bagaimana mengembangkan layanan blog gratis di luar yang sudah ada. Bisanya cuma menikmati. Mau ngajarin?

    ReplyDelete