Thursday, February 28, 2008

Cimit

Anak-anak yang bermain petak umpet tiba-tiba diiterupsi seorang anak. "Cimit, cimit! Dia curang. Tidak boleh itu!" Permainan pun terhenti beberapa saat. Perbincangan yang gaduh membahas seberapa besar kecurangan itu terjadi dan seberapa pantas dimaafkan. Setelah itu mereka kembali melanjutkan permainan dengan lebih enak karena masing-masing tahu aturan main yang harus dijalankan.
Cimit atau dulu jaman kecilku istilah yang dipakai jim, adalah break sebentar di tengah permainan. Boleh diminta oleh peserta permainan itu. Biasanya karena alasan mau interupsi seperti anak di atas tadi, atau ada yang karena pengin pipis, dipanggil tiba-tiba oleh orang tuanya, atau alasan yang nakal, ingin curang. Tapi permainan belum berhenti karena jim atau cimit.
Sekarang setelah dewasa, mungkin gak aku cimit ketika melihat kecurangan? Aku juga seorang pemain di kehidupan ini kan? Cimit yang diakui dan kemudian semua bisa menjadi lebih enak karena tidak dirugikan atau merugikan orang lain.
Atau boleh tidak aku cimit karena kakiku berdarah terlalu banyak lari di atas kerikil? Bukan mau berhenti dari permainan tapi hanya ingin istirahat sebentar di tengah permainan untuk melanjutkannya lagi nanti.
Kalau aku ingin cimit entah dari permainan apapun, apakah ada yang bisa memahaminya?

No comments:

Post a Comment