Monday, November 05, 2007

malam takbir

Ingat bagaimana aku menghabiskan malam takbiran. Malam takbir tahun ini dengan terpaksa aku ngadain rapat sama Tim Kerja Nuntius. Tidak ada waktu lain setelah itu untuk ngumpul bersama karena agenda lebaran dll masing-masing pribadi. Rapatnya sendiri tidak ada masalah, ok diadakan pada persis malam takbiran. Ruangan AC Nuntius membungkus diri. Selesai jam 21.00 tet.
Dengan Mio-ku aku keluar kantor dengan kelegaan. Tidak lama, rasa lega karena beresnya satu agenda kerja berganti dengan kaget melihat jalan Sudirman, penuh sesak dengan motor dan truk yang penuh orang, hingar bingar. Astaga, aku lupa sama sekali kalau setiap malam takbir orang-orang akan keluar rumah untuk meneriakkan gema kemenangan.
Rasa capek sudah menggeliat di badanku karena dari jam 7 pagi aku belum pulang bahkan belum istirahat, ngejar deadline Nuntius ditambah rapat yang berat karena banyak PR belum tergarap. Tanganku kaku di setir Mio. Tidak bisa jalan. Merayap, sangat padat, bahkan berhenti dan sangat bising. Truk-truk penuh orang membawa tambur, bedug dan pengeras suara. Paduan suara Allahuakbar dari ujung ke ujung. Beberapa truk nekat membawa tape rekorder dengan musik-musik islami di setel kenceng. Aku merasa seperti kesasar di tempat asing. Bukan di Indonesia, bukan di Lampung bahkan juga bukan di Jalan Sudirman.
Rasa jengkelku aku tekan sekuatnya. Rencana untuk cari jalan alternatif aku tekan. Biarlah aku nikmati suasana ini. Dan rupanya jalur pulangku persis merupakan jalur yang dipakai oleh 'para pemenang' itu untuk berparade. Polisi-polisi memasang tali pembatas di tiap persimpangan sehingga konvoi itu lurus melewati Sudirman, Kartini, Teuku Umar, Pagar Alam tidak bisa belok kemana-mana. Belokan tunggal di Ki Maja, jalan dua jalur yang longgar menuju GOR Way Halim.
Aku terjebak dalam arak-arakan ini lebih dari satu jam! Satu jam lebih terlempar di negeri antah berantah yang aneh. Lebih aneh ketika gema Allahuakbar lambat laun menghilang diganti teriakan dan suara lain yang entah apa. Bedug dan tambur hilang di ganti bunyi petasan dan kembang api. Jilbab dan surban diganti pasangan-pasangan 'mumpung boleh keluar malam' berangkulan di sepeda motor. Gema kemenangan diganti teriakan umpatan karena badan atau kendaraan saling menyenggol. Dan lampu mati (PLN nakal lagi main-main). Aku terbawa arus ini dengan dandanan paling lengkap. Berjaket helm sarung tangan sepatu. Tidak mengerti mengapa aku ada di situ.

1 comment:

  1. salam kenal. saya udo z. karzi, pemilik blog ulun lampung. saya bisa dihubungi via email: udozkarzi@yahoo.com HP: 0815-40090094

    ReplyDelete