Tiap bulan selalu ada saat dimana benang kusut yang besar ada di depan hidungku. Baunya bisa bermacam-macam. Yang jelas akan mengentak adrenalin dan mencipta mimpi-mimpi yang melelahkan. Dari pengalaman, selalu benang kusut itu akan dapat terurai. Dengan syarat mau mengurainya sedikit demi sedikit dengan telaten. Dan akan selalu ada benang kusut baru ketika benang yang lama sudah indah tergulung.
Akhir-akhir ini aku justru menikmati adanya benang kusut. Bahkan jika tidak kutemukan di ruang-ruang yang biasa aku tandangi, aku akan menyempatkan diri mengembara di ruang-ruang lain yang belum terjamah sehingga aku menemukan benang-benang aneka rupa yang bisa aku urai.
Kepuasan bukan hanya pada saat gulungan-gulungan tercipta. Kepuasan muncul saat tanganku menarik atau mengulur benang. Kadang-kadang ada simpul yang membutuhkan waktu lama untuk mengurainya. Biasanya akan ada seseorang yang ikut membantu dengan sukarela atau terpaksa, menyumbangkan tangan atau jarumnya. Kadang hanya sendirian aku bersimbahpeluh, karena bagi orang lain benang kusut yang sedang aku urai ini hanya buang-buang waktu.
Sesekali memang aku akan ambil jalan pintas. Memotong simpul dengan gunting yang ada di laci hatiku, lalu membuat simpul baru untuk menyambung benang. Harus dilakukan dengan hati-hati, supaya darah tidak menyembur dari benang maupun dari jariku. (Ini rahasia kita, kadang benang-benang punya darah di dalam selnya.) Memotong simpul lalu menyambung lagi selalu menimbulkan bekas, jadi ini langkah yang paling terpaksa.
Tentu saja akan sangat puas jika gulungan benang warna-warni bisa terbuat. Aku tersenyum lega di akhir tugas itu. Biasanya aku juga selalu tertarik memainkannya di tanganku, melempar dan mengelindingkannya ke mana aku ingin. Akan ada benang kusut lagi pada gulungan yang sama.
Ini biasa terjadi.
No comments:
Post a Comment