Jaman hidup masih sendiri, di kamar kost, di kamar rumah Gringging atau dimana saja, bangun siang adalah kenikmatan. Molet panjang sambil tetap berbaring bermalasan. Jam 8, 9, 10 atau bahkan lebih tetaplah jam bangun pagi. Walau matahari sudah penuh panas di atas kepala. Selebihnya lapar dominan akan mengusik untuk jalan ke dapur, kamar mandi lalu bergegas ke warung, atau justru duduk ngelosor di ruang tamu membaca koran. Yang terakhir ini pasti terjadi jika rupanya isi dompet tidak memungkinkan. Baca koran kan bisa kenyang perut (atau mual hingga gak nafsu makan), khususe halaman 3 dan seterusnya (yang isi kriminal!)
Nah ketika sekarang ini bangun kesiangan, amboi! Mesti cepat meloncat, mandi (jika suami tersayang sudah masak nasi. Jika belum ya masak nasi secepat kilat, baru mandi), teriak sana-sini supaya Abet bangun. (Bapake yang mandiin dan nyiapin baju) Cepat membuat susu untuk anak-anak, sesegera mungkin menyiapkan semua untuk berangkat. Lalu ngebut nganter Abet ke sekolah. Pasti macet. Usai cium pipi kanan kiri, salaman, dan Abet lari ke halaman dalam sekolah, aku langsung memutar motor. Terlambat dikit, satpam akan menutup gerbang depan sehingga motor harus lewat jalan di samping gerbang, yang susah bagiku karena naik, berbelok dan sempit. Akan kena macet lagi, tapi begitu sampe di kantor, jam 7, semua akan luruh. Akan lapar tapi akan sangat tenang. Dan di depan komputer aku bisa sarapan. Sarapan sungguhan sambil makan lontong sayur, uduk atau apa saja yang bisa dimakan. Bisa juga sarapan tidak sungguhan melalap segala surat email dan berita di mirifica, detik, kompas atau mana saja. Sambil nunggu jam minum 10.00 untuk nebeng nyomot snack di sekretariat keuskupan.
No comments:
Post a Comment