Tanggal 12 Mei lalu, hari Sabtu, aku dan Hendro mendapatkan kesempatan langka. Berbicara di depan 31 pasang peserta kursus persiapan perkawinan Katolik. Untuk pertama kalinya kami melakukannya dengan sebuah tema yang khusus, yaitu Komunikasi Pasangan Suami Istri. Berat. Sungguh berat, karena kami bukanlah pasangan yang sudah sempurna dalam berkomunikasi satu sama lain. Aku sering ngomong tentang komunikasi tapi untuk orang muda atau tema jurnalistik, tidak pernah tentang perkawinan artinya tentang kami sendiri. Terlebih Hendro, tidak pernah dia ngomong tentang komunikasi. Tapi okey juga tawaran itu.
Kami lalu membuat sebuah tulisan berdasarkan bukunya Gilarso. Lalu membuat simulasi sederhana,"Kami ingin mengajak anda sekalian untuk pacaran. Pacaran rame-rame. Jadi duduklah mepet satu sama lain." Lalu masing-masing kami pandu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang aku rasakan, apa yang aku senangi dari pasangan, jika ada yang tidak aku senangi aku akan bagaimana dan jika dariku ada yang tidak disenanginya, aku berharap dia bagaimana. Pasangan-pasangan muda itu lalu kami ajak untuk berpegangan tangan, saling menatap, saling menyalurkan kasih, dan mensharingkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.
Baru kemudian kami bergantian mempresentasikan tulisan dan diselipi cerita keseharian kami, mulai dari awal pernikahan hingga kini punya dua anak. Ah, lega ketika 1,5 jam selesai. Bahkan kami punya penutup tak terduga, untuk tarik kesimpulan. Albert dan Bernard tiba-tiba masuk ke dalam ruangan (sebelumnya mereka ditemani si Reni main di luar), yach anak-anak itu lalu maju begitu saja sambil panggil ibu, bapak dan nemplok di antara kami berdua. Seluruh pasangan itu tentu saja melihatnya dan itulah bayangan bagi mereka, yang akan mereka jalani nanti setelah pernikahan.
Malamnya, kami saling bicara, dan rupanya moment ini membuahkan banyak hal bagi kami berdua. Banyak yang kami pelajari dari peristiwa itu. Hendro, yang hampir tidak pernah bicara di depan umum selain omong tentang listrik, maintenance, keselamatan kerja, dll., merasa terpesona dengan pengalaman itu. "Jika diundang lagi, atau bahkan jadi pembicara tetap, mau aku!" Hahaha...ketagihan dia.
No comments:
Post a Comment