Ketua LHHH menyerahkan buku-buku untuk taman baca Beddu |
Untuk menuju lokasi parkir sebelum start jalan, kita masuk ke daerah pesisir Lampung Selatan setelah Tarahan. Aku langsung semangat melihat laut. Agak ruwet jalan masuknya tapi akhirnya kami sampai di lokasi, di sebuah kampung yang kalau melihat rumah-rumah penduduknya lumayan bagus.
"Ibu melihat rumah-rumahnya bagus, tapi ada keprihatinan paling besar di sini. Pendidikan sangat minim." Ujar Beddu, salah satu pemuda setempat yang mengelola rumah baca di daerah itu. Beddu merasa bersyukur karena dia mendapatkan kesempatan untuk kuliah di Bandarlampung. Dia ingin mengangkat martabat anak-anak di daerahnya dengan mengelola taman baca dan menemani anak-anak belajar di taman baca tersebut.
LHHH sudah menyiapkan buku-buku bacaan dan pelajaran dari stok yang dimiliki masing-masing. Buku-buku itu diserahkan kepada Beddu sebelum acara jalan dan lari berlangsung. Semua peserta mengunjungi taman baca Beddu yang terletak di depan rumahnya. Taman baca itu sederhana, terdiri sebuah pendopo beratapp dengan dinding setengah tertutup.
"Du, kau mesti tutup taman baca itu biar buku-buku tidak rusak oleh angin, panas dan hujan." Kataku pada Beddu usai hash sambil makan di bawah pohon.
Beddu setuju dengan usulku karena dia pun sudah memikirkannya. Hanya saja dia tak punya biaya cukup untuk memperbaiki taman baca itu. "Untuk sementara sih mungkin akan saya tutup dengan terpal bekas banner."
Aku langsung neriakin beberapa orang yang ada di sekitar situ siapa yang membaca banner bekas dan bisa direlakan untuk taman baca Beddu. Beberapa orang yang memilikinya langsung menurunkan banner-banner bekas dan diserahkan ke Beddu.
Aku menjanjikan ke Beddu untuk datang pada kesempatan lain. Tidak untuk jalan hash tapi untuk mengajar anak-anak di taman bacanya. "Aku mau latih siapa yang mau menulis puisi dan cerita." Beddu menanggapinya dengan antusias. Sip.
No comments:
Post a Comment