Thursday, November 05, 2020

LHHH (6): Campang Raya untuk Olah Raga

Hash kali ini ke daerah  perbukitan Campang Raya, Minggu 18 Oktober 2020. Bayanganku tentang daerah Campang adalah kering, gersang, tak ada yang menarik, penambangan pasir dan batu. Kayaknya kok tak ada indah-indahnya tempat ini. Hehehe... tapi jangan salah. Setelah kami sampai di tempat parkir, salah satu villa penggiat LHHH, pandangan itu sudah langsung berubah. Area yang luas ditanami dengan aneka pohon buah, dan tampak hijau.

Perjalanan dimulai setelah foto bersama secepat kilat. Protokol kesehatan mesti tetep diterapkan. Jangan sampai berdekatan terlalu lama, tapi foto bersama itu berguna untuk para sponsor yang mendukung kegiatan ini dan juga untuk catatan ingatan tentang kegiatan rutin ini. Usai itu langsung ... on... on...


Aku dan Mas Hen jalan dengan cepat mengikuti jejak eh tidak ding, mengikuti orang yang sudah berjalan duluan. Sesekali diselingi dengan lari kecil. Namun tak lama, energiku sungguh beda dengan master-master hash seperti ko Heri dkk, jadi segera saja aku tertinggal.

Di satu persimpangan, setelah tanjakan pertama yang cukup membuat tubuh memeras keringat, aku ambil rute pintas.

"Nanti akan ketemu di tempat yang sama, kalau terus tanjakan terjal tapi pemandangan indah dari atas. Kalau lewat ke kiri sini lebih landai." Jelas Pak Taslim.

Mas Hen memutuskan mengikuti jalur nanjak, aku ikut Pak Taslim jalan yang landai. Jalan dengan santai sambil menikmati udara Campang yang rupanya ada juga yang segitu segar dan indahnya. Di ujung jalan, ada persimpangan lain.

"Kalau mau langsung balik ke base awal, bisa lurus sini. Sudah dekat. Kalau mau mengikuti jalur lewat ke kiri."


Aku lihat ke kiri rute itu menaiki bukit kedua. Aku pilih situ tapi menunggu Mas Hen dulu dan memastikan kami bersama lagi.

Jalan nanjak dan sampai di puncak yang ada rumah pondok dengan pohon kelapa yang siap dipanen degannya. Hehehe... Entah ide siapa yang pertama, pokoknya aku menikmat satu degan yang segar sebelum melanjutkan langkah.

Kukira kami akan melalui jalan yang turun dan landai saja setelah itu. Dan memang demikian, tapi banyak sekali yang terlalu curam sehingga di beberapa tempat aku mesti ngesot karena nggak percaya diri kalau jalan biasa. Untung saja Mas Hen cukup sabar menemani jadi aku terus menikmati hingga finis.


Di bagian akhir selalu menarik, mendengarkan cerita dari para senior, belajar banyak hal, sambil menikmati santapan ringan atau berat yang disediakan. Keringat yang mengucur menjadi bagian dari olah raga yang menarik ini, tapi pengalaman yang mengalir dari perbincangan adalah hal yang paling mengasyikkan.

No comments:

Post a Comment