Friday, November 06, 2020

Isolasi Mandiri Karena Rapid Test Reaktif?

Hari ini hari ke-11 aku menjalani isolasi mandiri di rumah. Gara-garanya: Rapid Test Reaktif. Hohohoooo... Sebenar-benarnya aku memahami beberapa hal terkait hal ini:

1. Bahwa hasil rapid test reaktif belum menunjukkan apakah positif atau negatif Covid. Tingkat akurasinya rendah. Apalagi aku tak menunjukkan gejala apa pun. Aku merasa sehat walafiat tak ada keluhan apa pun di tubuhku.

2. Kalau rapid test hasilnya reaktif, maka harus diikuti dengan tes swab PCR untuk memastikan apakah terpapar Covid atau tidak.

3. Entah terpapar atau tidak, kalau rapid test reaktif maka harus isolasi mandiri 10 - 14 hari.

Sebegitu pun aku panik juga menerima kabar hasil test reaktif itu. Maka beberapa hal kulakukan dengan setengah shock:

1. Langsung cari info untuk menjadwalkan rapid test bagi semua warga rumah. Tak ada protes pokoke secepat mungkin para cowok di rumah langsung rapid test keesokan harinya. Semuanya non reaktif, puji Tuhan, nyicil lega. 

2.Pun demikian langsung memisahkan diri mengambil jarak dari semua warga rumah. Kamar mandi terpisah, alat dan tempat makan terpisah, selalu pakai masker walau di dalam rumah.

3. Meminta suami dengan paksa untuk membeli beberapa alat penopang, yaitu: termometer (cek suhu setiap hari, hasilnya normal 35 - 36 derajat celcius.), multivitamin, susu, buah, roti dan makanan-makanan enak.

4. Cari info tentang tes swab. Payahnya, tes ini baru bisa dilakukan seminggu setelah rapid test. Ampun. 

Apa yang dilakukan setelah swab dijadwalkan? Aku langsung browsing tentang prosedur swab. Ngeri mbayangin hidung dan mulut dicolok benda asing. Tips supaya hal itu tidak menyakitkan: tengadah sehingga petugas mudah menjangkau bagian dalam hidung dan mulut, menutup mata, dan menahan nafas saat hal itu dilakukan. Paling hanya  maksimal 5 detik kok dalam setiap korek hidung dan mulut.

Kata orang-orang prosesnya sakit. Ahhh, tidak. Hanya tidak nyaman, geli dan kayak pengin muntah. Usai itu udah, diam sebentar untuk netralin diri. Jangan lupa kalau pas swab bawa saputangan atau tisu karena pasti mata langsung berair apalagi pas dicolok hidungnya. Ya kayak kalau kecolok aroma cabai atau bawang itu kan kita juga langsung nangis to.

Swab kulakukan di RSU Abdul Muluk, sebanyak 2 kali. Kali pertama negatif, lalu diulang swab kedua untuk meyakinkan, dan hasilnya negatif juga. Oleh suster yang menjadi tempat konsultasiku, aku masih diminta untuk melanjutkan isolasi mandiri sampai 14 hari, tapi semua terasa lebih enteng. Kayak keluar dari penjara, legaaa... Dan wanti-wanti utama: Tetap melakukan protokol kesehatan Covid walau sudah dinyatakan negatif. Nah, gitu.


No comments:

Post a Comment