Hari keempat aku bersama rombongan berkunjung ke pertanian di Jaybanga, sekitar 1 jam perjalanan dari Lagdlarin menggunakan jeepney, kendaraan andalan di Piliphina. Desa yang indah, tapi membuatku gundah. Perjalanan yang cukup berat membuatku berpikir bagaimana penduduk desa mengakses pendidikan, kesehatan atau kebutuhan lain. Lalu semakin sedih ketika tahu mereka sudah kehilangan tanah-tanah mereka berpindah ke pemilik uang. Duh.
Padahal ini tempat yang luar biasa indah. Lihatlah, bahkan aku menjelma bidadari dalam lingkungan surga seperti ini. Sangat cantik, segar. Apalagi dijamu oleh para ibu petani di sana dengan semangkuk bubur beras yang manis. Aku tidak sempat sarapan di rumah Ate Nimpa karena buru-buru dan harus packing n pamitan.
Membayangkan beberapa tahun lagi tanah-tanah ini berubah rupa membuatku sangat sedih.
Nah, perjalanan terakhir hari ini adalah ke mercusuar Malabrigo dan berbincang dengan komunitas petani dan nelayan di Balibago. Aku tidak terlalu menikmati bagian ini karena tidak seperti berkunjung ke komunitas tapi seperti rapat. Harusnya akan lebih menarik jika kami mengunjungi rumah mereka, berbincang di ruang tamu atau teras mereka, dan minum teh bersama mereka. Tapi ya sudahlah.
Hari ini adalah hari terakhir menikmati Lobo. Sore kami kembali ke Manila menembus jalan berliku dan kemacetan kota pada bagian akhirnya. Tidak kembali ke Hotel Syalom tapi kami akan menginap di Pope Pius XII Catholic Center, penginapan milik Gereja Katolik di pusat kota untuk melanjutkan pertemuan. Ohya, hari ini 14 Pebruari 2017 adalah hari valentine yang terlewatkan. I love you.
No comments:
Post a Comment