Hari kedua di Manila, aku mesti bangun pagi-pagi sekali. Jam 6 perjalanan ke Lobo, propinsi Batangas akan dimulai. Menggunakan bis besar, peserta eksposure sekitar 25-an orang akan menikmati daerah pantai yang menjadi bagian dari cara mengenal Piliphina lebih lanjut. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 3 jam, berhenti untuk kencing di toilet umum (jelas lebih ok toilet-toilet di stasiun-stasiun di Indonesia yang sekarang ini wangi), mengunjungi Fr. Jojo di paroki Michael Angelo lalu makan siang bersama umatnya di pinggir pantai sambil mendengarkan pengenalan tentang daerah yang akan kami kunjungi.
Seluruh peserta dibagi dalam 3 kelompok. Aku kebagian kelompok Lagadlarin, sebuah komunitas nelayan di daerah pesisir. Sebelum ke rumah tempat tinggal, kami berkunjung ke Lagadlarin Mangrove Forest untuk menanam bibit mangrove di daerah itu. Aku menanam dua bayi yang kutiup-tiup dengan doa supaya mereka tumbuh sehat. Hehehe.
Usai menanam mangrove, kami sekelompok menikmati pantai mereka yang bau ikan tapi super bersih. Huwaa... rasanya aku bakal kerasan banget di kampung ini. Sukaaa.... indah banget.
Rumah yang aku tempati adalah rumah keluarga Nimpa. Rumah yang untuk ukuran kampung ini sangat lumayan, dengan jamuan makan yang lezat, tak beda jauh dengan makanan orang Indonesia. Aku sungguh-sungguh tak bermasalah beradaptasi dengan mereka. Apalagi di antara orang-orang yang datang ke rumah itu, ada si Ariyana, gadis manis usia 14 tahun yang berani yang bercerita tentang mimpinya, tentang kesedihannya karena tambang, tentang keraguannya apakah nanti bisa menggapai cita-citanya jadi dokter karena dia tahu orang tuanya tak punya uang, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment