Saturday, December 07, 2013

LEKAT

Ini terlalu mudah, sayang.
(Aku mengatakan untuk menghiburmu,
juga untuk menghiburku.)
Tak perlu dicatat,
tak perlu dikerat.

"Aku mau semangkuk kaldu." Suaramu mirip rayu.
(Kau telah memintaku menggeser pintu,
menyodorkan mangkuk porselen Tiongkok berhias biru kobalt,
mangkuk kuat, dalam denting renyah yang separoh berisi kuah.)

Tunggu sebentar, sayang.
(Terpaksa kukatakan ketika tanganmu terlalu cekatan,
menarik grendel hingga menguakkan udara pejal
serba tergesa.)

Tunggu, pakai kasutmu!
Tak usah diikat,
tak usah dibebat.

"Aku mau tanpa cendawan." Kali ini suaramu tanpa tawa.
(Tanganmu di atas tanganku mencabut benih-benih jamur tiram putih,
serupa batang liat, dengan akar kenyal bertumpu petang,
yang selalu rawan.)

Air telah mendidihkan belulang, sayang.
Pilihannya adalah mendekat,
melangkah tanpa syarat.

"Aku mau..." Hanya bisikan yang nyaris tak terdengar.
(Tapi tak seorangpun akan menolaknya sebagai puisi atau prosa
sesaat, untuk tanpa ragu di sepanjang hayat.)

No comments:

Post a Comment