Tuesday, December 17, 2013

Conspiracy (12) Tamat

Kisah sebelumnya.

Sebisa mungkin aku menahan kantukku. Heart berayun-ayun dalam tubuhnya yang tambun. Tangannya kini tak lagi memijitku, tapi mengurai rambutku, memainkannya, sembari matanya terpejam.
"Heart, bisakah aku melupakan Dew? Apakah menurutmu aku bisa melakukannya?"
Prince of Heart yang biasa lentur berayun luwes gemulai, spontan tegak dalam gerak kaku. Tangannya ditarik dengan cepat dari rambutku sehingga aku terpekik karena beberapa rambutku tercabut olehnya. Tapi aku segera melupakannya dan tak peduli ketika Heart menunduk hormat beberapa kali untuk meminta maaf.
"Bisakah, Heart sayang?"
Heart memandangku tak percaya.
"Lady, apakah Lady akan menyerah?"
"Tidak."
Aku menggeleng-geleng sembari mencoba merangkul badannya yang mulai hangat. "Heart, kau tahu aku bukan orang yang mudah menyerah."
Sekarang dia yang menggeleng-geleng, dengan wajah yang sulit diduga antara gembira atau berduka.
"Kau tak akan berhasil, Lady. Dew telah merasuk seluruh tubuhmu, mana mungkin kau berniat melupakannya. Kau tak akan berhasil."
"Minimal, Heart, kalian akan kembali dalam harmoni. Aku capek melihat kalian selalu bertengkar. Brain semakin tua akhir-akhir ini, dan kau terus mengoloknya. Juga lihat Eyes yang sudah bengkak matanya, Noses yang tak henti-hentinya kena flu, Mouth yang semakin tajam suaranya, Ears yang semakin menjuntai dan Skins, ah Skins sungguh kasihan selalu menjadi tumbal, merana."
Heart terdiam. Pandangannya menjauh dari istana, menangkap dua pasang kutilang di pohon Gayam, dekat mata air taman.
"Memang, Lady. Kami pun capek."
"Sekarang bergegaslah, Heart. Panggil Brain segera, apapun yang dia lakukan, suruh berhenti dan kesini. Aku akan mengatakan supaya upaya pencarian Dew dihentikan. Kalau dia kembali, aku akan mendapatkan kegembiraanku yang utuh. Jika dia memang akan terus pergi, paling tidak kalian bala tentaraku, hidup damai dalam harmoni."
Heart beranjak dari sisiku, berjalan pergi. Air mataku menitik dalam rintik yang tak terukur. Aku memandang kepergian Heart dengan kedukaan dan kesepian. Tapi tak ada gerak yang kuperlukan.
Lamat-lamat dalam pendengaran semu, dan khayalan maya datang berwarna, aku merasakan langkah Dew di halaman luar, selangkah-selangkah menuju pintuku, terus...tanpa batas waktu, entah, ...kapan dia akan sampai. (Tamat)

No comments:

Post a Comment