Di usia nafas hampir 40 putaran bumi pada matahari
aku harus mengaku jujur pada kalian para dokter
dengan demikian kalian akan berhenti membedahku.
Bukan otakku miring letaknya menelorkan kekacauan
pikir selaksa Limbuk memakai topeng Azar Nafisi
menyamar rabiah tanpa cadar tanpa terompah.
Bukan mataku juling pura-pura tidak memandang
ada gunung dan pasir di kanan kiri tubuhku yang tambun
merem malas menangkap pantulan cahaya kenyataan.
Hanya teleskopku sendiri yang bisa menampakkan
rupa Nagagini dalam rongga perut di bawah pusar
tengah memperluas jaringan meristem di titik tumbuh.
Pinjami aku waktu untuk menggunakan pisau-pisau itu
Nagagini akan terus bergerak mencari Ulo Tamparnya.
kecuali aku memotong ranting pohon lambang sari.
Demikian aku akan mencegah kutuk pada kesetiaan
jangan sampai kisah pasangan cecak dan domba terulang
hingga jaman harus menyalakan kembali api bakar diri.
No comments:
Post a Comment