Aku pernah menulis tentang bunuh diri pada 28 Maret 2011 (klik sini). Tulisan bisa kuselesaikan dalam hitungan menit, tapi pengolahan batinku belum selesai juga hingga kini. Aku masih menyesalinya sampai terjadi pada orang yang kukenal.
Kemarin aku mendengar lagi seorang teman melakukan hal bodoh ini. Aduh. Spontan kepalaku berdenyut-denyut. Aku berharap kabar itu salah, tapi tidak, kabar itu benar.
Baiklah, semua orang pasti akan mati. Tidak ada seorang pun yang bisa luput dari peristiwa ini kecuali jiwa-jiwa yang belum dilahirkan. Tapi, please, jangan pernah menentukan sendiri hari kematian itu termasuk caranya. Untuk urusan ini, sudahlah, manut saja pada Yang Pencipta. Dia punya cara untuk memutus hubungan jiwa dan raga seseorang yang sudah diciptakan.
Kehidupan adalah kesempatan berada dalam kelas-kelas belajar. Kalaupun mau ngendog, tidak naik kelas berkali-kali, ya biar saja. Sang Guru akan tetap hadir di kelas manapun. Jadi, nikmati kesempatan pembelajaran ini. Biarlah jiwa kita digosok hingga suci dan benar-benar pantas bersatu lagi dengan Sumber Cahaya ya Maha Jiwa. Oh, jangan pernah memutus hubungan denganNya.
Tak lagi ada yang bisa dilakukan ketika kita tak bisa menggerakkan badan, memutar otak atau memakai hati seperti saat kematian itu tiba. Saat hidup singkat ini, pilihan yang bisa diambil adalah menggunakannya sepenuh daya. Mari menghargai kehidupan.
(Dalam sedih aku berdoa untuk Ipung. "Sang Kasih, maklumilah jiwanya, kasihanilah dia, terimalah dia dalam kerahimanMu."
No comments:
Post a Comment