Saturday, April 06, 2013

Banjir di Belakang Rumah

tangis tertanam pada hujan 
akarnya tumbuh di tiap rintik
helai daunnya bertunas duka
setia menolak ikatan kaca
memilih tetap jadi tampias
di kusen mata ibu muda

dendangnya jerit tidak terima
berkabar kehilangan atap dapur
"saat kumasak makan malam
api padam terselimuti basah
dan perut masih mendamba bubur"

mengurangi air merendam tungkai
dengan gayung dia membuang sawan
dijejalkan puting pada bayi kesayangan
raungan laju tak berhenti kelaparan
bukan susu tapi air mata dan keluhan
yang tersaji dari tubuh terkulai


tangannya gemetar menahan air
mengkhayal kisah bernada gembira
biar saja kembali dilanda banjir
ibu muda berharap mimpi tajir
dan mengganti atap rumahnya

malam sabar mengunyah pekat
biarpun dia sudah bosan 
pada hujan penumbuh tangisan
"tapi aku tak mau mengungsi"
pipinya menempel di kaca
mengumpulkan tampias hujan

yang terus disesali
dia telah menyusukan duka
pada bayi-bayinya

No comments:

Post a Comment