pagiku bersenandung segala nyanyi
melompat diangkat para dikini
berselimut energi
hingga ketukan di tepi mata
memintaku duduk paksa
"betapa aku cintainya. dimana?"
aku menggeleng tak tahu
wajahnya kecewa sendu
mata mengalirkan sungai debu
deras sekuat gelengan kepalaku
kibasan tangan meruntuhkan ragaku
juga semua lagu
para dikini membantu
yang butuh dibantu
bukan aku,
si kikir berhati batu!
No comments:
Post a Comment