Saturday, February 07, 2009

Duduk

Betapa inginnya aku duduk di sebelahmu. Sebentar saja... Untuk menyakinkan bahwa memang ada sesuatu antara aku dan kamu. Bahwa memang aku bisa sejajar setara denganmu. Bahwa memang aku bisa dekat denganmu.

Betapa inginnya aku duduk di sebelahmu. Sebentar saja...

Tapi setiap kali, aku hanya menelan ludah. Kamu selalu duduk di bagianmu sendiri. Kursi yang tak kan mungkin kusanding. Bahkan aku tidak mungkin duduk sederet denganmu. Deretan tempatku duduk jauh dari tempatmu.

Aku hanya bisa memandang tengkukmu dari belakang. Karena tak mungkin aku duduk di kursi sebelahmu. Deretanku bukan pada deretan kursimu. Aku tak mungkin sejajar setara denganmu karena aku tak mungkin bisa duduk di kursi sebelahmu.

Oh, teman. Betapa inginnya aku duduk di sebelahmu. Sebentar saja...

Itu hanya mungkin jika kau menggeser tempat dudukmu. Karena aku tidak mungkin duduk di deretan tempat duduk bagianmu. Tak ada bagianku di sana.

Itu hanya mungkin jika kau mau berdiri dan berpindah duduk di sebelahku. Karena deret tempat dudukku bisa untuk siapapun, terlebih dirimu. Ada bagianmu juga di situ.

Atau kau bisa memindahkan kursimu ke deretan kursiku.

Oh, teman. Betapa inginnya aku duduk di sebelahmu. Sebentar saja...

(Dan aku bisa memandang matamu sejajar dengan mataku. Dan meletakkan bibirku pada bibirmu pada garis lurus. Dan menyatukan kembali otaku dan otakmu yang tercerai berai. Dan kita bisa saling memeluk, walau sebentar saja...)

No comments:

Post a Comment