Semangatku nyaris lenyap jika berhadapan muka dengan Nuntius. Lamat-lamat tertutup kabut. Banyak hal yang membuatku muak. Tiga tahun lebih aku terbenam dalam Nuntius. Tidak hanya luar, tapi seluruh hati dan pikiran dan hidupku. Prioritas di luar rumahku adalah untuk Nuntius. Apa yang dilakukan Nuntius padaku? Menampar hatiku senantiasa dengan sakit hati. Tidak ada senyuman penyejuk yang bisa mengembalikan luka itu. Hanya luka yang ditanamkannya. Manusia tetap begitulah aku. Bukan robot kebal segala duka. Terlebih ini manusia ringkih yang tidak akan selamanya ada. Tidak bisakah pelukan, senyuman bahkan pandangan mata sedikit saja?
Semangatku nyaris lenyap. Yang tertinggal adalah tanggungjawab. Membuatku masih bisa hidup merangkul Nuntius senantiasa. Tapi senda gurauku bukan padanya. Yang tertinggal adalah tanggungjawab. Sedang hatiku pada lembaran-lembaran calon cerita-cerita yang sekarang sudah mulai membunting dalam pikiranku, minta dilahirkan. Di sanalah senda gurauku. Saat kelahiran-kelahiran terjadi...
halo-halo... apa kabar tanggung jawab? masih 100%? Yul, slamat ya atas perkembangan2 "membunting"-mu di dunia kata-kata. Ttg cerpen pendek, yang nggak aku komentari malah yang lolos. Yo wis syukur kepada Allah. Juga yang di SH. Opo ada hubungannya dg Mega? Hehe.. Mungkin nanti akan buat puisi ttg nuntius, berjudul "menopause"? Menurutku nuntius itu pekerjaan yang baik, enak dibaca. Ini sudah aku rasa sejak di seminari garum. karena dikirim sampai ke garum segala. nggak tahunya kamu di situ. malah jadi bidan! Dan sampai sekarang performance-nya konsisten. termasuk goro-goro semar linu. menurutku lho. apa benar?
ReplyDeleteTanggungjawab 100 %, romo. Tidak akan pergi darinya apapun yang terjadi. Pokoke maju terus pantang mundur.
ReplyDeleteHehehe...aku pikir-pikir memang 'menopause' tidak buruk juga. Malah tidak repot. Sedang aku buat cerpennya sekarang ini.
Wah, mbak Mega malah kagak tahu kalau cerpenku masuk SH. Aku lagi nunggu kirimannya, karena orang SH tidak memberitahu aku pas cerpenku itu dimuat. Padahal aku ingin mengklipingnya. Jadi aku protes ke mbak Mega.
Nuntius akan terus terbit. Segala upaya akan aku lakukan. Tapi alangkah menyenangkan andai di situ ada senyum yang menyapa, ada pelukan yang menghibur...
asatu itu memang membuat semua orang dimuka bumi ini mendendam. Apa yang Sdi rasakan aku juga ikut merasakan. Ya, rasa muak jika berhadapan dengannya. Jangankan mau ngoberol, ngelihat dari kejauhan saja rasanaya mau muntah.
ReplyDeleteAh biarkan saja dia Mbak!!!
Toh nanti juga mati sendiri. Tetap semangat garap Nuntius. Kalau Mbak pergi, aku ma siapa?
Ayo semangat!!!
Kapan weekandnan lagi ni? Pulau tangkil yah?he...
Tetap semangat!!! Mana mungkin kutinggalkan Nuntius dan para sahabat di dalamnya? Tidak, kecuali dipecat atau gunung telah meletus.
ReplyDeleteOce, bentar lagi aku rancang. Pulau Tangkil, tunggu kami!!!