Semalam ndak sengaja kencan dengan Edy Murphy dalam dua filmnya, A Thousand Words dan Imagine That di Fox Movie, dan kutonton sampai selesai walau mata sudah berat. Dua film ini sama-sama menggambarkan tokoh pekerja keras yang kemudian kehilangan 'sentuhan personal' sebagai manusia.
Dalam A Thousand Words, nama tokoh Jack McCall adalah agen sastra yang bahkan tidak suka membaca, hanya menggunakan "bakat mengobrol" untuk mendapatkan berbagai kesepakatan buku, dan dia tidak takut untuk mengungkapkan kebenaran untuk mendapatkannya. Ketika dia mencoba untuk mendapatkan kesepakatan buku dari seorang guru spiritual bernama Dr. Sinja, guru tersebut melihat kebohongannya dan menyetujui kesepakatan itu, hanya untuk kemudian mengirimkan buku lima halaman. Malam itu, pohon bodhi secara ajaib muncul di halaman belakang rumahnya. Dr. Sinja pergi ke rumah Jack dan mereka berdua menemukan bahwa untuk setiap kata yang diucapkan Jack, sehelai daun akan rontok dari pohon. Ketika pohon itu kehabisan daun, pohon itu akan binasa, begitu pula Jack. Pada waktunya, dia menemukan bahwa bahkan kata-kata tertulis dan isyarat terhadap kata-kata diperhitungkan dalam batas kemampuannya; ditambah lagi apapun yang terjadi pada pohon juga akan mempengaruhi Jack. Ketika Jack mencoba menebangnya dengan kapak, luka kapak muncul padanya. Saat tupai memanjat pohon, hal itu menggelitiknya. Seluruh film itu akhirnya digunakan oleh Jack untuk menerima situasi itu, artinya menerima bahwa dia harus diam kalau mau selamat. Hal itu mengajarinya untuk menerima dirinya sendiri. Salah satunya menerima bahwa ayahnya memang pergi dan dia seharusnya memaafkannya, demi diri sendiri. Salah satu cara adalah dengan berdamai dengan semua hubungannya dengan istri, ibu dan ayah. Saat Jack mengunjungi makam ayahnya dan mengatakan memaafkan ayahnya, semua menjadi lebih baik.
Film berikutnya bejudul Imagine That. Edy Murphy menjadi Evan Danielsonseorang penasihat keuangan yang sangat sukses, yang telah bekerja di perusahaan sekuritas yang sama selama delapan tahun sebagai manajer akun top mereka. Begitu gila kerja sehingga bermasalah dengan putrinya, Olivia. Dia tak mampu memberikan perhatian kepada putrinya itu dengan baik, sampai Evan akhirnya menemukan bahwa putrinya, Olivia , entah bagaimana dapat melihat masa depan dalam dunia keuangan dengan menggunakan "goo-gaa" selimut usangnya dan teman-teman imajinernya. Evan mengikuti khayalan putrinya itu dan dalam beberapa hari bersama putrinya dia menemukan inner child dalam dirinya dan benar-benar bersenang-senang memainkan permainan imajiner ini dengan Olivia. Yang payah, Evan mulai merasa tergantung tergantung pada selimut usang Olivia, alih-alih memberikan perhatian pada putrinya. Bagian terakhirnya Evan menyesali hal itu dan menyadari bahwa putrinya lebih berharga dari segala hal yang lain.
Nah, bagiku, dua film yang berturutan kutonton ini secara kebetulan pas dengan diriku sendiri. Beberapa pointnya adalah sebagai berikut:
1. Aku sudah menjadi perempuan hampir setengah abad yang punya kecenderungan untuk bicara. Beda banget dengan masa kecilku yang pendiam, saat ini aku di titik kalau dipancing sedikit saja aku akan bicara panjang lebar susah berhenti. Parahnya omongan itu kadang-kadang berulang-ulang. Beberapa orang sudah terus terang ngomong itu dan aku harus stop omongan. Bicara memang perlu tapi bicara mesti efektif dan dalam kesadaran. Kalau aku tidak segera menyadari ini, aku akan berhadapan dengan pohon bodhiku, dengan daun-daun yang akan terus berguguran karena omongan searah yang kulakukan karena egoisku, bukan karena kasihku pada orang lain atau padaku sendiri.
2. Aku ini anak kedua yang tumbuh dengan imajinasi tinggi. Akhir-akhir ini hal itu nyaris hilang. Karena diriku sendiri yang menuntut mengerjakan hal-hal lain sehingga imajinasiku tak berkembang. Aku bisa kehilangan kegembiraan kalau imajinasi benar-benar pergi. Aku mesti mulai berlatih lagi mengembangkan imajinasi secara sehat sesuai realitaku, perkembangan kesadaranku. Kalau tidak, aku akan jatuh nyusup ke slimut usang dan terikat di sana. Aku harus gunakan imajinasi untuk kegembiraan dan untuk membagikan kegembiraan. Bukan untuk terperangkap dalam kemandegan.
No comments:
Post a Comment