Judul buku: John the Bandit
Penulis: Devin Nodestyo
Desain cover dan tata letak: Devin Nodestyo
Penerbit: Lampung Literature
Cetakan pertama: Januari 2018
ISBN: 9786021419151
Ini buku kedua dalam tumpukan buku karya penggiat Kober. Buku yang ditulis oleh Devin, berjudul John the Bandit. Devin membuat desain sendiri untuk sampulnya. Pastilah dia sudah mempertimbangkan dengan matang desain yang dipilihnya ini. Judulnya serem: JOHN THE BANDIT. Ini mengingatkanku pada buku komik yang dulu pernah kubaca seperti Lucky Luke. Dan lihatlah, Devin memilih warna dasar pink! Weih. Ini Devin banget deh. Pink yang digoresnya dengan hitam dan coklat tua untuk huruf pada tulisan judulnya.
Warna pink buram untuk buku tentang bandit? Huhuhu... cocok. Apalagi ketika aku sampai pada halaman terakhir novel, halaman 143:
"Kau mau ke mana?" tanya Jean sambil menoleh ke arah John.
"Entahlah. Mungkin akan memulai kehidupan yang baru," jawab John setelah menaiki punggung Donkey.
"Di mana?"
"Di tempat yang paling aman."
Mereka telah di atas kuda.
"Jean, kau belum menjawab pertanyaanku tadi," kata John di atas kuda.
"Pertanyaan yang mana?"
"Apa isi doamu tadi? Kau menyinggungku dalam doamu?"
Jean diam sesaat. "Kejar aku, nanti akan kuberi tahu." katanya kemudian dia menepuk pinggul kudanya. Segera kudanya melaju kencang mendahului kuda John. Mereka saling berkejaran, berlari ke arah matahari jingga. ***
Nah, cocok kan? So sweet banget bagian akhir ini. Dan inilah bagian yang paling kusuka saat membaca novel Devin ini. Iyalah, secara aku ini kan cerpenis romantis, suka sekali membaca yang romantis. Kalau disodori kisah 'seram' petualangan bandit yang dar der dor, dipenuhi luka dan mayat, rasane yo piye gitu. Hehehe...
Tapi Devin berhasil mengulik rasa penasaranku saat memulai membaca novel ini. Selain pink buram dan hitam di sampul, dia meramu kisahnya dengan apik, dari satu langkah ke langkah berikutnya. Kadang mencekam, kadang membuat riang. Kukira Devin memang sudah lulus dari kelas menulis prosa yang digelutinya bertahun-tahun silam. Dan, ingat, Devin ini pelukis. Dia memindahkan kanvasnya pada lembaran-lembaran kertas novel ini. Dengan warna-warni kalimat 'lukisan' yang sah, indah.
Lihat saja paragraf awal novel ini:
Lelaki berkuda itu berhenti di depan gerbang kota Fort Worth. Ia bukan penduduk setempat, melainkan datang dari Arizona. Dari arah yang berlawanan, angin berhembus kencang menggandeng sekawanan awan hitam. Debu-debu berputar di udara lalu lenyap. Sesaat kemudian bulir-bulir hujan mulai turun. Sekumpulan semak belukar bergoyang menyambut kedatangan awan.
Devin melukis dalam novel ini hingga menjadi 'komik' berupa kalimat-kalimat yang mengalir, membentuk alur cerita. Aku berharap dia membuat seri kedua dari John the Bandit ini, dengan kisah yang lain. Dan karena harapan itu, aku jadi menemukan seharusnya Devin membuat judul tertentu di yang menyertai John the Bandit-nya ini.
Memang sih, di bagian akhir seperti yang kutuliskan tadi seolah-olah John sudah bertobat, tidak lagi menjadi bandit. Tapi, memangnya bandit itu benar-benar bisa dimatikan dalam John hanya karena doa nenek penjual bunga,"Semoga kalian diliputi oleh cinta kasihNya."
Aku mengenal banyak bandit, mereka bisa hidup dalam pertobatan sekaligus melipat gandakan jiwa banditnya. Huhuhu... Vin. Yuk ah, buat seri kedua dari si John.
No comments:
Post a Comment