Daun-daun Hitam, sebagai kumpulan cerpen Yuli Nugrahani dan sketsa Dana E. Rahmat, sudah dimulai dari Lampung. Caritas Tanjungkarang menjadi salah satu lembaga penting yang membuat mimpi terlaksana dan mewujudkan penerbitannya bersama Indepth Publishing. Karena penerbitan itu, Daun-daun Hitam menjangkau banyak kota di Jawa (cek http://yulinugrahani.blogspot.com/2014/09/melayang-di-atas-daun-daun-hitam.html) juga di Medan. (Buku ini sudah menjadi diskusi dan hasil diskusi dirangkum dalam resensi buku Analisadaily, Medan. http://analisadaily.com/news/read/daun-daun-hitam-yang-bercerita-tentang-kehidupan/63807/2014/09/14#) Pembaca bisa melihat link lain di blog ini untuk melihat bagaimana Daun-daun Hitam berjalan.
Di satu etape yang kecil, namun tak bisa diremehkan, adalah kembalinya Daun-daun Hitam di Lampung. Kesempatan pertama adalah dalam panggung Sekala Selampung, sebuah tausiyah kebhinekaan yang digawangi oleh Emha Ainun Najib, atau Cak Nun. Di sela aktifitas pelatihan GATK, aku melarikan diri untuk membaca Menuntut Bukti, salah satu cerpen dalam buku Daun-daun Hitam. Sabtu, 20 September 2014, di Lapangan Korpri Lampung, aku bukanlah seorang cerpenis yang baik yang mencoba bersatu dengan Cak Nun, namun aku memakai kesempatan itu sebaik-baiknya untuk mengenalkan Daun-daun Hitam. Ini agak susah dipahami oleh banyak orang, tapi aku sudah melakukannya dengan memasukkan sebagai bagian dari penghayaan Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan, yang kebetulan sedang kubuat pelatihannya pada tanggal itu.
Yang berikutnya adalah bedah buku di Asilo Hermelink pada 1 Oktober yang diadakan oleh para mahasiswa dalam KMKL. Bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila itulah aku dan Dana E. Rachmat untuk pertama kali bisa bersanding berbincang tentang Daun-daun Hitam. Ini peristiwa yang menarik karena memang buku ini bukan hanya kumpulan cerpen tapi ini juga buku kumpulan sketsa. Apakah setelah ini Daun-daun Hitam masih akan melanjutkan perjalanannya. Tentu saja. Dan aku akan menumpang di atasnya.
No comments:
Post a Comment