Wednesday, February 29, 2012
Choice
dalam perjalanan
tak pernah jadi pakar
selalu setengah-setengah
tapi semua kudapat
aku juga perempuan
dalam mimpi
tanpa mengabdi
hanya untuk diri
kali ini
aku akan bergegas
berjalan mencapai mimpi
sebelum mati
Tuesday, February 28, 2012
New Student at Drawing Class
"Untuk orang tua Bernard Sandyatma, mohon didorong untuk ikut salah satu ekstra kurikuler karena hingga semester dua sudah berjalan dia belum ikut satupun."
Dia memang tidak ikut apapun selama ini. Hanya komputer saja yang dia tekuni. Nah, tiap hari aku ngrepoti dia dengan pertanyaan.
"Nard, sudah ambil keputusan?"
Hingga minggu malam dia baru bilang.
"Besok pagi aku berangkat sekolah bareng Mas Albert."
"Kenapa?"
"Mau ikut melukis."
"O. Ok. Buku sudah ibu belikan tuh. Di kamar ibu."
Dia surprise melihat buku gambar besar yang sudah aku belikan beberapa hari lalu. Pasti pikirnya, ibu bisa saja deh. Hehehe...
Kemarin malam, ketika dia menyiapkan buku-buku aku tanya bagaimana melukisnya.
"Aku jadi murid baru. Tapi Pak Guru tidak tahu aku ada di situ. Tidak ada absen. Tidak ditanyain. Malah aku diajarin bikin piring."
Dia menunjukkan padaku gambar yang sudah dibuatnya. Teko, dengan gelas-gelas di sekitarnya, piring dengan setumpuk kue di atasnya.
"Bagus."
"Iya, tapi akhirnya piring ini Pak Guru yang buat. Mungkin karena dilihat aku terus menghapus, mengulang, menghapus lagi,... Lihat, bu, penghapusku jadi kecil kan? Besok beli lagi ya."
"Ok. Banyak teman yang ikut?"
"Banyak. Sekelasku ada ...."
Dia menyebut nama-nama. Tidak ingat, siapa saja.
Tapi dia gembira. Aku menjadi semakin gembira. Malam itu dia ikut aku dan bapaknya jalan malam, kebiasaan yang sudah beberapa minggu ini kami lakukan. Jalan puter kompleks, sambil ngobrol tentang apa saja.
Sembari berjalan, aku mengajaknya berbincang sembari belajar bahasa Inggris. Pelajaran yang menurutnya paling tidak dia suka.
"Today is Monday. Tomorrow is... Yesterday is... What's your favourite day?" Dan seterusnya. Dan dia, murid baru di kelas melukis itu menjawabnya dengan semangat.
Monday, February 27, 2012
Need Your Smell
aku tidur di atas aromamu,
kekasih.
Tenggelam
menjumput sisa dirimu
di udara
Berandai
merangkulmu
dalam percakapan
tanpa sungkan.
Saturday, February 25, 2012
Mandalawangi - Pangrango
Senja ini, ketika matahari turun ke dalam jurang-jurangmu.
Aku datang kembali ke ribaanmu, dalam sepimu, dan dalam dinginmu.
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna.
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan.
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu, seperti kau terima daku.
Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi.
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada.
Hutanmu adalah misteri segala cintamu.
Dan cintaku adalah kebisuan semesta.
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi.
Kau datang kembali dan bicara padaku tentang kehampaan semua.
“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita bisa mengerti, tanpa
kita bisa menawar.
Terimalah dan hadapilah.”
Dan antara ransel-ransel yang kosong dan api unggun yang membara, aku terima semua itu.
Melampaui batas-batas hutanmu.
Melampaui batas-batas jurangmu.
Aku cinta padamu Pangrango.
Karena aku cinta pada keberanian hidup.
Soe Hok-gie
Jakarta, 19 Juli 1966
Friday, February 24, 2012
Yogyakarta, I love you.
Pergi dengan rombongan kecil, satu atau dua sahabat pun berkali-kali aku lakukan. Berganti orang, berganti tempat yang dikunjungi. Dengan keluarga pun pernah kulakukan. Terakhir dengan suami dan anak-anak pas pergantian tahun terakhir itu. Waktu itu aku ingin mengenalkan Borobudur, Malioboro dan Yogyakarta ke anak-anak. Perjalanan terakhir ke sana baru saja, beberapa hari lalu. Perjalanan mampir satu hari satu malam dengan banyak rencana, lalu yang terjadi juga banyak agenda.
Yogyakarta menawarkan keramahan, kenyamanan, kesukaan,... sepanjang jam dalam sehari. Dinikmati dengan cara apapun, kota ini menyenangkan. Para sababat di dalam kota banyak, para kerabat di agak pinggiran kota, penginapan murah, makanan meriah, dan jalanan yang ramah. Memang sih, akhir-akhir ini (tahun lalu aku 3 kali mampir Yogya, tahun ini baru 1 kali hingga bulan ini) aku agak takut kalau menyeberang jalanan di Yogya, terlalu ramai dengan sepeda motor. Tapi sejauh ini masih asyik, moga Pemda setempat mulai memikirkan keriuahan yang akan bertambah jika motor tak terbendung masuk Yogya. Masih asyik karena ada Malioboro (foto atas kiri), kraton, alun-alun dan sekitarnya. Ohya, ada juga House of Raminten (foto yang bawah kanan). Ini salah satu yang kusuka juga jika sempat ke Yogya. Dengan siapapun, Yogyakarta selalu menawarkan romantisme. Yogyakarta, I love you.
Wednesday, February 22, 2012
Just Dust
Namun, aku adalah debu yang diiringi angin senantiasa. Maka aku masih akan punya daya. Untuk pergi, untuk datang, untuk membutakan mata orang.
Aku hanya debu, di kaki Ilahi. Tidak dikibaskan, namun diberi pengiring selaksa sejuta kuasa angin.
Kini aku tinggal mematri niat, tetap bersahabat dengan angin, rahmat yang sudah tercurah bagiku.
Tuesday, February 21, 2012
Destruction of Imaginations
Namun ternyata ada lagi kekuatan manusia yang bisa mengalahkan hal itu. Kekuatan doa. Doa yang hanya setengah hati pun lebih kuat dari seluruh rekayasa hati. Hingga tidak ada lagi yang harus disesali walau air mata mengalir, sedih kecewa membuncah. Seluruh keinginan dan rekayasa dihancurkan. Marah, sedih, kecewa, tapi tak ada penyesalan. Yang ada adalah syukur karena Sang Ilahi menitahkan keselamatan. Lewat doa yang hanya setengah hati diucapkan.
Monday, February 13, 2012
Deceiver
Mengatakan : "Albert jatuh di sekolah, pendarahan, dibawa ke rumah sakit."
Nah, kontan Wawak panik. Minta tetangga sebelah, Mama Dita untuk terima telepon itu. Ya, tentu saja Mama Dita ikut panik. Mencatat no itu lalu telepon aku.
"Tante, Albert jatuh di sekolah. Dibawa ke rumah sakit!"
Ha, langsung gemeteran n lemes badanku. Mencatat no HP itu dengan panik. Untung otakku masih waras. Sehingga bukan nomor itu yang aku pencet, tapi no telepon guru kelasnya. Logikanya, Bu Yoga kan tahu nomor teleponku. Ada hal kecil kenakalan Albert ini itu, beliau langsung kontak aku kok. Kalau ini sesuatu yang gawat, apalagi. Juga Sr. Emma kepala sekolahnya dengan mudah mengakses aku. Juga banyak orang di sekolah itu yang kenal aku, tahu dimana aku pada jam-jam seperti ini.
Dan benar saja.
"Albert? Albert Ardyatma? Ini, lagi di kelas. Sedang belajar. Tidak ada apa-apa."
Oalah, penipu. Teganya. Pasti sekarang dia hunting korban lain. Mungkin dengan nomor yang lain pula.
Saturday, February 11, 2012
36 Episcopal Uskup Andreas Henrisoesanta
Menjalani 36 tahun episcopal di Keuskupan Tanjungkarang, Lampung, dari 11 Pebruari 1976, tentu bukan urusan yang mudah. Pasti ada suka duka, jatuh bangun, pujian celaan, dll.
Pagi ini aku menyapamu, dengan doa tulus. Apapun yang sudah kau lakukan, kau alami, semoga menjadi rahmat yang bisa diterima dengan penuh sukacita oleh dirimu, oleh semua orang, khususnya yang punya kaitan denganmu.
Mungkin tidak selalu terpahami, tapi aku yakin, bahkan yang paling sulit diterima oleh akal pun bisa menjadi rahmat.
Salam dan doa.
Friday, February 10, 2012
Angelina Sondakh
Lengkap sudah titelnya.
Melihat senyumnya masih mengembang aku salut.
Melihat tindaknya masih berjuang aku salut.
Melihat bicaranya masih disebar aku salut.
Jika melewati semua ini dengan buram
dengan niatan yang suram
dengan mengingat hanya pada kepentingan
dengan kesadaran hanya menyelamatkan diri.
Dia akan kalah.
Jika melewati semua ini dengan terang
dengan niatan yang benderang
dengan mengingat Indonesia yang sudah banyak korban
dengan langkah yang mantap pada Pencipta.
Dia akan menang.
(Aku berdoa untukmu, Angie. Supaya memilih jadi pejuang bagi kehidupan Indonesia. Bukan hanya untuk diri, atau hanya untuk Demokrat, atau hanya untuk semua kesenangan. Aku sungguh-sungguh mendoakanmu.)
Thursday, February 09, 2012
My Mother
Wednesday, February 08, 2012
No Talk Again
Kali ini, cukup sudah! Tak perlu lagi bicara. Aku akan mogok bicara.
Hanya merasa, memikir, melaku. Tanpa bicara lagi.
Monday, February 06, 2012
Waiting the moment
Friday, February 03, 2012
Rain in the Morning
Aku mencintai hujan, tapi sesekali seperti pagi ini, aku rindu embun. Embunku.
Thursday, February 02, 2012
Rm. Sugondo, SJ
Pagi ini ketika membaca tulisan berdasar kotbah Rm. Sindhu saat pemakamannya yang dimuat di Sesawi, aku menitikkan air mata. Aku sama sekali tidak mengenal Rm. Gondo tapi sudah memvonisnya. Menutup segala peluang terhadap persahabatan dengannya, padahal kami berdua pada satu masa, sama-sama mengatakan 'pendamping buruh'. Aku menitikkan air mata bukan karena menyesali aku sudah mengabaikan seluruh perjumpaan dan perkataannya, tapi aku merasakan rahmat tercurah dari pemahaman baru ini. Rm. Gondo telah memberiku pengajaran ketika dia sudah beberapa hari meninggal. Lewat cara yang aneh telah ada pemahaman baru dalam hidupku, melalui Rm. Gondo. Terimakasih, Romo. Selamat jalan.