Friday, January 21, 2011

Wartawan Undangan

Sedang berpikir soal harga beras yang mahal, cabe yang tidak pedes, ukuran tempe yang semakin mengecil, dll urusan negara merdeka, seseorang menohok.
"Dimana harga diri kita? Masak kita tidak diundang?"
"Apaan sih?"
"Ini acara penting. Kok mereka gak menganggap media kita sih?"
"Apa pentingnya buat kita?"
"Ini acara besar. Tapi kita tidak diundang."
"Diundang pun aku tak kan menuliskannya. Datang makan ok. Tapi tak kan kumuat di majalah."
Hehehe...protes dia. Aku pun tertawa keras bertepuk tangan. Hahahaha...karena akhirnya dia mengeluarkan seluruh argumentasi panjang lebar dengan logika otak wartawan yang dimilikinya.
Aku masih tertawa ketika aku mesti bicara dengan lembut penuh kasih padanya.
"Wartawan apaan tuh yang datang meliput atau menulis hanya karena diundang. Kalau tidak diundang tidak menulis apa-apa."
"Wartawan pemprop, mbak..." Hahaha...nyerah dia karena dia belum mandi dan gak tahan baunya sendiri. Hahaha... Malah menuduh sembarangan kalau wartawan pemprop hanya mengandalkan amplop, eh salah...ngandalin undangan? Ampun deh.
"Sudah mandi sana!!" Dia pun ngacir dengan sukses supaya aku bisa menuliskannya di blog ini.

No comments:

Post a Comment