Hari buruh.
Setelah berhari-hari berbusa-busa menjadi provakator di banyak tempat banyak orang, hari ini aku tafakur, tunduk terdiam mengabadikan simbol.
Hari Buruh Internasional hanyalah moment menyematkan simbol.
Perjuangan buruh bukan pada hari ini.
Hari ini hanyalah lengkingan sekarat : mayday, mayday, mayday...
Semakin sayup, namun sempat aku abadikan : dalam doa jumatku dalam tulisanku dalam kameraku dalam ragaku dalam hatiku.
Rambutku aku babat cepak. Aku katakan pada semua orang,"Sebagai simbol penggundulan hak buruh!!" Pemanfaatan moment.
Di rumah anak-anakku protes.
"Ibu aneh deh." Kata Albert. Dia menatapku sambil melotot.
"Ini pasti ibu palsu." Kata Bernard sambil mengamat-amati wajahku. "Coba buka mulut, Bu. Coba bilang : aaaa... Nah, kan, beda. Ini ibu palsu, Mas!!! Pasti dia menyembunyikan ibu kita yang asli. Ayo kita lawan, Mas!!!" Dikeroyok dua cowok ini mana tahan.
Ampun deh.
Malam sebelum tidur, Bernard berkomentar lagi : "Bagus sih, Bu, tapi tidak cantik." Sambil mengelus-elus rambutku. Lalu lelap tak mau melihat cemberutku.
Pagi bangun tidur dia komentar lagi :"Cantik sih, Bu, tapi tidak bagus." Aduh...
Setelah aku suapi, dan aku bantu membereskan tasnya, aku laporkan komentar itu ke bapaknya buru-buru dia beri tanggapan baru. "Nggak, ah. Ibu salah dengar. Cantik, bagus." Terpaksa aku harus membenamkan bibirku ke seluruh wajahnya.
Aku tahu mereka sayang aku apapun bentuk rambutku. Tapi memang aku harus berusaha untuk menjadi 'ibu asli' bagi mereka berdua.
No comments:
Post a Comment