Friday, April 08, 2022

Cerita Anak Yuli Nugrahani: STOPI DAN DARA

Ilustrasi diambil dari Google

(Selain buku dongeng tentang Sultan Domas, ini satu-tunya cerita anak yang pernah kutulis. Aku tak ingat pernah mengirimkannya ke media mana karena saat kubaca di bagian bawah tulisan ada penanda nama penulis, no kontak, alamat dan no rekening, seperti kebiasaanku kalau mengirimkan tulisan ke media.)

 Stopi, si lampu perempatan hari ini terlihat sangat sedih. Sahabatnya, si burung dara kelabu bernama Dara,  menggosok-gosokkan paruhnya ke wajah Stopi. Dara bingung mengapa paras lampu merah, kuning, hijau ini tidak cerah seperti biasanya.

“Stopi, ada apa? Wajahmu suram sekali?” Dara bertengger di atas Stopi. Ini kebiasaan yang paling disukai Dara jika sedang tidak mencari makan. Dari atas Stopi, Dara bisa melihat seluruh kesibukan lalulintas perempatan itu.

“Iya, Dara. Aku sedih sekali.” Jawab Stopi dengan lesu.

“Mengapa?”

“Aku tidak lagi dilihat dan diperhatikan oleh orang-orang yang lewat di jalan ini. Lihat. Ketika aku menyala kuning, mereka malah ngebut. Padahal warna kuning sebenarnya tanda persiapan sebelum berhenti. Harusnya mereka berhati-hati dan mulai mengerem kendaraannya. Bahkan ketika aku menyala merah, mereka juga tidak mau berhenti. Sudah beberapa kali ada kecelakaan di sini karena mereka tidak mengindahkan aku. Andai mereka memperhatikan aku, tentu mereka tidak akan celaka. Aku berdiri di sini kan demi kepentingan mereka. Selain itu aku juga tidak pernah dirawat oleh mereka. Lihat, aku penuh debu seperti ini.”

Dara mengangguk-angguk setuju. Stopi kemudian bercerita bagaimana dia dulu mulai berdiri di situ.

“Dulu jalanan ini sepi. Hanya ada satu atau dua kendaraan yang lewat. Sepeda, sepeda motor, mobil atau gerobak. Mereka bisa belok ke kanan atau ke kiri tanpa kuatir,” kisah Stopi mengawali cerita.

“Tapi kemudian jalanan semakin bertambah ramai. Apalagi jika saat pagi saat orang-orang berangkat kerja, anak-anak berangkat ke sekolah, perempatan ini kacau. Semua kendaraan ingin saling mendahului akibatnya malah macet. Kemudian aku pun berdiri di sini. Aku membantu mereka sehingga setiap kendaraan dari semua arah mendapatkan giliran untuk berjalan. Jalan menjadi tertib. Tapi kemudian, saat aku sudah lama di sini, mereka tidak lagi ingat padaku. Jalanan kacau kembali. Lihatlah sendiri, Dara.” lanjutnya.

Kembali Dara mengangguk.

“Kalau begitu, kita harus beri pelajaran kepada mereka, Stopi. Jangan sampai mereka mencelakakan diri mereka sendiri. Kamu berdiri di sini kan demi kepentingan mereka.”

“Bagaimana caranya? Aku sudah berteriak-teriak sepanjang hari tapi mereka tidak mau mendengarkan aku.”

“Aku punya cara.” Dara kemudian berbisik kepada Stopi mengungkapkan idenya. Sebuah rencana untuk memberi pelajaran pada para pengguna jalan.

“Aku setuju.” Kata Stopi sambil tersenyum. Wajahnya menjadi cerah.

Apa yang direncanakan oleh Dara dan Stopi? Rupanya mereka berdua merencanakan untuk memutuskan aliran listrik ke lampu-lampu Stopi saat pagi hari dimana jalan sedang ramai. Dara akan membantu Stopi memutuskan salah satu kabel menjelang pagi tiba besok.

...

Rencana itu pun benar-benar dijalankan oleh Dara dan Stopi. Pagi itu perempatan mulai ramai dengan anak sekolah dan orang berangkat kerja ketika lampu merah, kuning dan hijau tidak berfungsi. Kemacetan luar biasa terjadi dari segala arah. Mereka yang sedang buru-buru masuk sekolah dan bekerja tidak bisa datang tepat waktunya. Kemudian salah seorang dari pengguna jalan itu kemudian menelepon polisi untuk membantu mereka lepas dari kemacetan.

Pak Polisi datang dan sepanjang hari itu membantu mengatur jalan di perempatan itu sehingga dapat berjalan lancar. Tapi hal ini tidak bisa diteruskan karena Pak Polisi juga punya tugas untuk mengatur jalan-jalan lain yang tidak memiliki lampu perempatan. Tidak mungkin Pak Polisi berdiri di situ dari pagi hingga malam.

Maka para pengemudi kendaraan beramai-ramai melihat apa yang salah pada lampu itu. Sebagian dari mereka membersihkan sekitar tiang lampu sehingga tidak ada lagi rumput-rumput. Ada yang memotong dahan pohon di dekatnya yang mengganggu pandangan pada lampu itu. Ada pula yang mengelap lampu-lampu itu sehingga kembali cemerlang.

Salah seorang dari orang-orang itu mengecek lampu-lampu dan kabelnya. Terlihat kabel yang putus itu. Maka kabel yang terputus kembali disambungkan dan lampu itu kembali menyala lebih cerah dan gemerlap karena bersih dari kotoran.

Dari pengalaman itu mereka kembali sadar bahwa lampu perempatan sangat penting bagi mereka. Mereka kembali tertib jika melewati jalan itu dan tidak ada lagi kecelakaan yang terjadi di sana.

Stopi dan Dara sangat senang.

“Sekarang aku bisa menjalankan tugasku dengan nyaman. Dan mereka sekarang menghargai aku. Terimakasih, Dara.” Kata Stopi dengan riang.

“Terimakasih juga. Sekarang aku bisa kembali melihat pemandangan yang indah dari sini.” Kata Dara sambil bertengger santai di atas lampu Stopi. Mereka berdua gembira melihat perempatan jalan yang sekarang rapi dan tertib kembali. *** (2010an)

No comments:

Post a Comment