Thursday, March 05, 2020

Bagaimana Indonesia Mendeteksi dan Mengatasi Virus Corona?

Di antara sedikit grup WA yang kuikuti, salah satu yang kupertahankan untuk tetap kuikuti adalah grup K3. Grup ini isinya tidak banyak, berisi orang-orang kenthir kemproh yang dulu pernah pada satu masa mengalami kebersamaan di Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian Univ Brawijaya Malang pada tahun 91, 92 dan 93. Saat itu kegiatan-kegiatan sosial sering kami buat selingkup Malang, Pasuruan hingga Banyuwangi, salah satunya dengan ngintil Mgr. Pandoyo almarhum.

Walau isinya orang-orang kenthir dan kemproh, justru inilah satu-satunya grup yang paling bermutu di seluruh dunia. Hihihi... Sejak Januari 2020, obrolan di grup ini pasti berpulangnya ke virus Corona karena ada teman yang tinggal di Singapore yang selalu update perkembangan kasus Corona ini di negaranya, yang kemudian ditimpali teman-teman lain yang berada di banyak kota di Indonesia maupun luar Indonesia.

Gara-gara grup WA itulah pikiranku menjadi sangat serius dan sangat tidak serius, bercampur greget dengan cara Indonesia menanggapi maraknya virus ini terlebih ketika kami melihat korban sudah sedemikian banyak berjatuhan di berbagai negara. Termasuk membandingkan cara pemerintah negara-negara merespon kasus ini. Nah, tentu saja yang paling heboh dan memprihatinkan ya tentang negara kita ini. Aku akan pasang point-point pikiranku tentang hal itu:

1. Hingga Februari saat di berbagai negara tetangga, juga negara yang terkoneksi oleh perbatasan maupun oleh penerbangan, sudah mencatat banyak korban Corona, pemerintah Indonesia masih menyangkal adanya virus itu di Indonesia. Malah, pada Februari itu Jokowi memberikan arahan tentang virus Corona dalam kaitannya dengan perekonomian. Tidak jelas blas bagaimana arahan yang langsung mengenai penanggulangan dan penanganan virus ini.

2. Aku tak tahu persis yang dilakukan oleh pemerintah hingga dengan yakin menyebut tak ada virus ini di Indonesia, bagaimana cara deteksinya, menunggu laporan ada pasien atau bagamana, aku ndak tahu. Tapi ketika ada kabar 2 orang terinfeksi, atau sebelumnya ada penelusuran orang yang terdampak, hal itu terjadi karena ada orang yang baru datang dari Indonesia rupanya terdeteksi kena virus itu saat pulang ke negaranya. Dari deteksi negara lain itulah baru kemudian umeg riweh mencari yang ada di Indonesia.

3. Wakil presiden juga mengeluarkan statemen yang tidak pas pula menurutku. Bicara tentang doa, lalu tentang sertifikat lalu entah... Para tokoh yang diwawancarai wartawan juga ngawur ngomong tanpa tahu persisnya gimana... termasuk tokoh2 yang tak ada kompetensinya.

4. Media sosial dan media umum sudah ndak keru-keruan menulis segala hal yang terkait Corona sehingga susah melihat mana yang betul mana yang hoax. Lalu dengan cepat hal2 itu tersebar lewat berbagai media.

5. Greget banget dengan orang Indonesia, saudara-saudaraku ini. Di tengah segala kekuatiran itu ya masih saja bertindak menjijikan tak tertolong. Meludah sesuka hati dari motor atau mobil di jalanan, membuang sampah di mana-mana tak peduli wajah tanah yang rusak oleh satu lembar sampah itu, main peluk cium salaman di mana saja sambil ngomong muncrat-muncrat,... hadehhh....

Nah, sekarang sudah jelas Indonesia tidak kebal pada virus ini. Gerakannya mesti mulai dari personal, sadar melindungi diri sendiri dengan baik. Juga sosial, tidak ego malah nantang-nantang nyebarin virus walau belum terdeteksi dengan batuk bersin meludah sembarang. Juga mesti diimbangi kerja para jusnalis untuk mengarahkan masyarakat pada cara yang tepat, tidak panik tapi tetap waspada. Lalu yang tak kalah penting, ini juga tentang kebijakan. Hoiiii.... Jokowi, gerakkan sumberdaya Indonesia untuk mengawasi dan mengatasi Corona. Soal ekonomi dan pariwisata tetep diperhatikan, tapi yang diangkat mesti keselamatan jiwa setiap manusia, semua manusia Indonesia.

No comments:

Post a Comment