Wednesday, November 28, 2018

Advent 2018 (2): Tubuh adalah Modal

Tubuh adalah bagian penting bagi manusia hidup. Sangat-sangat penting. Karena tubuhlah 'jiwa spiritual' mampu mewujud secara nyata sebagai manusia. Tubuh dibutuhkan oleh manusia selama dia hidup. Hal-hal semacam ini dulu tak kusadari, sehingga aku sering semena-mena terhadap tubuhku sendiri. Hmmm...iya sih, sekarang pun aku sering abai juga terhadap tubuhku, tapi kalau ingatan dan kesadaranku muncul, aku akan segera menarik perhatianku sepenuh-penuhnya untuk tubuh. Makanan, tidur, bergerak, bercinta, sentuhan, lotion, dan sebagainya.

Tahun ini berat badanku berkisar antara 60 - 62 kg (tinggi 160 cm, kelebihan lemak), dengan kecenderungan terus naik. Hihihi... Tekanan darah juga cenderung naik, dengan gangguan vertigo secara acak. Bagian yang terakhir ini yang paling terasa mengganggu, sehingga aku mengupayakan beberapa hal untuk menahan supaya vertigo tidak dekat-dekat pada tubuhku.

Aku harus akui kalau aku ini pemalas. Lumuh kata ortuku. Saat aku kecil aku sangat enggan untuk bergerak. Aku lebih suka tidur, berbaring, kalau toh bergerak ya hanya di sekitar rumah, di dalam rumah, tidak jauh-jauh dari rumah. Aku akan sangat payah kalau disuruh olah raga. Gerakan canggung, tidak gesit. Lari tak bisa cepat. Loncat tak bisa tinggi dan jauh. Ikut permainan juga selalu kalah. Keseimbanganku juga parah. Belajar naik sepeda butuh waktu lama baru bisa, itu pun tak ahli sampai sekarang. Menari aku suka, tapi ya untuk kunikmati sendiri. Kalau kulihat rekamannya pasti aku pun geli ngeliatnya. Kaku banget, kayak robot.

Postur tubuhku kuanggap seksi kalau aku tak melihat dalam cermin. Hihihi. Tapi kalau aku telanjang depan cermin, ya anggapan itu memudar. Dadaku nyaris rata, pinggulku kanan kiri nyaris lurus dengan pinggang. Nah kalau dari samping yang tampak: pantat gede, perut buncit, punggung bungkuk. Huhuhu. Tapi aku tetap suka bercermin. Mengamati tubuhku sendiri. Itu membantuku mengenali tubuhku sendiri, bentuknya, warnanya, dan sebagainya.

Aku suka wajahku, bukan wajah cantik tapi aku suka. Sekarang wajahku dihiasi bintik-bintik hitam, semacam tahi lalat, dan kayaknya semakin banyak. Ya, semua orang bisa melihatnya. Alis tipis, dengan mata belok. Bibirku miring, dan akan tampak bener pada beberapa ekspresi. Aku yakin gerak bibirku sangat mewarnai ekspresi wajah. Sedikit gerak aku bisa lihat kesinisan, kegembiraan, kesedihan, kemalasan dan sebagainya. Untuk waktu-waktu tertentu yang jarang, aku akan menggunakan kosmetik untuk menutup kekurangan-kekurangannya seperti warna alis yang tidak tajam, bibir yang pucat, kulit yang mengkilat dan sebagainya. Sementara ini yang tak pernah kututupi adalah uban. Separuh rambutku adalah uban. Dan bagiku, ini keren... Hehehe... Rayuan untuk menyemir rambut belum menarik hatiku, jadi biar saja. Aku penasaran seperti apa wajahku nanti kalau seluruh rambutku sudah putih.

Tubuhku sensitif pada rasa sakit. Sakit dikit saja aku sudah meneteskan air mata, tak tahan, manja... huhuhu.

Dengan tubuh yang seperti inilah aku terus berkembang sebagai manusia. Semakin lama aku semakin mengenali tubuhku, kecenderungannya, dan memunculkan beberapa kesadaran untuk merawatnya. Nah, aku ingat, harusnya aku lebih rutin olah raga. Olah raga ringan saja selama 30 menit bisa membuatku merasa bugar, juga lebih gembira. Tapi ya itu tadi, ...daku ini masih juga pemalas sampai kini.

Aku memahami tubuhku dengan cara:

1. Merasai tubuh dan alarm-alarm yang muncul. Misal kalau disentuh seseorang aku bisa sangat mual, tapi orang lain aku bisa gembira. Saat aku menarik tubuhku ke bawah, aku tak bisa menyentuh ujung jempol kaki. Kalau mulai makan tidur tidak betul, alarm kepala bagian belakang mulai teriak-teriak. Dan sebagainya.

2. Melihat dalam cermin. Seperti kukatakan di depan. Aku bisa menandai senyumku yang seperti apa yang paling tepat untuk mewakili ekspresi yang kuinginkan. Gimana menutupi bibir yang miring, punggung yang bungkuk dan sebagainya.

3. Komentar orang lain juga bisa menjadi cara untuk memahami tubuhku. Dulu ibuku sering ribut kalau aku keluar tanpa bedak karena kulitku akan mengkilap, bibir juga tampak pucat kering dan sebaganya.

4. Relasi dengan orang lain juga membantuku, termasuk yang paling intim yang bisa kulakukan, yaitu bercinta. Ini membuatku semakin mengenali tubuh dan caranya bereaksi terhadap hal-hal yang terjadi.

5. Bacaan-bacaan, gambar dan video juga sangat membantuku. Ini nantinya juga terkait dengan bagaimana aku harus memperlakukan tubuhku secara tepat, sesuai dengan kebutuhanku, umurku dan sebagainya.

Beberapa hal yang aku kenali selanjutnya antara lain, tubuh ini membutuhkan energi untuk terus hidup dan berkembang. Energi yang paling awal sumbernya adalah makanan dan minuman, yang secara manual dikunyah lalu masuk dalam pencernaan. Energi lain berasal dari hasil tangkapan pancaindera. Saat melihat dan merasai pantai, aku selalu berkobar-kobar. Rasa lapar bisa tertunda beberapa jam. Juga ketika bertemu orang tertentu, aku akan merasa full energi, atau sebaliknya kehilangan energi. Semacam itulah.

Inti dari semua ini adalah tubuh itu modal utama manusia hidup. Selama masih hidup, masih memerlukan tubuh, kita harus menjaga tubuh kita, sebaik yang dibutuhkannya dan dikembangkan untuk terus maju sesuai tujuan kelahiran kita.

No comments:

Post a Comment