Sesampai di Lampung, malam, setelah perjalanan panjang mulai dari 9 Agustus 2018 kurayakan dengan hening bersama catatanku. Aku akan share point-point supaya aku ingat perjalanan indah ini:
9 Agustus, memproses Visa Schengen di Kuningan City. Semuanya lancar. Dataku masih tersimpan di kedutaan Italy jadi aku yakin akan berjalan dengan baik sesuai dengan yang kuharapkan. Sore aku kontak Siska untuk menemaniku makan di Stasiun Gambir sebelum aku lanjut ke Surabaya.
10 Agustus, aku sampai di Surabaya sangat pagi, langsung ke Wisma Tamu milik Kemenag Propinsi Jatim. Sampai 12 Agustus aku akan mengikuti pertemuan tahunan FPBN. Agak lemes karena beberapa hal tapi aku senang bisa melewati agenda penting ini. Agak resah karena beberapa hal termasuk tentang Lombok yang usai gempa.
12 Agustus, mencegat bis Madura di simpang Kenjeran. Penuh sesak. Untungnya ada satu kursi kosong yang bisa kududuki untuk menuju Sumenep. Satu hal yang menarik dalam perjalanan ini, di belakangku duduk seorang bapak dengan anak kecil. Bapak itu sepanjang jalan 'nembang' dengan santai, jernih, dalam bahasa Madura dan sesekali diseling dengan obrolan dengan anak kecilnya.
13 Agustus, bersama Komunitas Kampoeng Jerami memberikan pelatihan menulis cerpen untuk beberapa komunitas yang hadir di Pendowo lama kewedanan Sumenep. Aku selalu gembira bersama dengan kelompok ini, apalagi di Madura, Sumenep, salah satu tempat favoritku di dunia. Terlebih aku sudah dicharge oleh Pantai Kapedi yang 'senyap' dan 'mesra'.
14 Agustus, masih lanjutan pelatihan. Kali ini ditambah dengan kue tart ultah KKJ, jamu Madura, dan perjalanan di antara kembang tembakau yang cantik.
15 Agustus, perjalanan Surabaya yang harusnya bisa lebih pendek kalau aku cukup yakin dengan beberapa hal yang tak bisa kupastikan, bahkan hingga kini. Lalu Kediri yang selalu menarikku sebagai anak-kanak-sanak.
17 Agustus, Nganjuk-Yogyakarta-Lampung. Semuanya lengkap. Pikiran yang penuh, hati yang penuh, pikiran yang kosong, hati yang kosonggg.... Merdeka!
No comments:
Post a Comment