Pikiran tidak mungkin lurus-lurus saja. Seperti pohon, dia akan mempunyai cabang-cabang, ranting-ranting, dan juga akar-akar yang menjalar kemana-mana. Beberapa pohon punya standar kualitas yang ditentukan oleh keberadaan cabangnya. Misalnya pohon jati, semakin tinggi cabang baru muncul maka dia akan semakin dicari, karena batangnya akan lurus dengan tekstur yang teratur. Ranting-ranting kecil tak masalah tapi jangan bengkok.
Lalu, bagaimana kualitas pikiranku ini jika di pangkalnya pun sudah bercabang-cabang? Tak mungkin aku disamakan dengan pohon jati. Mungin sama dengan perdu yang bahkan cabang rantingnya tak terhitung menyentuh tanah, tidak tinggi menjulang. Aku tak bisa berhenti pada satu pikiran lalu lurus begitu saja terpikat pada hal itu. Aku meloncat dari satu pikiran ke pikiran lain, merangkai membentuk cabang ranting. Kadang selesai sampai ujungnya hingga rimbun dengan daun bunga dan buah. Tapi sering juga tak selesai, sehingga tak ada satu bunga buah pun di ranting itu. Hanya ranting saja, kering, lalu patah. Ah...
No comments:
Post a Comment