Menjelang 1 Mei tahun ini aku begitu gusar.
Ada perpecahan (atau keanekaragaman?) yang terlihat dalam gerakan buruh di Lampung.
Beberapa organ mahasiswa pasti mengusung isu buruh menjelang may day (di luar hari itu entahlah, karena memang jarang ormas mahasiswa mendampingi buruh secara konsisten, apalagi di Lampung). Mohon maklum begitu idealis tapi kadang tidak rasional. Bisa-bisanya teriak-teriak perubahan. Tunggu sebentar lalu mereka akan ada di dalam sekat-sekat tipis pelaku 'kelanggengan'. (ya aku tahu bagaimana mereka hidup sehari-hari. bisa kontras dengan teriakannya lho. ayo siapa yang mau menyangkal, silahkan. biar aku juga belajar lebih banyak.)Sebatas retorika pembelajaran, aku salut. Semoga ada manfaatnya di masa depan bagi pribadi-pribadi maupun organisasi.
Lalu gerak ABM yang agak tidak masuk akal, dengan memasukkan isu nasional begitu saja pada gerakan-gerakan lokal. (andai mengolahnya sedikit cerdas sebenarnya bisa menjadi isu yang cukup menarik. jangan terlihat betul 'semata-mata'). Lalu mereka memaksakan nama aliansi ini untuk payung dalam setiap aksi walau jelas-jelas semua tahu bahwa ABM sudah menjadi organisasi. Sehingga mana mau ormas lain rela begitu saja tergabung (walau seolah-olah tergabung) dalam ABM. Dan personil ABM Lampung... ya ini warna yang menarik. Andai mereka mau memakai cara pdkt yang simpatik, pasti asyik.
Ada lagi kelompok yang oportunis tidak tahu arah perjuangannya tapi bisa terlibat di dalamnya. Entah apa motivasi dan apa yang dicari. (mungkin aku sesekali juga masuk dalam kelompok ini walau aku punya hati dan pilihan)
Lalu ada FKSPL yang warnanya adeeeemmmmm....aja (HK gitu loh. Sr. Matea gitu loh.) Pilihannya sih jelas pada pendidikan buruh dengan pelatihan, riset dan kampanye media (akhir-akhir ini). Pengaruh ormas mahasiswa, ABM maupun oportunis, ketiganya ada. Tarik ulur, tak berbentuk, tapi sudah sewindu hidup. (sebenarnya lebih lama lagi kalau dihitung dalam gerak geliatnya)
Aku belum tahu pasti peta-peta kepentingan yang mencengkeram di belakang layar, tapi aku merasakan kegusaran yang pekat. Seperti masuk ke dalam hutan yang walau aku berjalan di jalan setapak jelas ada tujuan dan kelihatan kondisi jalannya, tapi aku tidak tahu di sela-sela pohon di luar jalan setapak itu apa yang ada dan terjadi. Pasangan mata pasti sedang mengintai. Yang sangat terasa panasnya adalah ketika spanduk-spanduk di jalan sudah ramai di seluruh Lampung. "Pilihlah aku jadi pemimpin bumi ini." Juga ketika aku melihat mayat-mayat bergelimpangan berjatuhan setiap hari karena berbagai situasi ini. Selalu ada korban. Dan yang jadi korban adalah yang terlemah. Dalam rantai perindustrian ini, adalah buruh.
No comments:
Post a Comment