Kesempatan menarik aku dapatkan dalam Agustus tahun ini, secara tidak sengaja. Semingguan sebelum hari H, kebetulan aku ketemu Rm Ucok, Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) di dekat tangga kantor. "Kurang satu peserta, ikut ya mbak."
Begitu tahu temanya aku langsung ya saja, ndak pikir panjang. Mumpung aku memang sedang belajar tentang koperasi, apa pun kesempatan untuk belajar dengan siapapun, di manapun ya aku samber saja. Mau sajaaa...
Kegiatan berlangsung dari 19 - 23 Agustus 2019 bertempat di Matow Way Hurik, Tanjungseneng, dihadiri oleh utusan-utusan Komisi PSE dari keuskupan-keuskupan di Regio Sumatera. Lebih menarik lagi ketika tahu narasumber yang datang adalah orang-orang hebat yang kompeten di bidangnya.
Pak Siman, senior yang kuhormati, ketua Puskopdit Caraka Utama, Provinsi Lampung menjadi narasumber pertama di sesi awal. Pak Siman menceritakan perjalanan koperasi kredit di Provinsi Lampung.
"Mulai tahun 1974 dengan penggerak-penggerak awal seperti Sr. Leonardi FSGM, sehingga sekarang kita juga masih melihat jejaknya. Kopdit St. Clara adalah kopdit yang pertama-tama dirintis, lalu Bunga Tanjung dan seterusnya." Papar Pak Siman.
Dari beberapa kegiatan awal itulah kemudian kopdit-kopdit berkembang di Lampung. Menemui dinamikanya naik turun tapi hingga sekarang kopdit terus menjadi salah satu yang memberi dampak bagi perekonomian masyarakat.
Narsum yang berikutnya adalah Pak Haryono Daud, ketua Kopdit Mekar Sai. Pak Har mengingatkan hal-hal penting yang harus ada dalam kopdit. "Setiap koperasi harus menempatkan setiap anggota koperasi sebagai orang terhormat. Karena itulah pusat layanan koperasi atau kopdit adalah anggota."
Narsumber yang paling lama menemani peserta pertemuan adalah Rm. Fredy, yang menegaskan berbagai nilai baik dalam koperasi, dengan spiritualitas utama: pertobatan, solidaritas dan gerakan pemberdayaan.
"Koperasi yang kehilangan satu saja spiritualitas itu patut dipertanyakan." tandas Rm. Fredy.
Misi CU adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara fisik, moral dan spiritual melalui pemberdayaan dan layanan keuangan yang berkualitas.
CU mempunyai misi sosial untuk membantu keluarga miskin dan kurang beruntung. "Ukurannya adalah jumlah anggota yang telah meningkat kualitas hidupnya."
Rm. Fredy menyandingkan ukuran finansial dan sosial sehingga koperasi bisa benar-benar menjalankan misi sosialnya itu. "Tanyalah ke anggota kebutuhan mereka, lalu lakukan dalam kelompok-kelompok. Selalu mulai dari apa yang ada, apa yang dimiliki," ujar Rm. Fredy.
Setelah belajar dari para narsum, peserta diajak untuk mengunjungi kopdit-kopdit yang ada di Lampung. Aku kebagian kunjungan ke Kopdit Artha Mandiri di Pringsewu. Dari sana aku bisa mendapatkan banyak hal real, bukan hanya masalah tapi juga alternatif-alternatif pengembangan yang bisa diduplikasi oleh kopdit lain.
No comments:
Post a Comment