Monday, October 02, 2017

Pembacaan Puisi-puisi dalam Buku Sampai Aku Lupa

Di sela pelatihan menulis cerpen untuk pelajar SMAN 1 Padangcermin Pesawaran, Lampung, aku menunjukkan buku puisi Sampai Aku Lupa. Rupanya diantara para peserta ada banyak yang suka puisi, jadi buku itu menjadi jeda yang menarik dalam pelatihan. 

Buku Sampai Aku Lupa juga ikut dalam sayembara yang diadakan oleh HPI, maka kegembiraan ini harus kusiarkan. Yang pertama dapat kesempatan adalah Adi, katanya pernah ikut lomba membaca puisi hingga tingkat nasional. Dia membaca puisi Segala Upaya (halaman 52), dengan penjiwaan yang membuatku jiwaku bergetar. Maafkanlah, memang selalu begitulah aku. Setiap mendengar puisiku dibaca, aku seperti disedot oleh jiwaku sendiri, mengingat, mengenang seluruh rasa yang melahirkan puisi itu lewat tulisanku.
Adi

... 
apa yang disebut timur
oleh anak-anak dinamakan kegembiraan
...

Kesempatan kedua sebelum sesi terakhir, Nita membaca puisi Kemarau (halaman 62). Bukan hanya aku, rupanya Nita pun meletupkan setetes bening di sudut matanya sehingga usai membaca aku tak tahan untuk tidak memeluknya.
Nita


...
Mungkin sebentar lagi suami-suami akan pulang dari ladang
entah kemana mereka berdandan sebelum menjangkau halaman
menyiapkan diri mendapati harapan di mata istrinya
yang tak bisa ditadah oleh tanah-tanah kerontang.
...


Inilah pesta pertama untuk Sampai Aku Lupa setelah dirayakan oleh orang-orang yang berkomentar di dalam buku : Fendi Kachonk, Jauhari Zaelani, Suwanda, Novi Nusaiba dan Suroso. Terimakasih untuk semua.

No comments:

Post a Comment