Pernah malam mewujud menjadi gumpalan benda padat yang bisa dipegang, disentuh, dicium, diraba, dipeluk. Tentu saja aku memanfaatkan kesempatan itu untuk memenuhi keegoisan yang sudah mengaumkan hasrat. Aku menikamnya hingga tidak lagi berjalan, dan memaksanya berbaring telanjang. Angin masuk lewat pori-porinya hingga badannya membengkak. Aku memakainya menjadi tilam mimpi dan menindih memaksanya tetap diam. Jangan berlalu.
Tapi tidak berdaya.
Malam punya kekuatannya sendiri yang justru pada maya. Tidak bisa dipaksa kekal karena seberkas cahaya pun membuatnya mencair dan kemudian menyublim lenyap tak lagi bisa dipegang, disentuh, dicium, diraba, dipeluk. Justru karena tidak nyata, maka aku menyebutnya malam. Justru karena kemayaannya maka malam dapat memelihara dunia.
Semoga tetap menjadi malam, yang maya.
Malam menyata, cukup.
No comments:
Post a Comment