Lesbi atau lesbian. Tema ini jarang sekali masuk dalam tema perbincangan (ku) sehari-hari. 4 -5 hari ini mengherankan, kata ini terus menerus mengusik. Aku berpikir tentang lesbi. Tentang X dan X.
Aku pengagum perempuan. Jika aku berbincang dengan seorang perempuan, aku pasti menemukan titik kecantikannya. Siapapun dia, tua atau muda, tidur atau bekerja, diam atau berbicara, tertawa atau menangis. Beberapa mempunyai porsi kecantikan yang lebih, seperti ketika aku bertemu Magdeline tadi pagi. Dia ini biarawati, dengan postur peragawati, wajah foto model. Senyumnya yang merebak mempertegas garis kecantikannya. Tapi aku juga melihat kecantikan ketika tawar menawar dengan Bik Darmi, bibi penjual sayur keliling. Tubuh gembrotnya, dengan mulut mecucu mempertahankan 6500 rupiah harga setengah kilo ikan selar, terlihat cantik dalam matahari pagi.
Aku jarang mengagumi laki-laki. Dulu aku sebut : satu-satunya kelebihan lelaki adalah bahwa dia, mereka bisa kencing di sembarang tempat. Tidak ada kelebihan lainnya. Puhh...
Idola pernah ada, misal Lupus, aku idolakan ketika aku remaja. Ketika sadar Pri pacar pertamaku tidak mirip Lupus, aku putusin dia. Sin lebih mirip, tapi polahnya tidak. Maka aku diputusin. Hehehe... Dekade berikutnya aku mengidolakan Iwan Fals. Maka aku jatuh kepayang pada Opi, yang rambutnya mirip Iwan. Ketika rambutnya digundul, ya... putus dong. Wong cuma mau mainan rambut doang. Lalu untung aku juga mengidolakan Yesus. Maka aku berani ambil keputusan soal Hendro sebagai suami, sehidup semati. Bukan karena dia mirip Yesus. Tapi karena aku yang mau seperti Yesus. (Heih, mimpi!) Aku pikir-pikir mereka yang pernah aku idolakan adalah lelaki berambut panjang, dengan raut yang lembut. Ciri yang juga dipunyai perempuan kebanyakan.
Aku yakini aku bukan lesbi. Aku merasakan kepenuhan hati, jiwa dan raga bersama Hendro. Apakah aku juga lesbi? Jika dikatakan lesbi adalah orientasi seksualnya, maka aku pasti bukan lesbi. Tapi orientasi cintaku tidak pernah melihat jenis kelamin. Maka, karena aku mengagumi perempuan lebih banyak, maka aku mencintai perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Melihat perempuan sama dengan melihat diriku sendiri.
Apakah lesbi itu ada di setiap perempuan? Aku tidak yakin. Juga kalau aku ditanya apakah aku pernah lesbi. Apakah lesbi ini kata sifat yang bisa berubah menurut masa? Apakah aku bisa menjadi lesbi ketika aku mencintai perempuan? Apakah kalau menjadi lesbi maka bukan lagi perempuan, atau menjadi selalu perempuan?
Jika aku melihat X dan X, aku tidak melihat ketidakwajaran. Mereka manusia yang berkualitas dengan level yang tinggi. Mereka juga membantu banyak orang untuk mengembangkan diri. Mereka tidak egois. Dan mereka menyebut penuh percaya diri :"Aku lesbi!"