Hasil pelatihan sehari. Abon ikan, roti, telur asin dan teh bunga telang. |
Tuesday, June 30, 2020
Masyarakat Mandiri Pangan (3): Usaha yukkk... usaha apa pun.
Friday, June 19, 2020
Masyarakat Mandiri Pangan (2) : Pangan dari Pekarangan
“Gerakan
Masyarakat Mandiri Pangan”
Oleh: Ch. Dwi
Yuli Nugrahani, STP.
Komisi Keadilan,
Perdamaian, dan Pastoral Migran Perantau (KKPPMP)
Keuskupan
Tanjungkarang
Disampaikan dalam Diskusi bersama Gerakan Perempuan
Lampung “Kesiapan Pemerintah Provinsi Lampung dalam Menjamin Ketersediaan Pangan
untuk Masyarakat Miskin terdampak Covid 19”, Rabu, 10 Juni 2020 melalui Google
Meet oleh Lembaga Advokasi Damar. Narasumber lain: Ir. Ida Rachmawati MSI,
Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Lampung dan Siti Noor Laila, Komisioner Komnas HAM
Periode 2012 - 2017
#solidaritaskeuskupantanjungkarangbersamalawancovid19
#sejutamaskeruntuklampung
#pangandaripekarangan
Masyarakat harus
mulai menerima, memahami, menyadari bahwa Covid ini telah menjadi bagian dari
ekosistem dunia, dan akan terus ada. Wabahnya akan berhenti, tapi virus ini tak
mungkin hilang. Dampaknya masih akan terus berjalan.
Bukan hanya soal
kesehatan, wabah Virus covid 19 memberikan dampak pada semua bidang, dan dampak
secara ekonomi yang tidak sedikit. Banyak pekerja terpaksa dirumahkan, diPHK,
dipotong gajinya, terpaksa menutup tempat usaha, tidak bisa menjalankan usaha
dengan normal, kerugian terus terjadi dan sebagainya. Susah mencari data
akurat, misal sumber KADIN bidang UMKM, sampai April lalu ada 15 juta lebih
korban PHK (cnnindonesia.com, 01/05).
Posko Satgas Gugus Tugas Covid 19 Prov Lampung mencatat 3.475 orang menjadi
pengangguran terdampak Covid (lampost.co,
05/05). Data yang sebenarnya pasti lebih banyak apalagi jika bicara tentang
pekerja informal, pedagang kecil, industri rumah tangga dan sebagainya. Dalam
situasi seperti itu, keluarga-keluarga harus bertahan hidup dengan pemenuhan
kebutuhan pokok/primer yang tak mungkin ditunda.
Menyiapkan diri
supaya ekonomi tidak morat-marit akibat covid harus dilakukan secepat mungkin,
sedini mungkin, paling tidak untuk pemenuhan pangan sehari-hari, yang cukup,
bergizi dan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga tanpa kecuali sesuai
kondisi masing-masing untuk jangka waktu yang tak bisa diprediksi. Perempuan
hamil, menyusui, anak-anak, lansia harus selalu mendapatkan perhatian khusus.
Setiap keluarga mesti mandiri dalam pangan.
AKSI MANDIRI
A.
Perencanaan
keuangan.
Pertama-tama,
mesti mulai dari yang ada. Merencanakan pengeluaran dan pemasukan keuangan
keluarga sesuai prioritas. Irit, yang tidak perlu tidak usah dibeli. Dan
menyisihkan sebagian untuk tabungan. Orang yang tak punya tabungan itu orang
yang tak punya masa depan.
Berlatih
merencanakan keuangan, bisa mengambil cara kuno. Saat masak ambil secangkir
kecil beras, sesendok gula, sedikit minyak, sisihkan di wadah lain. Saat wadah
penuh, tukar dengan bahan baru, dan yang disisihkan itu yang dipakai sedangkan
yang baru disimpan.
B.
Pangan dari
pekarangan.
Menanami sekitar
rumah dengan tanaman konsumsi menggunakan media tanah, pasir, pot, hidroponik
dan sebagainya sebagai sumber pangan.
- 1.
Sumber
vitamin dan mineral. Benih-benih sayuran yang cepat panen: kangkung, bayam,
sawi, cabai, terong, tomat, kacang panjang, buncis dan sebagainya.
- 2.
Sumber
karbohidrat yang cepat panen: ubi jalar, singkong dsb (ini untuk yang punya
lahan lebih luas)
- 3.
Sumber
protein bisa diambil dari ikan atau ayam atau ternak yang bisa dipelihara di
sekitar rumah.
KKPPMP Keuskupan
Tanjungkarang memulai dengan mengumpulkan dan membagikan biji benih sayuran
sejak April 2020. Sampai sekarang ini (10 Juni 2020) menerima 22 jenis tanaman
sayur dari berbagai pihak yang sudah dibagikan ke 28 komunitas atau kelompok,
sekitar 800an KK di 7 kabupaten/kota, kebanyakan di daerah Bandarlampung dan
sekitarnya. Selain itu juga menerima dan membagikan box untuk kolam ikan dan
polibag berbagai ukuran.
C.
Usaha kreatif.
Memulai atau
meneruskan usaha-usaha kreatif, dengan berbagai model sesuai kebutuhan
masyarakat sekarang. Beberapa teman mulai menggunakan dapur sebagai sarana
produksi, bikin kue kering atau basah, lauk matang dan sebagainya lalu
ditawarkan ke grup-grup atau medsos yang diikuti.
Misal para guru Growing Hope membuat aneka kue, ayam
frozen, minuman sehat dan sebagainya di sela jam mengajar online untuk siswa berkebutuhan
khusus. Beberapa penjahit kami libatkan ketika ada jaringan yang ingin
berdonasi dan terlibat dalam gerakan sejuta masker untuk Lampung tapi ndak bisa
menjahit sendiri. Mereka mengirimkan dana ke penjahit-penjahit itu sesuai harga
yang disepakati dan masker yang jadi dikirim ke KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang.
Komunitas Berkat Yakin oleh Gebe, mengambil kopi dan gula aren semut dari
Ulubelu ditawarkan secara online di medsos. Seno seniman muda Metro menerima
pesanan lukis wajah dengan berbagai harga variatif, termasuk pemesanan
bingkainya. Iin Komunitas Dakocan menawarkan beras dan telur herbal dari
pertanian diantar sendiri ke konsumen yang pesan tanpa tambahan ongkir. Komeng
Liwa berkeliling door to door
menawarkan kerajinan dari batok kelapa. Dan banyak contoh lain. Mungkin mereka
sudah melakukannya sebelum wabah tapi mereka terus melakukannya dengan gigih di
masa sekarang ini dengan berbagai cara kreatif.
D.
Komunal
Aksi mandiri
tidak dilakukan tidak sendirian, tapi dalam komunitas, secara komunal. Mesti
dalam semangat sosial, solidaritas, “saling…” Karena, tidak mungkin memenuhi
semua kebutuhan itu sendirian. Memilih membeli di warung tetangga daripada di
mall itu juga menjadi aksi. Yang tidak bisa dipenuhi oleh warung sebelah baru
ke toko besar.
Membangun
solidaritas. Baksos sembako sangat baik, tapi kenapa tak diselipi kepedulian
terhadap petani dan pelaku UKM sehingga bukan mi instan yang dibagi, tapi paket
sayuran. Bukan membagikan tepung terigu tapi memasukkan pengganti beras dari
lokal (ubi, singkong dsb), paket bumbu, makanan olahan rumah tangga dsb. Repot
iya, tapi itulah kekuatan gerakan.
E.
Merawat Sumber
Hidup
Masa pandemi ini
adalah masa untuk latihan mawas diri. Kita berada dalam aliran deras
kapitalisme juga konsumerisme yang semakin menjauhkan kita dari ‘sumber’.
Misalnya sumber air, orang ndak tahu lagi sumur sebagai sumber air minum, cara
merawatnya dan sebagainya karena selama ini langsung terima gallon. Gallon tak
ada teriak-teriak. Ndak tahu sumber protein ikan, asal buang sampah saja di
sungai dan laut sehingga sampah itu tak diketahui masuk perut sendiri. Atau tak
ngerti banyaknya obat yang masuk tambak atau tanah, yang seharusnya tak perlu. Wabah
ini mesti jadi latihan kita untuk mawas diri, mulai sadar mendekat mengenali
sumber-sumber hidup, dan merawatnya demi kita sendiri.
F.
Menyebarkan
semangat itu ke semua orang.
Jangan menyimpan
semangat sendiri untuk diri sendiri. KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang membuka
diri bekerjasama dengan banyak lembaga media untuk menyebarkan semangat ini,
seperti bincang santai di chanel Komsos Keuskupan Tanjungkarang, menyebarkan
informasi kepada para jurnalis berbagai media, menggunakan medsos dan
sebagainya.
Sebuah
keyakinan menjadi dasar atas aksi-aksi ini. Bahwa pandemi kali ini memberi
kesempatan kepada kita untuk mengelola alam lingkungan dengan baik. Bukan hanya
terlibat menjaga kelangsungan hidup setiap manusia, tapi juga mewujudkan tanggung
jawab manusia untuk mengelola alam semesta supaya bisa dimanfaatkan oleh
seluruh umat manusia tanpa kecuali (bdk. Laudato Si art. 93). Cakupan tanggung
jawab bukan hanya kepada sesama yang hidup sekarang ini, bahkan meliputi generasi
manusia yang akan datang. Tanggung jawab ini mengandaikan terbangunnya
solidaritas dari mereka yang telah tercukupi hidupnya untuk mau berkorban atau
repot sedikit/banyak bagi kelayakan hidup orang-orang lain yang kekurangan,
yang membutuhkan bantuan.
Suara yang baik
harus diperdengarkan supaya suara yang jelek atau jahat tidak mendominasi.
“Bila yang baik, tak mau bicara, yang buruk tertawa…” (Holaspica, lagu Naik ke Laut).
PENUTUP
Negara
tidak punya sistem yang memadai untuk mengatasi Covid 19 maupun menangani semua
dampaknya dalam bidang apapun. Saya memilih tidak mati konyol karena
tidaksiapan sistem Negara kita, demikian juga jangan sampai ada orang yang
terpuruk menjadi korban karena Covid19, ketidaksiapan semua pihak, tak adanya
kebijakan yang mengakomodir semua maupun seluruh kelalaian yang muncul karena
ketidaktahuan. Masyarakat mesti mandiri, tidak mungkin mengandalkan diri pada
bantuan sosial dari manapun. Mengumpulkan benih dan membagikannya hanyalah
contoh kecil tidak menggantungkan diri pada nasi kotak atau paket sembako atau
bantuan dana tunai.
Jadi,
mari melakukan sesuatu untuk melindungi diri sendiri, bersama dengan keluarga,
komunitas, dan terus menyebarkan lingkar pengaruh ini hingga ke masyarakat
luas. Negara harus mendukung usaha-usaha baik semacam ini walau kita tak
berteriak di parlemen maupun jalanan, karena aksi-aksi ini berdampak konkret
bagi kita, bagi masyarakat. Salah satu bentuk perlindungan Negara adalah
membuat kebijakan yang menjamin keamanan seluruh rakyat termasuk keamanan
pangan.
*
Ch.
Dwi Yuli Nugrahani, Ketua KKPPMP Keuskupan
Tanjungkarang
Badan Pengurus Sekretariat Gender
dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) KWI
Pembina Jaringan Perempuan
Padmarini (JPP) Lampung
Pembina Forum Komunikasi Serikat
Pekerja Lampung (FKSPL)
Wakil Ketua Forum Partisipasi
Publik untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PUSPA) Provinsi
Lampung
Koordinator Gerakan Sejuta Masker
untuk Lampung
Thursday, June 18, 2020
Masyarakat Mandiri Pangan (1): Mengumpulkan dan Membagikan benih
- 1. Menanami sekitar rumah dengan tanaman konsumsi menggunakan media tanah, pot, hidroponik dan sebagainya.
- 2. Memulai usaha kreatif, online, dengan berbagai model.
Tahap pertama, sembari di rumah saja, pilihan yang pertama bisa dibuat. Mulai mengumpulkan wadah-wadah yang bisa dipakai untuk media tanam, mencari tanah yang subur dan pupuk organik, mencari benih-benih yang bisa panen dengan cepat.
Untuk ini mesti saling bantu, saling berbagi kebutuhan-kebutuhan:
1. 1. Polibag atau wadah-wadah bekas
2. 2. Pupuk kandang atau pupuk jenis apa pun
3. 3. Benih-benih sayuran yang cepat panen: kangkung, bayam, sawi, cabai, terong, tomat, kacang panjang, buncis dan sebagainya.
4. 4. Bibit untuk karbohidrat yang cepat panen: ubi jalar, singkong dsb (ini untuk yang punya lahan lebih luas)
5. 5. Benih ikan atau anakan ayam.
Dan menyebarkan semangat ini ke banyak orang. Ini yang kemudian kami lakukan. Mengumpulkan benih-benih dan membagikannya ke orang-orang yang membutuhkannya.