Tuesday, June 30, 2020

Masyarakat Mandiri Pangan (3): Usaha yukkk... usaha apa pun.

Banyak keluhan tentang PHK, gaji yang dipotong dan sebagainya. Ini masa pageblug, serba susah. Tapi lebih baik terus bergerak daripada hanya berkeluh kesah saja. Namanya situasi susah, maka seluruh upaya harus dibuat biar tidak mati konyol. 

Salah satu yang kami bikin adalah pelatihan membuat produksi rumahan yang bisa dijual. Pelatihan membuat abon ikan kami lakukan pada 16 Juni 2020 bersama karyawan susteran CB Tanjungsenang, Lampung. Sebenarnya sudah beberapa saat rencana tentang ini akan dibuat dibuat oleh KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang, tapi baru bisa diselenggarakan, diikuti oleh para karyawan dan beberapa orang yang berminat.

Ikan patin dipilih karena harganya lumayan murah, Rp. 20 ribu per kilo. Untuk resep cek di sini. Kami membuat rasa pedas dan rasa orisinil. Lalu sebagian dari hasilnya kami isikan dalam roti. Jadi ada dua produk yang bisa jadi dalam pelatihan ini, abon dan roti isi abon.

Namun bukan hanya itu. Mereka juga sudah membuat kripik tempe dan telur asin model rendam dengan rempah-rempah. Masih juga membuat teh telang romantis yang melihat warnanya saja sudah bikin seger. Hmmm...

Bagian terakhir bikin hitung-hitungan sedikit tentang penjualan dan harganya. Lalu mesti latihan lagi supaya lebih ahli donggg... Yang mau lihat hebohnya bisa buka chanel Komsos Tanjungkarang. Klik sini. 



Hasil pelatihan sehari. Abon ikan, roti, telur asin dan teh bunga telang.


Harapan tentang usaha-usaha penopang masyarakat mandiri pangan ini mesti terus ditambah dengan alternatif-alternatif apapun berangkat dari apa yang ada, apa yang dimiliki oleh masyarakat. Kritikan dan usulan untuk menggunakan pangan lokal merupakan hal yang sangat penting. Dalam banyak kesempatan saya juga bilang untuk mengurangi tepung terigu terkait dengan ketahanan pangan dan juga kesehatan. Semangat mengurangi sampah khususnya sampah plastik juga harus dikuatkan. Pokoknya semua usaha baik harus terus dilakukan.

Kemaring ketika beberapa ibu bertanya tentang alat press abon yang saya gunakan, selain saya sebutkan bisa membeli di mana, saya juga sarankan untuk menggunakan alat-alat yang ada di dapur saja. Dengan demikian, usaha-usaha mandiri ini bisa diduplikasi oleh siapa pun. 

Mulai dari yang ada dan kreatif dalam usaha. Tidak morat-marit karena covid, dan terus iris karena covid.


Friday, June 19, 2020

Masyarakat Mandiri Pangan (2) : Pangan dari Pekarangan


“Gerakan Masyarakat Mandiri Pangan”

 

Oleh: Ch. Dwi Yuli Nugrahani, STP.

Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran Perantau (KKPPMP)

Keuskupan Tanjungkarang

 

Disampaikan dalam Diskusi bersama Gerakan Perempuan Lampung “Kesiapan Pemerintah Provinsi Lampung dalam Menjamin Ketersediaan Pangan untuk Masyarakat Miskin terdampak Covid 19”, Rabu, 10 Juni 2020 melalui Google Meet oleh Lembaga Advokasi Damar. Narasumber lain: Ir. Ida Rachmawati MSI, Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung dan Siti Noor Laila, Komisioner Komnas HAM Periode 2012 - 2017

 

#solidaritaskeuskupantanjungkarangbersamalawancovid19

#sejutamaskeruntuklampung

#pangandaripekarangan

 

Masyarakat harus mulai menerima, memahami, menyadari bahwa Covid ini telah menjadi bagian dari ekosistem dunia, dan akan terus ada. Wabahnya akan berhenti, tapi virus ini tak mungkin hilang. Dampaknya masih akan terus berjalan.

Bukan hanya soal kesehatan, wabah Virus covid 19 memberikan dampak pada semua bidang, dan dampak secara ekonomi yang tidak sedikit. Banyak pekerja terpaksa dirumahkan, diPHK, dipotong gajinya, terpaksa menutup tempat usaha, tidak bisa menjalankan usaha dengan normal, kerugian terus terjadi dan sebagainya. Susah mencari data akurat, misal sumber KADIN bidang UMKM, sampai April lalu ada 15 juta lebih korban PHK (cnnindonesia.com, 01/05). Posko Satgas Gugus Tugas Covid 19 Prov Lampung mencatat 3.475 orang menjadi pengangguran terdampak Covid (lampost.co, 05/05). Data yang sebenarnya pasti lebih banyak apalagi jika bicara tentang pekerja informal, pedagang kecil, industri rumah tangga dan sebagainya. Dalam situasi seperti itu, keluarga-keluarga harus bertahan hidup dengan pemenuhan kebutuhan pokok/primer yang tak mungkin ditunda.

Menyiapkan diri supaya ekonomi tidak morat-marit akibat covid harus dilakukan secepat mungkin, sedini mungkin, paling tidak untuk pemenuhan pangan sehari-hari, yang cukup, bergizi dan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga tanpa kecuali sesuai kondisi masing-masing untuk jangka waktu yang tak bisa diprediksi. Perempuan hamil, menyusui, anak-anak, lansia harus selalu mendapatkan perhatian khusus. Setiap keluarga mesti mandiri dalam pangan.

 

AKSI MANDIRI

A.    Perencanaan keuangan.

Pertama-tama, mesti mulai dari yang ada. Merencanakan pengeluaran dan pemasukan keuangan keluarga sesuai prioritas. Irit, yang tidak perlu tidak usah dibeli. Dan menyisihkan sebagian untuk tabungan. Orang yang tak punya tabungan itu orang yang tak punya masa depan.

Berlatih merencanakan keuangan, bisa mengambil cara kuno. Saat masak ambil secangkir kecil beras, sesendok gula, sedikit minyak, sisihkan di wadah lain. Saat wadah penuh, tukar dengan bahan baru, dan yang disisihkan itu yang dipakai sedangkan yang baru disimpan.

B.     Pangan dari pekarangan.

Menanami sekitar rumah dengan tanaman konsumsi menggunakan media tanah, pasir, pot, hidroponik dan sebagainya sebagai sumber pangan.

  • 1.      Sumber vitamin dan mineral. Benih-benih sayuran yang cepat panen: kangkung, bayam, sawi, cabai, terong, tomat, kacang panjang, buncis dan sebagainya.
  • 2.      Sumber karbohidrat yang cepat panen: ubi jalar, singkong dsb (ini untuk yang punya lahan lebih luas)
  • 3.      Sumber protein bisa diambil dari ikan atau ayam atau ternak yang bisa dipelihara di sekitar rumah.

KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang memulai dengan mengumpulkan dan membagikan biji benih sayuran sejak April 2020. Sampai sekarang ini (10 Juni 2020) menerima 22 jenis tanaman sayur dari berbagai pihak yang sudah dibagikan ke 28 komunitas atau kelompok, sekitar 800an KK di 7 kabupaten/kota, kebanyakan di daerah Bandarlampung dan sekitarnya. Selain itu juga menerima dan membagikan box untuk kolam ikan dan polibag berbagai ukuran.

C.     Usaha kreatif.

Memulai atau meneruskan usaha-usaha kreatif, dengan berbagai model sesuai kebutuhan masyarakat sekarang. Beberapa teman mulai menggunakan dapur sebagai sarana produksi, bikin kue kering atau basah, lauk matang dan sebagainya lalu ditawarkan ke grup-grup atau medsos yang diikuti.

Misal para guru Growing Hope membuat aneka kue, ayam frozen, minuman sehat dan sebagainya di sela jam mengajar online untuk siswa berkebutuhan khusus. Beberapa penjahit kami libatkan ketika ada jaringan yang ingin berdonasi dan terlibat dalam gerakan sejuta masker untuk Lampung tapi ndak bisa menjahit sendiri. Mereka mengirimkan dana ke penjahit-penjahit itu sesuai harga yang disepakati dan masker yang jadi dikirim ke KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang. Komunitas Berkat Yakin oleh Gebe, mengambil kopi dan gula aren semut dari Ulubelu ditawarkan secara online di medsos. Seno seniman muda Metro menerima pesanan lukis wajah dengan berbagai harga variatif, termasuk pemesanan bingkainya. Iin Komunitas Dakocan menawarkan beras dan telur herbal dari pertanian diantar sendiri ke konsumen yang pesan tanpa tambahan ongkir. Komeng Liwa berkeliling door to door menawarkan kerajinan dari batok kelapa. Dan banyak contoh lain. Mungkin mereka sudah melakukannya sebelum wabah tapi mereka terus melakukannya dengan gigih di masa sekarang ini dengan berbagai cara kreatif.

D.    Komunal

Aksi mandiri tidak dilakukan tidak sendirian, tapi dalam komunitas, secara komunal. Mesti dalam semangat sosial, solidaritas, “saling…” Karena, tidak mungkin memenuhi semua kebutuhan itu sendirian. Memilih membeli di warung tetangga daripada di mall itu juga menjadi aksi. Yang tidak bisa dipenuhi oleh warung sebelah baru ke toko besar.

Membangun solidaritas. Baksos sembako sangat baik, tapi kenapa tak diselipi kepedulian terhadap petani dan pelaku UKM sehingga bukan mi instan yang dibagi, tapi paket sayuran. Bukan membagikan tepung terigu tapi memasukkan pengganti beras dari lokal (ubi, singkong dsb), paket bumbu, makanan olahan rumah tangga dsb. Repot iya, tapi itulah kekuatan gerakan.

E.     Merawat Sumber Hidup

Masa pandemi ini adalah masa untuk latihan mawas diri. Kita berada dalam aliran deras kapitalisme juga konsumerisme yang semakin menjauhkan kita dari ‘sumber’. Misalnya sumber air, orang ndak tahu lagi sumur sebagai sumber air minum, cara merawatnya dan sebagainya karena selama ini langsung terima gallon. Gallon tak ada teriak-teriak. Ndak tahu sumber protein ikan, asal buang sampah saja di sungai dan laut sehingga sampah itu tak diketahui masuk perut sendiri. Atau tak ngerti banyaknya obat yang masuk tambak atau tanah, yang seharusnya tak perlu. Wabah ini mesti jadi latihan kita untuk mawas diri, mulai sadar mendekat mengenali sumber-sumber hidup, dan merawatnya demi kita sendiri.

F.     Menyebarkan semangat itu ke semua orang.

Jangan menyimpan semangat sendiri untuk diri sendiri. KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang membuka diri bekerjasama dengan banyak lembaga media untuk menyebarkan semangat ini, seperti bincang santai di chanel Komsos Keuskupan Tanjungkarang, menyebarkan informasi kepada para jurnalis berbagai media, menggunakan medsos dan sebagainya.

Sebuah keyakinan menjadi dasar atas aksi-aksi ini. Bahwa pandemi kali ini memberi kesempatan kepada kita untuk mengelola alam lingkungan dengan baik. Bukan hanya terlibat menjaga kelangsungan hidup setiap manusia, tapi juga mewujudkan tanggung jawab manusia untuk mengelola alam semesta supaya bisa dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia tanpa kecuali (bdk. Laudato Si art. 93). Cakupan tanggung jawab bukan hanya kepada sesama yang hidup sekarang ini, bahkan meliputi generasi manusia yang akan datang. Tanggung jawab ini mengandaikan terbangunnya solidaritas dari mereka yang telah tercukupi hidupnya untuk mau berkorban atau repot sedikit/banyak bagi kelayakan hidup orang-orang lain yang kekurangan, yang membutuhkan bantuan.

Suara yang baik harus diperdengarkan supaya suara yang jelek atau jahat tidak mendominasi. “Bila yang baik, tak mau bicara, yang buruk tertawa…” (Holaspica, lagu Naik ke Laut).

 

PENUTUP

Negara tidak punya sistem yang memadai untuk mengatasi Covid 19 maupun menangani semua dampaknya dalam bidang apapun. Saya memilih tidak mati konyol karena tidaksiapan sistem Negara kita, demikian juga jangan sampai ada orang yang terpuruk menjadi korban karena Covid19, ketidaksiapan semua pihak, tak adanya kebijakan yang mengakomodir semua maupun seluruh kelalaian yang muncul karena ketidaktahuan. Masyarakat mesti mandiri, tidak mungkin mengandalkan diri pada bantuan sosial dari manapun. Mengumpulkan benih dan membagikannya hanyalah contoh kecil tidak menggantungkan diri pada nasi kotak atau paket sembako atau bantuan dana tunai.

Jadi, mari melakukan sesuatu untuk melindungi diri sendiri, bersama dengan keluarga, komunitas, dan terus menyebarkan lingkar pengaruh ini hingga ke masyarakat luas. Negara harus mendukung usaha-usaha baik semacam ini walau kita tak berteriak di parlemen maupun jalanan, karena aksi-aksi ini berdampak konkret bagi kita, bagi masyarakat. Salah satu bentuk perlindungan Negara adalah membuat kebijakan yang menjamin keamanan seluruh rakyat termasuk keamanan pangan.

*

 

Ch. Dwi Yuli Nugrahani, Ketua KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang

Badan Pengurus Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) KWI

Pembina Jaringan Perempuan Padmarini (JPP) Lampung

Pembina Forum Komunikasi Serikat Pekerja Lampung (FKSPL)

Wakil Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PUSPA) Provinsi Lampung

Koordinator Gerakan Sejuta Masker untuk Lampung

 



Thursday, June 18, 2020

Masyarakat Mandiri Pangan (1): Mengumpulkan dan Membagikan benih

Masuk bulan April 2020, keluhan dampak pandemi Covid19 semakin banyak. Bukan hanya tentang minimnya sarana perlindungan diri tapi dalam bidang-bidang yang lain. Virus covid 19 memberikan dampak ekonomi yang tidak sedikit. Banyak pekerja terpaksa dirumahkan, diPHK, dipotong gajinya, terpaksa menutup tempat usaha, tidak bisa menjalankan usaha dengan normal, kerugian terus terjadi dan sebagainya. Dalam situasi seperti itu, keluarga-keluarga harus bertahan hidup dengan pemenuhan kebutuhan pokok primer yang tak mungkin ditunda.

Alternatif
yang bisa dilakukan:

-        1. Menanami sekitar rumah dengan tanaman konsumsi menggunakan media tanah, pot, hidroponik dan sebagainya.

-         2. Memulai usaha kreatif, online, dengan berbagai model.

Tahap pertama, sembari di rumah saja, pilihan yang pertama bisa dibuat. Mulai mengumpulkan wadah-wadah yang bisa dipakai untuk media tanam, mencari tanah yang subur dan pupuk organik, mencari benih-benih yang bisa panen dengan cepat.

Untuk ini mesti saling bantu, saling berbagi kebutuhan-kebutuhan:

1.       1. Polibag atau wadah-wadah bekas

2.       2. Pupuk kandang atau pupuk jenis apa pun

3.       3. Benih-benih sayuran yang cepat panen: kangkung, bayam, sawi, cabai, terong, tomat, kacang panjang, buncis dan sebagainya.

4.       4. Bibit untuk karbohidrat yang cepat panen: ubi jalar, singkong dsb (ini untuk yang punya lahan lebih luas)

5.       5. Benih ikan atau anakan ayam.

Dan menyebarkan semangat ini ke banyak orang. Ini yang kemudian kami lakukan. Mengumpulkan benih-benih dan membagikannya ke orang-orang yang membutuhkannya.