Pada hari pertama jadwal pengumpulan masker 30 Maret 2020,
dua tempat menerima ratusan masker sore hari yang terkumpul 273 masker (Puji
Tuhan.), satu tempat cuci masih kosong sampai beberapa hari kemudian. Apakah
ini akan berhasil? Aku ketar-ketir. Ya, tetap saja harus disyukuri. Sejuta
masker atau sejuta apa pun toh harus mulai dari angka 1.
Banyak kelompok yang mulai melaporkan kiriman-kiriman mereka
di posko cuci. Mereka boleh pilih lokasi cuci yang paling dekat dengan mereka.
Para ibu dalam Wanita Katolik RI DPD Lampung termasuk yang bergerak pertama.
Mereka memotong kain-kain di suatu tempat, lalu membaginya ke para relawan yang
menjahit di beberapa tempat dalam kota. Semangat ini kemudian disebarkan ke
berbagai cabang yang ada di Provinsi Lampung. Lalu para bapak dan ibu dalam
Paguyupan Devosan Kerahiman Ilahi (PDKI) Lampung. Mereka mempunyai beberapa
relawan jahit, juga menjahitkan masker-masker ke penjahit professional atau
konveksi sehingga mempunyai kecepatan jahit luar biasa. Kelompok lain juga
bergerak, dari 4 paroki yang ada di wilayah Bandarlampung, termasuk Margoagung.
Kemudian komunitas-komunitas awam, suster, dan sebagainya. Jumlah-jumlah masker
yang beragam masuk dan kucatat. Angka besar dan kecil berdatangan di 3 posko
cuci yang sudah bersedia. Saat penyebaran masker ke pasar-pasar di
Bandarlampung, Sabtu 4 April 2020, tersedia 1.050 masker yang siap dibagi,
bahkan sebelumnya sudah diambil oleh beberapa kelompok beberapa ratus masker.
Sembari menunggu masker-masker itu terkumpul dan dicuci
seterika, aku mulai menulis apa yang sudah dirancang sebelum masker-masker ini
dibuat, yaitu daerah-daerah yang paling membutuhkan masker. Tertulis awal 19
pasar yang ada di Bandarlampung (dalam perjalanan kemudian bertambah terus
bahkan sampai luar Bandarlampung). Sasarannya para pedagang kecil dan
orang-orang yang beraktifitas di sekitar pasar. Lalu terminal-terminal yang ada
di Bandarlampung (juga kemudian menyebar ke terminal di luar Bandarlampung).
Daerah padat penduduk, khususnya yang ada PDP terdeteksi di situ.
Kelompok-kelompok rentan yang tak mungkin di rumah saja dan tak mampu mengakses
masker. Juga aku menuliskan para warga binaan di LP-LP khususnya yang sudah
dilayani oleh Pemerhati LP KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang, panti asuhan, panti
jompo dan sekitarnya. Daftar awalku itu dibutuhkan 15an ribu masker kain, belum
termasuk yang darurat minta. Aku udah meniatkan, tak boleh menolak permintaan
berapapun masker yang dibutuhkan. Tapi memang itu tidak mungkin serta merta
dipenuhi, menunggu stok dari para relawan jahit.
Para relawan lain yang melakukan distribusi dan edukasi yang
terdiri dari orang-orang muda dari Komisi Kepemudaan Keuskupan Tanjungkarang,
OMK, PMKRI, PK, beberapa penggiat sosial dari paroki, dan sebagainya menyebar
pada sabtu dan minggu.
Sembari terus menerima masker-masker kain dari para relawan,
aku juga melipatgandakan pola masker yang kubuat. Kukirim ke Bakauheni,
Kalianda, Pringsewu dan tempat-tempat lain yang membutuhkan. Jika ada yang bisa
dititipin, pola masker itu kusertai dengan contoh masker yang kubuat. Contoh
yang ndak bisa dicontoh sebenarnya karena tahu sendiri jahitan tanganku kayak
apa. Walau kemudian ada kiriman dari orang baik sebuah mesin jahit mini, mesin
itu sangat terbatas. Jenis kain tertentu saja yang bisa, juga tak bisa menjahit
yang tebal. Jadi tetap saja aku menggunakan jarum tangan untuk beberapa bagian.
Penjahitan masker terus berjalan hingga ribuan. Para napi
belum mendapatkan bagian juga sampai beberapa minggu kemudian ada kiriman 2.000
masker yang didrop di posko caritas. Rm. Ucok kontak untuk mengambil
masker-masker itu, pak Rudi dari Tanjungkarang membantu membaginya ke 3 posko
cuci dan dalam minggu itu para napi di LP Narkoba, LP perempuan dan rutan way
hui mendapatkan bagian. Total 2.210 masker bisa diantarkan ke sana. Dan rupanya
belum ada kelompok manapun yang memberikan masker ke sana sehingga mereka
memang sangat membutuhkan. Sayang sekali hanya bisa memberikan 1 masker untuk 1
orang, padahal minimal 2 masker sebenarnya supaya bisa dicuci gentian.
Kiriman-kiriman masker terus ada dalam jumlah yang belum
memadai. Pembagian ke pasar-pasar, terminal dan daerah-daerah mengikuti stok
yang ada. Hingga sampai 30 April, sudah ada 28.483 masker yang sudah tersebar,
dan ada kiriman 9.000 lebih masker atau malah 10 ribu sedang dalam pencucian.
Rancangan berikutnya bisa dijalankan yaitu untuk warga binaan di LP rajabasa,
kalianda, metro, anak dan sbagainya. Kira-kira dibutuhkan 5.500 masker untuk
total semua, dan 1 napi mendapatkan 2 masker. 3 LP way hui harus dikirim lagi,
berarti sekitar 2.210 lagi untuk mereka. Kelompok lain adalah teman-teman para
buruh. Untuk mereka kusediakan khusus dan sudah mulai disebarkan khususnya yang
masih harus bekerja di luar rumah atau mau tak mau ketemu banyak orang. Di masa
puasa ini pun aku nowelin beberapa daerah di Lampung yang terpaksa tetap dalam
aktifitas bersama banyak orang, termasuk rt di mana aku tinggal lewat pak rt.
Aku bisa menyebutnya gini, ada para relawan jahit, relawan
cuci, relawan distribusi dan edukasi, donatur bahan-bahan dan para pendoa.
Itulah kami, tak bisa dideteksi semuanya. Untuk relawan jahit aku menulis lebih
dari 30 orang yang terlibat mau dicatat, relawan cuci 3 tempat tapi
masing-masing melibatkan banyak orang para suster dan karyawan setempat,relawan
distribusi lebih dari 20 orang, donatur bahan-bahan tak terdeteksi. Aku tidak
punya catatan khusus berapa karung kain perca yang sudah kami terima, berapa
gulung kain, berapa gulung karet, berapa meter tali, dan sebagainya. Para
pendoa, ya tentu sangat banyak lebih-lebih lagi. Aku percaya itu karena
itungan-itunganku udah ndak masuk akal semua tapi terjadi. Banyak, sangat banyak yang terlibat dalam aksi sejuta masker untuk Lampung ini. (Bersambung)
Semangat dan sehat selalu mbak Yuli.
ReplyDeleteSemoga Allah selalu melindungi..
Amin
Amin. Terimakasih.
Delete