Thursday, October 29, 2009

Ketinggalan Jaman


Kemarin saat pulang dari menjemput Albert, sudah remang menjelang magrib, di belokan jalan masuk perumahan, seorang bapak mengangguk, tersenyum dan membunyikan klakson. Aku membalas sapaan itu. Kemudian Albert bertanya.
"Ibu tahu itu tadi siapa?"
"Yang mana?"
"Yang baru saja ngebel itu."
"Nggak. Memang siapa, Bert? Albert kenal?"
"Itu kan Bapaknya Putu. Yang rumahnya samping Robi. Masa ibu gak tahu sih?"
"Oh, itu... Kok ibu gak pernah lihat?"
"Ibu sih tidak pernah keluar rumah."
"Masa sih Bert. Ibu kan keluar rumah terus."
"Iya, tapi ibu gak pernah main dengan ibu-ibu itu. Ibunya Afif, Pandu, Robi dan lain-lain kan sering main bareng di luar rumah."
"Memang ibu-ibu main apaan?"
"Bukan, bu. Ibu ini gak ngerti lo. Duduk-duduk bareng, ngobrol,...jadi gak ketinggalan jaman. Masa bapaknya Putu aja gak kenal."
"Lah ibu kapan bisa begitu. Kalau sore pulang jemput Albert gini pasti udah capek, dan ibu gak lihat ada ibu-ibu di luar rumah."
"Ya gak sore-sore. Siang atau pagi."
"Memang para ibu suka ngomong apa, Bert?"
"Macem-macem, bu. Tentang...alat makan, alat minum atau apa gitu. Albert sering denger kalau lagi main di dekat-dekat mereka. Ah, ibu ini ketinggalan jaman deh."
Aku gak tahu harus mikir apa. Tapi percakapan dengan Albert ini cukup mengusikku. Dia sendiri anak yang sangat memasyarakat. Sampai radius berapa kilometer, masih ada juga yang menyapa dan meneriakkan namanya. Aku sampai heran juga bagaimana mungkin Albert dikenal oleh orang-orang di luar perumahan, di blok lain dan sebagainya.
"Aku pernah dibantu cari kepiting sama mereka." Astaga, tentu saja aku melotot mendengar jawaban itu saat aku tanya kok gerombolan remaja usia SMA bisa meneriakkan nama Albert saat dia aku boncengin di blok E. Jarak yang lumayan jauh dari rumah. Keberanian Albert sering menguatirkanku. Tapi aku juga tidak ingin mengekangnya.
Alhasil, kalau mencariku di kompleks perumahan tempat aku tinggal, tidak mungkin dikenal jika sebut namaku. Sebut saja : Mama Albert atau Ibu Albert. Mereka akan paham dimana rumah yang harus didatangi.

2 comments:

  1. Terkadang, rutinitas orang tua membuat semua nampak "berbeda'. Tapi hubungan orang tua dan anak menemukan formulanya sendiri bukan kuantitas tapi kualitas hubungan, membuat kita tidak pernah jauh sekalipun "mereka" tidak selalu dekat...

    ReplyDelete
  2. Ya, mungkin begitu. Pasti ada formula yang tepat bagi kekuatiran orang tua dan kegembiraan anak-anak.

    ReplyDelete