Thursday, October 22, 2009

Ibu


Ini bukan foto baru. Diambil saat hari-hari pertama si kecil masuk sekolah, entah hari yang ke berapa. Aku mesti membantunya mengenakan baju, kaos kaki, sepatu, menyiapkan bekalnya dan kemudian mengantarnya ke sekolah. Menunggunya di gerbang hingga menghilang di deretan bangungan sekolah, setelah mencium pipi, bibir dan kening, tak lupa berkat di dahi. Ah juga setelah tepuk khusus yang hanya kami yang tahu. (Tos, jempol, kelingking, dan adu bogem. Hehehe...jika mau praktek, datanglah. Dan kemudian salaman kencang yang ditutup jabat erat gaya pejuang. "Selamat berjuang, jadi anak baik ya." Kadang,"Selamat berjuang jadi anak pintar!" Atau kata lain,"Selamat berjuang...")

Hal yang sama aku lakukan untuk si besar hingga kelas 2. Saat kelas 3 dia sudah mandiri karena sekolahnya siang, dan aku tidak bisa antar. Gantian, pulangnya yang bareng aku.

Tiap pagi, itulah upacara ibadatku. Sampai sekarang.

Ada hari-hari tertentu dimana aku tidak bisa melakukan hal itu. Jika aku tidak ada di rumah. Mereka bisa melakukan sendiri beberapa hal, atau dibantu Wawak.

Melakukannya, membuatku jadi ibu. Bukan hanya rahimku, tapi juga tanganku, mataku, mulutku, kakiku, tubuhku, hatiku...

Ya, aku seorang ibu. Aku tidak akan melupakannya. Walau mungkin aku juga menjadi seseorang yang lain saat bertemu dengan orang lain.

Ibu. Aku seorang ibu. Aku akan terus mengingatnya.

1 comment:

  1. Kadang-kadang memang bisa lupa bahwa seorang ibu adalah posisi yang spesial dan mesti berlaku spesial juga.

    ReplyDelete