Komunitas Berkat Yakin (KoBER) memulai kelas menulis kreatif untuk puisi dan prosa pada Sabtu 28 Mei 2016. Kelas menulis ini ditujukan untuk siwa SD, SMP, SMA, Mahasiswa dan Umum. Aku terlibat di dalamnya untuk menemani kelas prosa bagi mahasiswa dan umum.
Hmmm... apa asyiknya? Kita akan bergembira di kelas-kelas ini. Menguatkan minat kita dalam dunia penulisan, namun bukan menulis sembarangan dalam semangat instan. Kita akan benar-benar belajar.
Pengajar yang lain selain aku ada Inggit Putria Marga, Fitri Yani dan Yulizar Fadli. Tentu Ari Pahala Hutabarat terlibat sebagai penanggungjawab untuk seluruh materi karena dia nih sesepuhnya. Hehehe... Kelas akan dilakukan pada tiap Sabtu (dan mungkin juga Minggu jika ada kelas tambahan).
Nah, nah, nama-nama pengajar itu tentu saja bukan yang pertama-tama menjamin kelancaran proses latihan nulis. Maka ada nama-nama lain yang dilibatkan karyanya, yaitu satrawan-sastrawan dari Indonesia maupun luar Indonesia. Sebanyak 12 kali pertemuan akan 'ditelateni' selama tiga bulan pertama ini yang kemudian akan bersambung ke tiga bulan berikutnya untuk level selanjutnya, dan selanjutnya lagi.
Sunday, May 29, 2016
Tuesday, May 17, 2016
Mobil dari Kulit Jeruk Bali
Siapa yang pernah membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk bali pada waktu masih kecil? Aku salah satunya. Aku beruntung karena di belakang rumah orang tuaku ada pohon jeruk bali yang berbuah secara rutin. Hampir setiap saat kami bisa menikmatinya sampai kemudian harus ditebang karena sudah tua, rapuh dan tidak lagi tumbuh daun dan bunganya.
Nah, beberapa hari yang lalu kami mendapat kiriman buah ini dan otomatis ingatan melayang jauh ke masa lalu. Den Hendro mengiris kulit-kulitnya dan ...traaa daaa...jadilah mobil jeruk bali, disemat dengan tusuk sate dan diberi penumpang beberapa biji buah kemuning yang sudah merah.
"Lucu." Itu komentar yang pertama kali muncul dari bibir Nina, gadis kecil samping rumah. Heboh dia menarik mobil ke sana kemari. Oalah, kukira itulah kali pertama dia melihat jenis yang seperti ini. Hehehe...
Nah, beberapa hari yang lalu kami mendapat kiriman buah ini dan otomatis ingatan melayang jauh ke masa lalu. Den Hendro mengiris kulit-kulitnya dan ...traaa daaa...jadilah mobil jeruk bali, disemat dengan tusuk sate dan diberi penumpang beberapa biji buah kemuning yang sudah merah.
"Lucu." Itu komentar yang pertama kali muncul dari bibir Nina, gadis kecil samping rumah. Heboh dia menarik mobil ke sana kemari. Oalah, kukira itulah kali pertama dia melihat jenis yang seperti ini. Hehehe...
Subscribe to:
Posts (Atom)