Wednesday, August 14, 2013

Mimpi Bau Kemuning

Dari jendela kamar ini tanah berembun di bawah sana tak terjangkau.
Kegelisahan dimulai saat helai kemuning pertama rontok oleh angin berayun.
Jika aku bisa membuka jendela, loncatan pasti membuat kakiku patah,
sebelum menyeret tubuh menangkap helai kedua atau mungkin kesejuta.

Aku memastikan dompet sudah di saku dan kerudung menutup kepala.
Gerendel jendela hanya setinggi hidung dengan lumas yang menetes.
Tak ada derit, hanya angin awal musim penghujan masuk menyertai sibakan.

Seseorang di seberang jalan melambai dan menunjuk pada kemuning.
Dia sahabat pertama yang tersenyum tanpa janji menopang tubuhku.

Jika aku tidak jatuh saat ini, yang kudapat hanya ruang mati
dan diriku sebagai orang asing.

No comments:

Post a Comment