Wednesday, February 09, 2011

Penjual Obat

Beberapa hari lalu si Tyo sakit gigi. Pagi-pagi aku mampir ke Apotik Enggal untuk membelikannya minyak tawon untuk mengurangi rasa sakitnya.
"Ini obat untuk semua penyakit. Tidak selalu menyembuhkan, tapi bisa mengurangi rasa sakitnya. Kalau sakit gigi, oles aja di gigi atau gusinya dan pipi. Jika sakit batuk, oles di leher, dada dan punggung dan minum dikit. Untuk sakit yang lainnya. Lecet, terbakar, masuk angin, sakit perut, memar,...pokoke apa aja. Ini obat untuk segala sakit. Baca lengkapnya di kertas bungkus itu."
Tyo manggut-manggut aja sambil mlongo.
"Dados pinten, mbak? Regine pinten?"
Ganti aku yang mlongo, eh mendelik.
"Memangnya aku penjual obat? Dasar! Itu untukmu. Pakai kalau sakit! Kalau kau percaya, sembuhlah kau!"
"O..."
Bejo yang kebetulan nguping di belakang kami nyletuk.
"Bayarnya di aku, Yok."
Tyo masih memandangku.
"Wah,nggih dados mboten sekeca kula, mbak."
Eh si gundul Bejo ngakak-ngakak.
"Hahaha...baru tahu ya? Mbak Yuli kan paling bisa membuat orang gak enak ati. Lalu terjebaklah orang itu. Hahaha..."
Terpaksa kusambit gundulnya.
Tyo dengan wajah malaikatnya cuma mantuk-mantuk.
"Maturnuwun."
Bentar kemudian, dia datang lagi sambil menyorongkan teh dan pisang goreng sisa malam ke mejaku.
Aku tahu si Bejo tetep cengar-cengir. Anjrit! Pasti dalam hatinya dia bilang,"Bener kan. Orang pasti jadi gak enak hati sama si mbakyu n terpaksa mengikuti keinginannya."
Ya, habis gimana lagi. Hehehe...

No comments:

Post a Comment