Semalam aku melewatkan malam romantis di dermaga 1 Pelabuhan Bakauheni. Tidak, aku tidak sedang dalam perjalanan kemana-mana. Hanya di dermaga 1 saja tujuanku. Berderet lampu di kejauhan, mengingatkan Panderman dengan lampu natal keabadian. Laut sedang tenang membayangkan banyak pantai di langit tanpa purnama. Berderet lelaki memancing, dan berderet perempuan berdandan. Para lelaki mendapat ikan, dan para perempuan mendapat uang.
Aku duduk di salah satu tikar. Memesan kopi untuk Ucok di sebelahku. Tapi aku tidak minum setegukpun. Aku menikmati wangi perempuan tua cantik berdandan di sampingku. Bahasa kacau yang keluar dari mulutnya membuatku tidak bisa mengerem senyum. Dan berhamburan segala cerita karena senyum itu. Anaknya, rumahnya, pekerjaannya, jemarinya, malam-malamnya, siang-siangnya, jemarinya...
Ucok tak bicara sepatahpun. Heran ada kehidupan yang seperti itu.
Aku hanya tersenyum. Membawanya pada romantismeku. Pada maklumku.
Hingga larut malam. Tengah malam.