Wednesday, June 25, 2025

GOWOK

 Kata gowok itu terlalu kasar kayaknya di telinga orang yang lemah lembut seperti aku. Hehehe. Aku bertanya pada 10 orang: "Menurutmu film Gowok itu film romantis, sejarah, horor, komedi atau kriminal?" Tujuh orang diantaranya mengatakan itu film horor. Selebihnya ragu-ragu tapi akhirnya menyebut bahwa itu film kriminal atau komedi.

 Jadwal dan Harga Tiket Film Gowok Kamasutra Jawa di Bioskop Surabaya

Dalam ingatanku, kata gowok kukenal pertama kali dalam novel Ahmad Tohari: Ronggeng Dukuh Paruk. Kesan utamaku terhadap kata ini adalah romantisme. Atau sesuatu yang membawa pada khayalan tentang berhubungan seksual secara indah. Gowok dalam Ronggeng Dukuh Paruk juga dituangkan secara komedi, lucu, dalam pembacaanku.

Nah, lalu bagaimana dengan Film Gowok Javanese Kamasutra yang disutradarai Hanung Bramantyo tayang di bioskop tahun 2025 ini? Aku tidak puas dengan film ini. Hmmm...

1. Judul yang ditampilkan itu berlebihan Gowok Javanese Kamasutra. Menurutku Gowok tak bisa disebut sebagai Javanese Kamasutra. Gowok pernah dilakukan pada suatu masa oleh kelompok tertentu saja di Jawa Tengah. Dalam tradisi Jawa secara umum, Gowok bertentangan dengan nilai-nilai kejawen. 

2. Film ini membuyarkan kesan pertamaku terhadap kata gowok yang kudapat dari Ronggeng Dukuh Paruk. Lewat novel itu, aku merasakan romantisme komedi karena memang tokoh yang ditampilkan dalam novel membawaku tersenyum sedikit miris. Dalam film ini, aku melihatnya sebagai tragis. Terlalu banyak kekerasan kesadisan ditampilin.

3. Harusnya ada pesan indah yang bisa disampaikan lewat film ini tapi tidak muncul. Kayaknya aku tidak pas menonton film model gini. Capek. Padahal ada banyak nilai yang sangat mungkin bisa disajikan apalagi kalau ini mau disandingkan dengan Kamasutra.

Tentang pemain, hmmm, awalnya aku kira Reza Rahardian yang akan jadi tokoh utamanya. Si Reza ini yang menjadi alasan utamaku nonton film ini. Ternyata Reza tampil sangat sedikit di bagian akhir film, tapi justru membuatku lega. Dia tampak tua memang cocok untuk dipasang sebagai tokoh utama di bagian akhir. Porsi yang tepat untuk dia. 

Sunday, June 22, 2025

BATAS DAN BEBAS PADA TORSO AYU PERMATA SARI

Pentas TORSO kunikmati dari awal sampai akhir dengan beberapa pikiran dan perasaan yang berubah-ubah. Saat memasuki gedung pentas Dewan Kesenian Lampung (DKL), Sabtu 21 Juni 2025, tanpa tahu apa yang sedang dipersiapkan untuk dipentaskan, ekspektasi memenuhi kepalaku. Tentu ekspektasi itu adalah gambaran ideal sebuah pementasan tari oleh Ayu. Aku mengenali beberapa tarian Ayu dan spontan gambaran semacam itulah yang menancap, disertai: "Tarian Ayu yang terakhir kulihat sudah beberapa tahun lalu, pasti ada yang meningkat kali ini." Mungkin saja ini sambungan dari X yang pernah kutulis di sini dan di sini pada November 2020.

Lingkaran putih di panggung sebelah kiri, statis dengan sosok Ayu yang samar-samar terlihat berbaju merah. Di sisi kanan, torso berbalut putih bergerak, meliuk dan bergetar. Lingkaran diam lebih menarik perhatian karena aku penasaran, apa yang bisa dimunculkan dari sana. Sedang gambar torso bergerak menayangkan citra yang sangat biasa, lenggok tubuh bagian dada, pinggang, perut, pinggul dan pantat.

 Gerak Ayu dalam lingkaran mengalir secara wajar serupa pengenalan pada gerakku sendiri, yang terus berkembang, bertumbuh seturut pertambahan umur, pertambahan pengalaman, pertambahan perjumpaan. Saat masih bayi aku bisa meringkuk atau kemudian berbaring menggerakkan kaki tangan hanya di tempat aku diletakkan, saat ini aku yang sudah sudah 50 tahun lebih mampu berpindah tempat bergerak lebih jauh. Dari bayi sampai saat ini, ada proses bertahap yang kulalui.

Tahapan gerak itulah yang muncul di babak awal. Dari gerak sederhana monoton, gerak menjadi semakin rumit, tapi sebagian gerak itu tampak canggung eh apa ya kata yang tepat, hmmm tampak pada wajah murung, kaku, mungkin karena tertahan oleh ketidaksukaan, oleh dorongan supaya tetap dalam kepantasan, keraguan, kesedihan, kemarahan terpendam, juga tertahan oleh lingkaran batas yang dipasang entah oleh siapa. Mungkin oleh orang lain, banyak orang, atau oleh tak siapa pun, alias Ayu sendiri.

Keberanian untuk melintas atau menerjang, ah tidak, bahkan menghancurkan batas lingkaran mengawali babak selanjutnya dalam perkembangan gerakan tubuh. Gerakan ini mewakili banyak kisah perempuan yang berjuang untuk mendapatkan haknya, bahkan perjuangan untuk mendapatkan perlindungan. Yap. Lingkaran batas ternyata bukan tempat aman bagi perempuan. Lingkaran batas bisa merupa ancaman, pengekangan, pelabelan dan penghentian langkah perempuan. 

Mungkin aku berlebihan, tapi simbol itu yang tampak dalam tendangan dan ayunan kaki Ayu. Semerta ekspresi wajah menjadi lebih kaya. Ada senyum, ada tawa, ada tangis, ada tekat bulat. Lingkaran yang terbongkar membuat gerak tubuh menjadi lebih bebas. Cercaan pasti muncul karena runtuhnya batas selalu menyisakan bekas. Gerak tak lagi rapi. Tubuh yang biasanya tegak dipaksa untuk tetap elegan dalam tatapan mata banyak orang, menjadi kotor penuh debu, sanggul terlepas, baju pembungkus tak lagi penting dipertentangkan. Tapi:"Tanpa batas lingkaran, panggung kukuasai." Dan Ayu bergerak bebas menguasai panggungnya.

Perempuan seperti semua manusia yang lain akan terus dalam proses pencarian selama nafas masih terhembus dalam tubuhnya. Pencarian itu akan membawanya menghadapi banyak hal. Ayu dalam Torso dihadapkan pada kultur perempuan Lampung yang mesti tegak menjunjung sigernya yang berat serta menjaga penghias tubuh bahkan hingga ujung-ujung jari. Khalayak memakainya sebagai ukuran keindahan/kecantikan perempuan. 

Gerak bebas tanpa batas pasti melemparkan siger itu dari kepala dan akan merontokkan seluruh perhiasan-perhiasan yang dilekatkan pada tubuhnya oleh siapa entah, mungkin orang lain, banyak orang, atau oleh tak siapa pun, alias Ayu sendiri. Masih cantikkah dia tanpa penghias tubuh itu? Hinaan apa yang dilontarkan padanya ketika seluruh hiasan itu lepas? Haruskah kecantikan dari tembaga dan gemerincing buatan itu terus disematkan pada perempuan? Bukankah dia sejatinya diciptakan cantik dengan mahkota martabat dan hiasan ketulusan hasil pengolahan pengalaman hidupnya?

Kata kunci yang tak kutemukan pralambangnya dalam Torso atau mungkin kulewatkan karena ketidakpekaanku adalah kata negosiasi. Negosiasi muncul dalam perbincangan usai pentas, dimunculkan oleh Ayu, Rio, Gelar, Nia dan Nabila, tim utama pementasan ini. Negosiasi bisa muncul saat ada banyak pihak berada dalam satu perjumpaan perbincangan, diwakili oleh 5 orang yang berbeda ini dalam proses penggarapan karya. Sedang dalam pentas, Ayu sendirian di atas panggung dalam wadag dan bayangan. Atau, mungkin aku bisa memilah Ayu menjadi beberapa pihak yang sedang melakukan negosiasi lewat eh dalam tubuhnya. Perjumpaan perbincangan itu harus diperkuat oleh organ-organ tubuh supaya negosiasi itu benar-benar tergambar, sehingga tak dijelaskan pun kata kunci itu bisa ditangkap.

Musik yang dirancang oleh Rio tak bisa kupilah bagian per bagian. Di sana ada perpaduan gambus dan suara dari benda-benda yang ada di dalam rumah. Juga ada suara kereta api, printer, suara bising entah. Mungkinkah pada beberapa bagian suara 'domestik' dari rumah masyarakat Lampung disajikan di sini secara jernih walau tak harus menampilkan alat musik tradisional? Jika berhasil, pasti bisa membantu penonton penuh daya khayal seperti aku untuk memuaikan pikiran. Mungkin juga bisa membantu Ayu menggerakkan tubuhnya yang sejati serupa ciptaan penuh talenta, menggali dasar, sekaligus membentangkan batas lingkaran semakin tanpa batas.

Visual yang dibuat Gelar membantuku. Bayangan yang bergerak di sana menjadi bandingan yang mengikuti sepanjang pementasan. Saat Rebeka dari Kelola mengungkapkan saat pentas di Kotabumi visual itu ditembakkan pada batang pohon kelapa, aku langsung membayangkan itu bakal menguatkan perbandingan antara wadag dan bayangan. Mungkinkah memindahkan batang-batang pohon Kotabumi itu ke atas panggung? Atau mungkin perlukah dipasang lembaran-lembaran layar yang bertindak sebagai pohon?

Usai pertunjukan, aku merenung-renung soal gerak tubuh Ayu yang 'biasa'. Kenapa tidak memilih gerakan yang 'luar biasa'? Hmmm... memang sih, sekali pun lingkaran pembatas perempuan sudah hancur, pun dia tetap ada dalam batas tubuhnya. Sebebas apa pun dia ingin bergerak, tubuhnya yang terbatas tetaplah membatasi jiwa. Kehendak bebas sang jiwa, tetaplah dia dalam ikatan tubuh yang terbatas. 

 

 


Tuesday, June 10, 2025

UMUR PANJANG PENTINGKAH?

 Setiap kali ulang tahun, ucapan yang familier adalah: "Selamat ulang tahun, semoga panjang umur." Benarkah panjang umur adalah pilihan yang terbaik? Begitu pentingkah umur panjang itu? 

Bertemu Bu Lian yang masih begitu lincah pada usia 90, aku spontan bercita-cita ingin seperti beliau. Tapi tentu saja seluruh hidupnya berbeda denganku. Gaya dan pola hidup pasti beda blas. Misal, beliau protes ketika mencium aroma asap rokok di gedung DKL. Beliau tak bisa kena asap rokok. Bisa menjadi sesak. Sedangkan aku, aku masih bisa menerima asap rokok walau aku tidak sedang merokok. Juga ketika sedang tidak fit, aku malah bisa merokok kretek rempah. Membuatku eh mungkin menyugestiku menjadi lebih segar. Tidak menjadi sesak.

Namun aku juga pernah bertemu banyak orang pada usia muda yang sungguh membuat prihatin karena terbelit masalah pada tubuhnya. Bukan hanya karena penyakit bawaan, tapi penyakit yang muncul karena gaya atau pola hidupnya. Bagaimana bisa mengalami hidup panjang dalam deraan sakit yang tak mungkin disembuhkan?

Gie, Soe Hok Gie pernah menulis: “Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.” Dia mati muda di Gunung Semeru pada puncak produktifitasnya. Dia pasti bahagia karena memang itulah yang dipikirkannya sejak mula.

Aku pernah tahu seorang nenek yang sudah berumur lebih dari 80 tahun, tak mampu lagi beraktifitas bertahun-tahun, hidup mengandalkan bantuan orang lain. Masih hidup, tapi tak mampu lagi bahkan untuk memilih akan yang akan dimakan atau diminum, tak bisa lagi bicara dengan baik atau tepat, tak bisa lagi mendengar suara-suara... 

Jadi, piye? Pentingkah panjang umur? Andai hidup ini sarana untuk mendapatkan pengalaman ragawi untuk jiwa yang sudah diciptakan, kupikir rentang waktu hidup tak lagi penting. Lebih penting bagaimana memilih menggunakan pengalaman hidup ini sebaik-baiknya.


Sunday, June 08, 2025

Tips Umur Panjang 2: SIBUK

 Dalam postingan beberapa minggu yang lalu klik sini aku menulis sebuah judul "Takut Mati?", tapi di dalamnya ada tips pertama untuk umur panjang. Tips berikutnya aku dapatkan dengan segera saat kesempatan emas bertemu perempuan luar biasa, Lian Gouw, seorang novelis yang lama tinggal di Amerika. Salah satu hal luar biasa dari perempuan ini adalah umurnya 90 tahun, dengan vitalitas yang sangat luar biasa. Sehat, lincah, penuh semangat. Cara bicara yang sangat rutin. Lembut tapi sangat jelas. Bisa menangkap suara dengan sangat baik. Tubuh yang tegak, cantik. Melakukan perjalanan sangat jauh dari Amerika ke banyak kota di Indonesia sendirian, dan melewati beberapa post perhentian, masih ceriaaa broooo...

Pertemuan terjadi di kantor Ketua Dewan Kesenian Lampung (DKL), di kompleks PKOR Way Halim, Bandarlampung. Beliau baru saja mengunjungi Musium Lampung, Perpusda Lampung, dan usai perbincangan masih akan lanjut melakukan siniar tentang buku, penulisan dan sebagainya.

Salah satu yang semua orang ingin tahu adalah bagaimana beliau masih segitu sehat lincah di umur 90 tahun? Aku yang baru lewat dikit dari 50 tahun serasa malu ati. Gimana tidak? Aku masih segini aja udah mengeluh ini itu, sakit pingganglah, capeklah, sakit tumit lah, dst.

Beliau menjawab singkat atas pertanyaan itu:"Sibuk." 

Bu Lian tidak memberikan jawaban rinci lebih lanjut. Namun kami kemudian membahasnya tanpa panduan. Aku memikirkannya lanjut sebagai bagian dari yang pernah kupikirkan sebelumnya, bahwa kata sibuk itu bisa diartikan melakukan banyak hal, termasuk bicara, berpikir, melakukan perjalanan, terlibat dalam kegiatan-kegiatan. 

Sibuk bisa saja memasukkan di dalamnya melakukan kegiatan-kegiatan yang disukai, yang sesuai passion, dan ini bermakna hati pasti gembira, berkobar-kobar penuh semangat. Melakukan sesuatu lalu ada ide lain terkait dengan hal itu, terus begitu, terus, terus dan terus. Aku jadi ingat bang Isbedy, yang sekarang ini sudah usia lanjut juga pernah mengatakan hal serupa dengan istilah sedikit berbeda: "Aku tak mau jadi pernah, Yul." Artinya juga terus, terus, terus,... Melakukan sesuai yang disukai dan dimaui untuk dilakukan.

Sibuk bisa juga memasukkan di dalamnya kegiatan yang menunjang harmoninya. Misalnya terus bekerja, berolahraga, makan, berdoa, bertemu banyak orang  dan seterusnya. Tentu saja semuanya dilakukan secara seimbang sesuai kebutuhan tubuh.

Nah, sibuk juga harus memasukkan kegiatan yang menjadi wujud pertanggungjawaban kewajiban-kewajiban. Misalnya aku seorang istri, ya aku menjalankan kewajiban-kewajiban itu, suka tidak suka. Sebagai ibu, sebagai nenek, sebagai tetangga, sebagai warganegara dan sebagainya.

Dalam pikiranku, sibuk menjadi tanda bahwa masih ada urusan yang harus dikerjakan sebagai manusia yang bertubuh. Masih ada banyak hal yang harus dilakukan untuk memenuhi banyak hal. Artinya ya jika tak ada lagi yang perlu dilakukan tak perlu diurus maka sudah selesailah kehidupan manusia itu. Cukup sudah waktu hidupnya. Hmmm... 

Monday, May 26, 2025

DOA TAHUN YUBILEUM 2025

DOA TAHUN YUBILEUM 2025

Bapa yang ada di Surga, semoga iman yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dalam Putra-Mu, Yesus Kristus, saudara kami, dan nyala api cinta kasih yang dicurahkan ke dalam hati kami oleh Roh Kudus, membangkitkan pengharapan yang mulia akan kedatangan Kerajaan-Mu di dalam diri kami.

Semoga rahmat-Mu mengubah kami menjadi penabur-penabur yang gigih akan benih- benih Injil yang menghidupkan umat manusia dan seluruh alam semesta dalam penantian yang penuh iman akan Surga dan Bumi baru, ketika mengalahkan kekuatan jahat, kemuliaan-Mu akan dinyatakan untuk selama-lamanya.

Semoga rahmat Tahun Yubileum ini menghidupkan kembali dalam diri kami, para peziarah pengharapan, kerinduan akan harta surgawi, dan curahkanlah bagi seluruh dunia, sukacita dan damai dari Sang Penebus kami. Bagi-Mu, ya Allah yang Mahakuasa, pujian dan kemuliaan sepanjang segala masa.

 Amin.

Thursday, May 22, 2025

SIAPA YANG INGIN KAU UNDANG UNTUK PEMAKAMANMU?

Adakah yang pernah terlintas pertanyaan ini saat merenung atau saat ngobrol: Siapa yang ingin kau undang untuk hadir dalam pemakamanmu? Hmmm... tentu saja saat itu terjadi bukan dirimu yang membuat surat undangan. Bahkan tak perlu surat undangan untuk melayat. Cukup ada pengumuman pendek tersebar lewat grup WA atau SMS atau telepon atau lewat berita di media massa atau media sosial.

Jadi bagaimana kita bisa mengundang orang yang tepat untuk hadir dalam pemakaman? Orang yang tepat, jumlah yang tepat? 

Aku selalu menganggap bahwa orang dapat kita undang ke pemakaman kita melalui tindakan dan perkataan selama hidup kita. Sebenarnya saat kita hidup inilah setiap saat kita sedang menebarkan surat undangan pemakaman kita. Pilihan tindakan atau sikap kita pada seseorang juga bisa menjadi penolakan atas kehadiran orang tersebut ke pemakaman kita.

Monday, May 19, 2025

TAKUT MATI?

 Hampir semua orang kalau ditanya:"Apakah siap mati sekarang?" Jawabannya nyaris seragam: Tidak siap. Hampir semuanya juga akan menyatakan takut pada kematian. Bahkan membicarakan tentang kematian saja sudah membuat tidak nyaman, menghindarinya. Juga tak mau memikirkannya terlalu lama dan mendalam tentang kematian.

Kalau pertanyaan itu ditujukan kepadaku, aku juga akan menjawab kayaknya tak akan pernah siap untuk mati. Masih merasa takut, bahkan bisa panas dingin seluruh badan jika menjumpai peristiwa yang dekat dengan kematian. Kapan aku mengalami peristiwa yang dekat dengan kematian? Paling seringnya saat perjalanan. Entah perjalanan menggunakan pesawat, kapal laut atau kendaraan roda dua/empat. 

Pesawat paling sering menyediakan ruang dekat dengan kematian. Cuaca buruk, atau kerusakan pesawat, sering banget aku alami. Kapal laut sering kualami karena tinggal di Lampung. Jika punya keperluan ke Jawa, mesti melewati Selat Sunda. Dan laut Selat Sunda tidak selalu tenang teduh. Sering banget dihajar badai. Saat menggunakan kendaraan roda dua atau empat bahkan tiga, sering juga menjumpai deg-deg sar seolah akan lenyap saat itu juga. Eh, bahkan saat jalan kaki pun bisa saja mengalami peristiwa dekat kemaatian, apalagi seperti aku dan suami yang sering melakukan perjalanan hiking ke daerah-daerah yang indah tapi sering kali dihadapkan pada konsekwensi cukup curam, licin, terjal yang memungkinkan terjatuh terpeleset.

Nah, kemarin saat sedang mengendara sepeda motor (terus terang saat menyetir sendiri sepeda motor, aku sering banget merasakan keheningan yang membantuku masuk dalam suasana doa atau fokus pada suatu pikiran), aku kepikiran tentang: Apa yang bisa membantu kita tidak merasa takut terhadap kematian?

Beberapa lintasan pikiran menyajikan inspirasi yang mesti kutulis biar ndak lupa. Takut mati dapat dikurangi dengan menghilangkan keinginan-keinginan. Bahkan keinginan yang paling remeh sekalipun. Misalnya ingin kaya, ingin sehat, ingin mengetahui kabar anak-anak, ingin dekat dengan cucu, ingin perjalanan ke mana gitu, ingin tidak kesepian, dan seterusnya. Jika tidak ingin pada apa pun lagi, saat itulah kita sudah siap untuk mati. Tidak akan takut mati.

Atau, mungkin itu bisa menjadi salah satu pertanda kita siap mati? Yaitu saat kita tak lagi punya keinginan apa-apa, entah barang atau tindakan atau harapan dan sebagainya. Tentu akan sangat memudahkan kita jika kita bisa memroses diri untuk tak lagi punya keinginan. Eh, yang aku maksud di sini tentang keinginan itu adalah keinginan duniawi ragawi ya.  Bukan keinginan imani seperti ingin dekat dengan Sang Pencipta, atau ingin menyatu bersamaNya.

Eh, jika pikiran ini memungkinkan, berarti keinginan sepertinya bisa menjadi 'penyembuh' yang pro kehidupan deh. Mungkin kita bisa meneruskan kehidupan dengan menghidupi keinginan. Semacam menyugesti diri sendiri akan melalui jenjang perkembangan tertentu dalam hidup. Hmmm... sepertinya cukup masuk akal. Aku inget seorang ibu yang sakit parah ternyata dapat hidup puluhan tahun kemudian saat dia meniati: "Aku mau menemani anakku menikah dan ikut merawat cucu-cucu." Secara pelahan ibu itu menjadi lebih sehat, lebih kuat segar dan cantik.  

Dalam percakapan paksu pagi ini, dia bilang kayaknya kalau sudah mati orang tidak punya rasa takut lagi. Udah selesai, finish. Nah, proses menuju mati itu yang bisa menakutkan. So? Dia bilang: Ya nyiapin diri supaya proses mati itu tidak menyeramkan. Misalnya? Ya misalnya kalau mati karena sakit tertentu itu menyeramkan maka mesti berusaha memelihara tubuh dengan baik. Kalau mati karena kecelakaan di gunung itu menyeramkan ya kudu prepare diri terlindung untuk mengurangi resikonya. Nah, semacam itu.

Hmmm... anggap saja ini sebagian tips menghadapi kematian tanpa takut, atau tips memperpanjang hidup lebih lama. Hehehe. Tips lain kita lihat nanti inspirasi yang bakal hadir. 

Friday, May 09, 2025

HABEMUS PAPAM: PAUS LEO XIV

 Paus baru terpilih. Paus Leo XIV, menjadi paus ke 267.


 Pidato pertamanya disampaikan usai menyapa umat yang berkumpul di Lapangan St. Peter Vatican, setelah asap putih mengudara dalam konklaf, Kamis, 8 Mei 2025.

 Terjemahan oleh: Melanius Jordan OFM, Misionaris di Kustodi Tanah Suci

Saudara-saudari terkasih, Semoga damai menyertai kalian semua!
Ini adalah salam yang diucapkan pertama oleh Kristus yang Bangkit, sang Gembala baik yang memberikan nyawanya untuk kawananNya. Saya pun ingin agar salam damai ini masuk ke dalam hati kalian, menjangkau keluarga kalian, dan semua orang dimanapun mereka berada, di seluruh penjuru bumi. Damai menyertai kalian semua!
Inilah damai dari Kristus yang bangkit. Damai tanpa senjata bahkan melucuti senjata, damai yang rendah hati dan gigih bertahan, damai yang berasal dari Allah, Allah yang mencintai kita semua tanpa syarat.
Masih kita kenang, suara lemah namun selalu berani dari Paus Fransiskus yang telah memberi berkat pada kota Roma. Paus Fransiskus yang memberi berkat juga pada dunia pada pagi hari raya paskah yang lalu. Kini izinkan saya juga untuk meneruskan berkat yang sama: Allah mencintaimu, Allah mencintai kamu semua, kejahatan tidak akan menang, kita semua berada di tangan Allah!  
Oleh karena itu tanpa rasa takut, mari kita bersatu, bergandengan tangan satu sama lain, berjalan bersama Allah, bergerak maju. Kita adalah murid-murid Kristus, Kristus akan menyertai kita. Dunia sedang membutuhkan cahayanya, kemanusiaan membutuhkanNya, mari kita bangun jembatan agar cinta kasih Allah dapat meraih mereka yang membutuhkan. Mari kita saling bahu-membahu membangun jembatan melalui dialog, melalui perjumpaan yang menyatukan kita semua menjadi satu umat, selalu dalam damai.
Terimakasih pada Paus Fransiskus, dan juga kepada para saudara kardinal yang telah memilih saya menjadi pengganti Santo Petrus dan berjalan bersama dengan kalian semua, sebagai gereja yang satu selalu mencari perdamaian, keadilan, tetap setia pada Yesus Kristus, tanpa takut mewartakan kabar sukacita sebagai misionaris.
Saya adalah putra Santo Agustinus (anggota Ordo Santo Agustinus). Ia yang pernah mengatakan: “Bersama kalian, aku seorang kristen dan untuk kalian aku adalah seorang uskup”.  Demikian kita semua dapat berjalan bersama menuju tanah air yang telah disiapkan Allah bagi kita.
Salam khusus saya sampaikan juga pada Gereja Roma. Mari kita berjalan bersama menjadi gereja misionaris, gereja yang membangun jembatan, membangun dialog, gereja yang selalu terbuka untuk menerima, seperti bentuk dari alun2 santo Petrus ini, dengan tangan terbuka, menerima semua yang membutuhkan cinta kasih kita, kehadiran kita dan dialog kasih.
(Dalam Bahasa Spanyol) Izinkanlah saya menyapa mereka yang pernah saya layani di Keuskupan Chiclayo, Peru. Dimana umat beriman mendampingi dengan setia uskup mereka, menjadikannya gereja yang setia pada Yesus Kristus.
Dan kepada kalian semua saudara-saudari terkasih, yang ada di Roma, di seluruh Italia dan seluruh dunia, kita jadikan gereja kita gereja yang sinodal, Gereja yang berjalan bersama, Gereja yang selalu mencari perdamaian, selalu mencari kasih, selalu berusaha untuk dekat dengan mereka yang menderita.
Hari ini adalah peringatan Bunda Maria dari Pompey. Bunda kita Maria akan selalu berjalan bersama, dekat dengan kita. Membantu kita dengan perantaraannya dan dengan cintanya. Maka saya hendak berdoa bersama kalian semua, kita berdoa untuk tugas baru ini, dan tentu saja untuk seluruh gereja, dan untuk perdamaian dunia. Dan kita mohonkan rahmat khusus ini dengan perantaraan Bunda Maria, Bunda kita…
Salam Maria….

 

Friday, April 25, 2025

NARASI TUBUH

 AWAL

             Ada tubuh yang dipinjamkan pada kita.

Dari debu, dihembusi nafas.

Bergerak oleh air, darah dan rahmat semata.

Tubuh sempurna seturut citra Sang Pencipta.

 

Karenanya, kita mendapatkan pengalaman-pengalaman dunia,

Karenanya, jiwa mistis kita mendapatkan wadag,

mendapatkan rangka penahan sekaligus kebebasan berkehendak.

Karena tubuh, kita mengalami gembira, mengalami duka,

mengalami hampa sekaligus mengalami kepenuhan.

 

Ada tubuh yang dipinjamkan pada kita.

Karenanya, kita dapat melihat, mendengar

Merasa, mencium aroma, mendekap.

Karenanya, kita dapat mewujudkan diri,

lewat gerak, lewat suara, lewat ekspresi, lewat cinta.

Bukan hanya itu… Bahkan bisa berteriak, menjadi tamak

serupa raja lalim berkuasa dengan ego buas

mengambil tanpa puas, merusak tanpa otak.

 

Ada tubuh yang dipinjamkan pada kita

sebagai tahta bagi jiwa spiritual.

Berhasilkah kita? Selalu berhasilkah? Selalu gagalkah?

Tidak! Kita sudah merendahkan citra Sang Maha Cinta

dengan tangan-tangan begundal mencabik kesucian ciptaan.

Tidak! Kita sudah melecehkan diri

dengan memilih pengalaman ragawi tanpa batas, tanpa tahu diri.

Tidak! Kita sudah melanggar kesejatian

dengan memperlakukan tubuh pinjaman ini secara semena-mena,

tanpa hormat, tanpa kidmat.

 

 AKHIR

             Akan ada,

harus ada saat bagi tubuh utuh dipersembahkan pada altar Batu Kepampang

Bibir kelu menyerah pada jalan setapak menuju puncak bukit pengorbanan

Memaku kaki dan tangan pada punggung kesengsaraan,

melepas tiap keinginan yang menentang langkah pulang,

Memeram lalu menyiramkan peluh tanpa keluh berkepanjangan

 

Algojo-algojo tak kasat mata akan melecutkan deraan

Menyeret tubuh pada tanah berkerikil

Menggilingnya hingga berderak berdarah

Membekaskan bilur derita tiada sanggup dipandang.

Terus begitu tanpa jeda, hingga hati meratap:

"Tuhan! PadaMu kuingin pulang!

Lepaskan aku dari raga dan rengkuhlah aku."

 

Ada tubuh yang dipinjamkan pada kita. 

Semakin renta mengikuti waktu.

Lima kali berbilas dalam arus hari,

 lewat pori-pori menyatukan air dengan air

aliran tubuh bergerak dalam wudhu yang terulang…

seluruhnya… suci… suci … suci…

Menyujudkan tubuh penuh takzim pada Yang Maha

 

Saatnya, selalu kini saatnya

Di sini kita belajar mati tetap dalam nafas

Dengan cara demikian kita mampu menjadi ikhlas.

Jika lontar-lontar sastra adalah kitab kering

Maka tubuh manusia adalah kitab basah, yang hidup

terus memberi pembelajaran dengan batas takdir usia.

  Yuli Nugrahani, September 2024

PERAYAAN HARI KARTINI DAN PUSPAGA PROVINSI LAMPUNG

 

Dari kiri ke kanan: Prof. Sowiyah (Puspaga Metro), Yuli Nugrahani (Ketua Puspa Prov. Lampung), Fitriani  Damhuri (Kadis PPPA Prov. Lampung), Purnama Wulan Sari Mirza (Ketua Tim Penggerak PKK Prov. Lampung), dst.

Tanggal 21 April selalu mudah ditandai. Hari Kartini. Hari ultahnya beberapa orang dekatku: Ani, Mbak Lis, Mas Edi, dst. Menandainya sebagai hari Kartini tidak serta merta aku lalui dengan perayaan tertentu. Kadang-kadang kulakukan dengan diam-diam, menulis puisi, atau iseng dandan berkebaya walau tak kemana-mana dan sebagainya. Hanya saja, sejak aku menjadi Ketua Forum Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PUSPA) Provinsi Lampung sejak tahun 2021, aku punya agenda istimewa dalam kapasitasku itu. 

Tahun ini peringatan hari Kartini di lingkungan Provinsi Lampung diadakan dengan upacara bendera dan peresmian Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Provinsi Lampung. Diadakan di Kompleks Kantor Gubernur Lampung, Senin 21 April 2025. Peringatan dikomandoi oleh Dinas PPPA dan PKK Lampung dengan upacara bersama Wakil Gubernur mbak Jihan, dilanjutkan peresmian Puspaga. PKK juga menggelar lomba tumpeng siang harinya.

Karena tak ada kegiatan lain, aku menyiapkan diri untuk mengikuti kegiatan itu. Upacara hari Kartini biasanya jadi kesempatan ketemu dengan penggiat-penggiat dari organisasi wanita di lingkungan provinsi Lampung. Persiapan khususnya ya paling memillih kebaya yang mana, dandan apa biar sedikit cantik. Ceillaaahhh... 

Peresmian Puspaga ya memang harus dilibati. Selama perintisan Puspaga, aku dan teman-teman di Forum Puspa ikut terlibat di dalamnya bersama Dinas PPPA Provinsi Lampung. Forum Puspa saat ini dilibati 40 lembaga masyarakat yang kaya dengan sumber daya manusia luar biasa. Waktu aku data ada hampir 100 orang dari berbagai lembaga yang ada di dalam Puspa yang bisa disebut sebagai konselor bidang apapun yang ada kaitannya dengan perempuan dan anak. Ada konselor keluarga, ibu menyusui, psikologi, hukum dan sebagainya. Sumber daya manusia seperti inilah kekuatan Puspa yang bisa mensupport berjalannya Puspaga Provinsi Lampung.




 

Thursday, April 24, 2025

SINERGI FORUM PUSPA UNTUK STOP KEKERASAN, PERDAGANGAN ORANG DAN KETIDAKADILAN EKONOMI

Yuli Nugrahani Ketua Puspa Prov. Lampung bersama Ketua Penggerak PKK Pringsewu dan Wakil ketua.

Penguatan Forum Partisipasi Masyarakat untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (PUSPA) Kabupaten Pringsewu dibuka oleh ibu Rahayu Riyanto ketua penggerak PKK Pringsewu dengan narasumber Yuli Nugrahani Ketua PUSPA Prov. Lampung. Bertempat di Gedung Kantor Bupati Pringsewu Selasa 22 April 2025.

Tema yang diangkat dalam kegiatan ini adalah BERSINERGI UNTUK PEREMPUAN BERDAYA DAN ANAK TERLINDUNGI. Sekitar 50 orang dari berbagai lembaga masyarakat hadir dalam kegiatan ini difasilitasi oleh Dinas PPPA&KB Kabupaten Pringsewu. Perwakilan lembaga-lembaga ini merupakan pengurus Forum PUSPA Kabupaten Pringsewu dan penggiat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Yuli Nugrahani memaparkan materinya tentang tiga keprihatinan yang masih terus ada sampai sekarang ini di Indonesia maupun di Lampung, yaitu kekerasan, perdagangan orang dan ketidakadilan ekonomi. "Keprihatinan inilah yang melatarbelakangi perintisan Forum PUSPA Provinsi Lampung pada akhir tahun 2017. Sampai saat ini, tiga isu ini dan turunannya masih terus kita jumpai di Lampung di seluruh daerah. Upaya-upaya harus terus kita lakukan dalam kemitraan karena tak mungkin menangani masalah sosial sendirian."

Yuli Nugrahani menekankan sinergi, komunikasi dan koordinasi untuk menghentikan kekerasan, human trafficking dan ketidakadilan. Semua upaya diarahkan untuk sampai pada keadilan sosial, nondiskriminasi dan inklusi.