Monday, May 19, 2025

TAKUT MATI?

 Hampir semua orang kalau ditanya:"Apakah siap mati sekarang?" Jawabannya nyaris seragam: Tidak siap. Hampir semuanya juga akan menyatakan takut pada kematian. Bahkan membicarakan tentang kematian saja sudah membuat tidak nyaman, menghindarinya. Juga tak mau memikirkannya terlalu lama dan mendalam tentang kematian.

Kalau pertanyaan itu ditujukan kepadaku, aku juga akan menjawab kayaknya tak akan pernah siap untuk mati. Masih merasa takut, bahkan bisa panas dingin seluruh badan jika menjumpai peristiwa yang dekat dengan kematian. Kapan aku mengalami peristiwa yang dekat dengan kematian? Paling seringnya saat perjalanan. Entah perjalanan menggunakan pesawat, kapal laut atau kendaraan roda dua/empat. 

Pesawat paling sering menyediakan ruang dekat dengan kematian. Cuaca buruk, atau kerusakan pesawat, sering banget aku alami. Kapal laut sering kualami karena tinggal di Lampung. Jika punya keperluan ke Jawa, mesti melewati Selat Sunda. Dan laut Selat Sunda tidak selalu tenang teduh. Sering banget dihajar badai. Saat menggunakan kendaraan roda dua atau empat bahkan tiga, sering juga menjumpai deg-deg sar seolah akan lenyap saat itu juga. Eh, bahkan saat jalan kaki pun bisa saja mengalami peristiwa dekat kemaatian, apalagi seperti aku dan suami yang sering melakukan perjalanan hiking ke daerah-daerah yang indah tapi sering kali dihadapkan pada konsekwensi cukup curam, licin, terjal yang memungkinkan terjatuh terpeleset.

Nah, kemarin saat sedang mengendara sepeda motor (terus terang saat menyetir sendiri sepeda motor, aku sering banget merasakan keheningan yang membantuku masuk dalam suasana doa atau fokus pada suatu pikiran), aku kepikiran tentang: Apa yang bisa membantu kita tidak merasa takut terhadap kematian?

Beberapa lintasan pikiran menyajikan inspirasi yang mesti kutulis biar ndak lupa. Takut mati dapat dikurangi dengan menghilangkan keinginan-keinginan. Bahkan keinginan yang paling remeh sekalipun. Misalnya ingin kaya, ingin sehat, ingin mengetahui kabar anak-anak, ingin dekat dengan cucu, ingin perjalanan ke mana gitu, ingin tidak kesepian, dan seterusnya. Jika tidak ingin pada apa pun lagi, saat itulah kita sudah siap untuk mati. Tidak akan takut mati.

Atau, mungkin itu bisa menjadi salah satu pertanda kita siap mati? Yaitu saat kita tak lagi punya keinginan apa-apa, entah barang atau tindakan atau harapan dan sebagainya. Tentu akan sangat memudahkan kita jika kita bisa memroses diri untuk tak lagi punya keinginan. Eh, yang aku maksud di sini tentang keinginan itu adalah keinginan duniawi ragawi ya.  Bukan keinginan imani seperti ingin dekat dengan Sang Pencipta, atau ingin menyatu bersamaNya.

Eh, jika pikiran ini memungkinkan, berarti keinginan sepertinya bisa menjadi 'penyembuh' yang pro kehidupan deh. Mungkin kita bisa meneruskan kehidupan dengan menghidupi keinginan. Semacam menyugesti diri sendiri akan melalui jenjang perkembangan tertentu dalam hidup. Hmmm... sepertinya cukup masuk akal. Aku inget seorang ibu yang sakit parah ternyata dapat hidup puluhan tahun kemudian saat dia meniati: "Aku mau menemani anakku menikah dan ikut merawat cucu-cucu." Secara pelahan ibu itu menjadi lebih sehat, lebih kuat segar dan cantik.  

Dalam percakapan paksu pagi ini, dia bilang kayaknya kalau sudah mati orang tidak punya rasa takut lagi. Udah selesai, finish. Nah, proses menuju mati itu yang bisa menakutkan. So? Dia bilang: Ya nyiapin diri supaya proses mati itu tidak menyeramkan. Misalnya? Ya misalnya kalau mati karena sakit tertentu itu menyeramkan maka mesti berusaha memelihara tubuh dengan baik. Kalau mati karena kecelakaan di gunung itu menyeramkan ya kudu prepare diri terlindung untuk mengurangi resikonya. Nah, semacam itu.

Hmmm... anggap saja ini sebagian tips menghadapi kematian tanpa takut, atau tips memperpanjang hidup lebih lama. Hehehe. Tips lain kita lihat nanti inspirasi yang bakal hadir. 

No comments:

Post a Comment