Friday, April 25, 2025

NARASI TUBUH

 AWAL

             Ada tubuh yang dipinjamkan pada kita.

Dari debu, dihembusi nafas.

Bergerak oleh air, darah dan rahmat semata.

Tubuh sempurna seturut citra Sang Pencipta.

 

Karenanya, kita mendapatkan pengalaman-pengalaman dunia,

Karenanya, jiwa mistis kita mendapatkan wadag,

mendapatkan rangka penahan sekaligus kebebasan berkehendak.

Karena tubuh, kita mengalami gembira, mengalami duka,

mengalami hampa sekaligus mengalami kepenuhan.

 

Ada tubuh yang dipinjamkan pada kita.

Karenanya, kita dapat melihat, mendengar

Merasa, mencium aroma, mendekap.

Karenanya, kita dapat mewujudkan diri,

lewat gerak, lewat suara, lewat ekspresi, lewat cinta.

Bukan hanya itu… Bahkan bisa berteriak, menjadi tamak

serupa raja lalim berkuasa dengan ego buas

mengambil tanpa puas, merusak tanpa otak.

 

Ada tubuh yang dipinjamkan pada kita

sebagai tahta bagi jiwa spiritual.

Berhasilkah kita? Selalu berhasilkah? Selalu gagalkah?

Tidak! Kita sudah merendahkan citra Sang Maha Cinta

dengan tangan-tangan begundal mencabik kesucian ciptaan.

Tidak! Kita sudah melecehkan diri

dengan memilih pengalaman ragawi tanpa batas, tanpa tahu diri.

Tidak! Kita sudah melanggar kesejatian

dengan memperlakukan tubuh pinjaman ini secara semena-mena,

tanpa hormat, tanpa kidmat.

 

 AKHIR

             Akan ada,

harus ada saat bagi tubuh utuh dipersembahkan pada altar Batu Kepampang

Bibir kelu menyerah pada jalan setapak menuju puncak bukit pengorbanan

Memaku kaki dan tangan pada punggung kesengsaraan,

melepas tiap keinginan yang menentang langkah pulang,

Memeram lalu menyiramkan peluh tanpa keluh berkepanjangan

 

Algojo-algojo tak kasat mata akan melecutkan deraan

Menyeret tubuh pada tanah berkerikil

Menggilingnya hingga berderak berdarah

Membekaskan bilur derita tiada sanggup dipandang.

Terus begitu tanpa jeda, hingga hati meratap:

"Tuhan! PadaMu kuingin pulang!

Lepaskan aku dari raga dan rengkuhlah aku."

 

Ada tubuh yang dipinjamkan pada kita. 

Semakin renta mengikuti waktu.

Lima kali berbilas dalam arus hari,

 lewat pori-pori menyatukan air dengan air

aliran tubuh bergerak dalam wudhu yang terulang…

seluruhnya… suci… suci … suci…

Menyujudkan tubuh penuh takzim pada Yang Maha

 

Saatnya, selalu kini saatnya

Di sini kita belajar mati tetap dalam nafas

Dengan cara demikian kita mampu menjadi ikhlas.

Jika lontar-lontar sastra adalah kitab kering

Maka tubuh manusia adalah kitab basah, yang hidup

terus memberi pembelajaran dengan batas takdir usia.

  Yuli Nugrahani, September 2024

PERAYAAN HARI KARTINI DAN PUSPAGA PROVINSI LAMPUNG

 

Dari kiri ke kanan: Prof. Sowiyah (Puspaga Metro), Yuli Nugrahani (Ketua Puspa Prov. Lampung), Fitriani  Damhuri (Kadis PPPA Prov. Lampung), Purnama Wulan Sari Mirza (Ketua Tim Penggerak PKK Prov. Lampung), dst.

Tanggal 21 April selalu mudah ditandai. Hari Kartini. Hari ultahnya beberapa orang dekatku: Ani, Mbak Lis, Mas Edi, dst. Menandainya sebagai hari Kartini tidak serta merta aku lalui dengan perayaan tertentu. Kadang-kadang kulakukan dengan diam-diam, menulis puisi, atau iseng dandan berkebaya walau tak kemana-mana dan sebagainya. Hanya saja, sejak aku menjadi Ketua Forum Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PUSPA) Provinsi Lampung sejak tahun 2021, aku punya agenda istimewa dalam kapasitasku itu. 

Tahun ini peringatan hari Kartini di lingkungan Provinsi Lampung diadakan dengan upacara bendera dan peresmian Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Provinsi Lampung. Diadakan di Kompleks Kantor Gubernur Lampung, Senin 21 April 2025. Peringatan dikomandoi oleh Dinas PPPA dan PKK Lampung dengan upacara bersama Wakil Gubernur mbak Jihan, dilanjutkan peresmian Puspaga. PKK juga menggelar lomba tumpeng siang harinya.

Karena tak ada kegiatan lain, aku menyiapkan diri untuk mengikuti kegiatan itu. Upacara hari Kartini biasanya jadi kesempatan ketemu dengan penggiat-penggiat dari organisasi wanita di lingkungan provinsi Lampung. Persiapan khususnya ya paling memillih kebaya yang mana, dandan apa biar sedikit cantik. Ceillaaahhh... 

Peresmian Puspaga ya memang harus dilibati. Selama perintisan Puspaga, aku dan teman-teman di Forum Puspa ikut terlibat di dalamnya bersama Dinas PPPA Provinsi Lampung. Forum Puspa saat ini dilibati 40 lembaga masyarakat yang kaya dengan sumber daya manusia luar biasa. Waktu aku data ada hampir 100 orang dari berbagai lembaga yang ada di dalam Puspa yang bisa disebut sebagai konselor bidang apapun yang ada kaitannya dengan perempuan dan anak. Ada konselor keluarga, ibu menyusui, psikologi, hukum dan sebagainya. Sumber daya manusia seperti inilah kekuatan Puspa yang bisa mensupport berjalannya Puspaga Provinsi Lampung.




 

Thursday, April 24, 2025

SINERGI FORUM PUSPA UNTUK STOP KEKERASAN, PERDAGANGAN ORANG DAN KETIDAKADILAN EKONOMI

Yuli Nugrahani Ketua Puspa Prov. Lampung bersama Ketua Penggerak PKK Pringsewu dan Wakil ketua.

Penguatan Forum Partisipasi Masyarakat untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (PUSPA) Kabupaten Pringsewu dibuka oleh ibu Rahayu Riyanto ketua penggerak PKK Pringsewu dengan narasumber Yuli Nugrahani Ketua PUSPA Prov. Lampung. Bertempat di Gedung Kantor Bupati Pringsewu Selasa 22 April 2025.

Tema yang diangkat dalam kegiatan ini adalah BERSINERGI UNTUK PEREMPUAN BERDAYA DAN ANAK TERLINDUNGI. Sekitar 50 orang dari berbagai lembaga masyarakat hadir dalam kegiatan ini difasilitasi oleh Dinas PPPA&KB Kabupaten Pringsewu. Perwakilan lembaga-lembaga ini merupakan pengurus Forum PUSPA Kabupaten Pringsewu dan penggiat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Yuli Nugrahani memaparkan materinya tentang tiga keprihatinan yang masih terus ada sampai sekarang ini di Indonesia maupun di Lampung, yaitu kekerasan, perdagangan orang dan ketidakadilan ekonomi. "Keprihatinan inilah yang melatarbelakangi perintisan Forum PUSPA Provinsi Lampung pada akhir tahun 2017. Sampai saat ini, tiga isu ini dan turunannya masih terus kita jumpai di Lampung di seluruh daerah. Upaya-upaya harus terus kita lakukan dalam kemitraan karena tak mungkin menangani masalah sosial sendirian."

Yuli Nugrahani menekankan sinergi, komunikasi dan koordinasi untuk menghentikan kekerasan, human trafficking dan ketidakadilan. Semua upaya diarahkan untuk sampai pada keadilan sosial, nondiskriminasi dan inklusi.




 

ANAK-ANAK ADALAH EMAS BAGI IBUNYA

 Kalian selalu menjadi emas bagi ibu yang sudah melahirkanmu. Kadang suara orang-orang lain tentangmu, atau suaramu sendiri, begitu menyakiti hatinya. Tapi ibumu, selalu menjadi ibu yang merengkuh kalian sebagai emas paling berharga yang tak mungkin dipisahkan dari hatinya. Jika kalian mengira ibu sudah mengikatkan duri-duri di kakimu, atau telah menyolokkan jarum-jarum di matamu, segera ganti kacamatamu. Benarkah perkiraanmu itu? Benarkah yang ibumu melakukan kejahatan seperti itu?

Kalian selalu menjadi emas bagi ibumu. Sepanjang usianya, ibu meletakkanmu erat di hatinya. Melekatkanmu di manik matanya yang tak selalu kering. Dia akan selalu bersamamu, menyebut namamu dalam helaan nafasnya dan melantunkan mantra-mantra kebaikan bagi relung rentang jalanmu.

Anak-anak adalah emas bagi ibunya.

 

PAUS FRANSISKUS MENINGGAL


 Meninggal adalah peristiwa biasa yang mutlak terjadi pada manusia yang sudah dilahirkan. Tapi ada beberapa kematian memberikan makna lebih padaku. Misal kematian orang terdekat mau tak mau akan mengguncang hatiku. Kematian para kekasih bisa bisa memuncratkan air mata hingga lama.

Senin 21 April 2025, pagi waktu Roma, Paus Fransiskus meninggal. Aku mengerutkan dahi sebagai reaksi pertama saat mendengar kabar duka itu. Bukan sebuah penolakan, bukan pula tak menduga ini akan terjadi, atau sebuah perasaan sedih yang salah ekspresi. Masalahnya sekitar enam jam sebelumnya di hari yang sama pagi waktu Indonesia bagian barat, aku baru saja mengganti foto profile yang ada di akun WA ku. Foto awalnya adalah gambarku bersama Paus Fransiskus yang diambil saat aku berjumpa beliau di Vatican tahun 2018. Aku memasang gambar itu di tahun 2024 saat aku bersiap menyambut kehadiran beliau di Indonesia. Saat mau menggantinya, ada kabar Paus sakit. Jadi kuteruskan foto itu terpasang.

Senin pagi di hari duka itu aku bilang ke suami:

"Paus sudah sembuh. Jadi aku akan mengganti foto profileku. Cariin foto kita berdua dung yang pak Hen pakai jas saat acara di UBL."

Foto yang kumaksud tak diketemukan di HPnya tapi kami menemukannya di IG. Jadi kuganti gambar awal dengan foto kami berdua.

Sorenya, pagi waktu Roma, kabar duka itu kuterima. Mungkin bukan isyarat atau firasat, tapi aku meyakini Bapa Paus memang sudah sembuh. Sudah selesai. Yang berasal dari Allah, kembali kepada Allah.

Sunday, April 20, 2025

APA YANG DIPIKIRKAN OLEH SEORANG LANSIA SEHINGGA MEMBAWA 4 TAS KE GEREJA?

 Ada seorang oma yang kukenal sejak lama. Setiap kali berjumpa, oma selalu menghampiriku lebih dahulu, memberikan salam, pelukan dan banyak pertanyaan maupun pernyataan panjang lebar. Oma ini sangat mudah dikenali oleh siapa pun karena dia selalu menempati kursi paling depan saat di gereja, di deretan tengah (jalur utama), menyapa semua orang sebelum duduk. Oma ini sangat suka berbicara. Dia juga selalu membawa hand sanitizer yang akan dia bagikan ke barisan para misdinar. Padahal perlakuan baik ini sesungguhnya mengganggu barisan yang sudah rapi dan juga membuyarkan fokus khusyuk para misdinar. Juga membuyarkan konsentrasiku karena membatinnya saat melihatnya. Heheheh... ampun Tuhan.

Yang paling memudahkan oma ini dikenali adalah dia selalu membawa banyakkkk sekali tas saat ke gereja. Saking biasanya begitu, kami semua tidak pernah tanya apa yang ada di dalam tas-tas itu. Lebih tampak seperti orang yang bepergian daripada orang yang beribadat di gereja.

Tadi pada jadwal paskah pertama aku melihat oma datang sudah mendekati jam misa. Untuk perayaan besar semacam ini, kursi-kursi di dalam gereja pasti sudah penuh bahkan satu jam sebelum misa mulai. Oma datang dan pengin duduk di tempat biasa dia duduk. Tentu saja susah. Kursi di depan sudah penuh. Tidak mungkin dia menggeser orang yang sudah lebih dulu duduk. 

Sedikit kehebohan terjadi, sampai kemudian baris kedua ada teman yang mengenalnya dan dia duduk di situ. Tentu saja bangku itu menjadi penuh sesak. Harusnya hanya 6 orang dewasa yang duduk, sekarang ada 7 orang. Dan oma hadir dengan 4 tas. Empat tas! Sungguh. Aku jadi penasaran apa isi tas itu. 1 tas besar (kayak bawa baju 10 stel), 2 tas tentang sedang, dan 1 tas selempang kecil.

Sayangnya niatku untuk menanyakan isi tasnya saat usai misa paskah, mungkin setelah mengucapkan selamat paskah, tidak terpenuhi. Aku lupa dan keasyikan menyapa kanan kiri lalu mencari Mas Hen yang ada di luar sebagai petugas tata laksana. Saat aku inget, si oma udah tak tampak.

Untungnya di grup lingkungan, pembahasan itu muncul karena ada ibu yang kebagian di bangku penuh sesak karena oma itu. Dan ternyata, isi tas-tas itu adalah jaket, alat ukur tensi, alat ukur gula darah, dua wadah lilin yang besar, obat-obatan, dan lain-lain.

Hmmm... aku tak habis pikir. Apa yang dipikirkan oleh seorang lansia sampai membawa barang-barang itu ke gereja dalam 4 tas yang pasti tidak ringan lho. Apa semua lansia akan menjadi seheboh itu dengan kebutuhan tubuhnya? Hmmm... oma, mengapa memilih membawa begitu beratnya barang ke gereja?

Apa pun, aku tak punya kuasa. Doaku untuk oma yang ramah ini. Selamat paskah. Tuhan menyertai dan memberkati kita semua.

Monday, April 14, 2025

MENGGUNAKAN SASTRA UNTUK MENYAMPAIKAN PESAN KEADILAN GENDER

 


 

Saya menempatkan sastra (seni) sebagai alat komunikasi. Karena proses yang terjadi adalah komunikasi, maka selain ada pemberi dan penerima pesan, di sana ada pesan. Pesan inilah ‘isi’ dari seni yang diciptakan oleh seniman untuk disampaikan pada siapa pun yang membaca, melihat, mendengar, dst.

Yang muncul dalam kegiatan hari ini, salah satu contoh, ada tari yang ditampilkan oleh si kembar, dapatkan kita menangkap pesannya? Ada Gerakan yang berbeda dari biasanya karena mereka sempurna dengan caranya. Orang umum menyembut disabilitas atau difabel, saya menyebutkan kesempurnaan yang khas. Mereka punya yang sempurna dengan kekhasannya.

Kita mestinya menghormati semua kekhasan yang berbeda itu.

 

Contoh Buku Cerpen Daun-daun Hitam, saya publikasikan tahun 2014,

Saya tuliskan cita-cita buku itu: Untuk menghormati kesejatian manusia yang memiliki keragaman cara pandang, budaya, etnis dan keyakinan dalam keutuhan Indonesia dan semesta.

Pengantar oleh Mgr. Harun:

“Kendatipun setiap peziarah, setiap perantau (entah merantau sukarela atau terpaksa) rindu untuk mulang tiuh, pulang kampung, sehingga hidup bisa dirasakan nyaman dan tentram damai, namun ternyata tidak semua kerinduan kita dapat terpuaskan dalam hidup ini. Lalu kapan kita akan mengalaminya? Dengan cara apa bisa lebih cepat kita wujudkan? Perziarahan itu ibarat sebuah doa (entah dengan cara dan model doa apa yang kita gunakan), bisa dikabulkan cepat, bisa ditunda atau bisa tidak dikabulkan oleh Tuhan. Mengabulkan doa atau tidak memang hak Tuhan semata. Kita percaya Tuhan pasti tidak mengenal diskriminasi. Si juru kunci dalam “Namanya di Dunia Maya” punya cara sendiri dalam berdoa.

Melalui buku ini Melalui buku ini ada undangan kemanusiaan dari Yuli Nugrahani dan Dana E. Rachmat bagi kita untuk : menunjukkan jalan bagi yang tersesat, membantu menemukan orang-orang yang kehilangan, memperhatikan orang-orang seperti Mak Unti, membela yang tertindas seperti Sar dan keluarganya, menjaga kebhinekaan yang harmonis tanpa pernah menodainya dengan laku yang membawa luka traumatis, menjaga dan membela lingkungan hidup, dan meretas human traficking. Beranikah kita?”

 

Ada 12 cerpen dalam buku ini:

Salah satu judulnya: Sekandhi Gabah, Sebungkus Gula Kopi, Sekilo telur

“Hingga beberapa detik lalu aku masih berpikir aku perempuan yang beruntung. Bagaimana tidak? Dulu hargaku hanya sekandhi gabah, ditambah sebungkus gula dan kopi, serta sekilo telur ayam. Hanya itu, tepat persis, dan hanya sekali itu dibayarkan. Sekarang hargaku 15 ribu NT, bersih, dan dikirimkan setiap bulan langsung atas nama emak di kampung sana.

Aku tahu hargaku masa itu melalui sebuah transaksi entah apa, yang terjadi seminggu setelah mens-ku yang pertama terhenti. Mungkin hanya sebuah perjanjian iseng yang telah dibuat oleh bapak dan emakku. Tapi mungkin sungguh-sungguh sebuah transaksi. Aku tak tahu dan tak ada yang bisa menjelaskan hal ini secara memuaskan tanpa merontokkan air mataku lagi.

….

Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi pasti ada sesuatu yang berbeda. Bukan soal sepele menstruasiku dan jelas lebih serius. Seminggu setelah itu, tanpa alasan aku diminta memakai baju lebaran terakhirku dan diantar oleh bapak dan emak ke Wak Haji Rohmat, di dekat pasar kabupaten. Aku pernah bertemu dengannya saat diajak bapak. Konon dia sebenarnya belum pernah naik haji sungguhan, tapi dia pernah pergi ke Arab, dan dia orang kaya. Semua orang memanggilnya Wak Haji.

Aku ditinggal di sana dalam kamar yang luar biasa bagus dengan boneka-boneka dan segala apapun yang aku pernah inginkan dan belum pernah kesampaian. Aku tidak sadar ketika emak dan bapak pulang. Aku ingat aku menangis berguling-guling ketika tahu mereka tidak ada lagi dan siapapun yang kutemui di rumah itu tidak mau mengantarku pulang.”

Pesan utama ada di bagian akhir cerpen:

“Saat aku menjadi manusia merdeka, pun siapa pun orangnya, semuanya tanpa kecuali seharusnya demikian. Siapa pun tak boleh menjadi korban, sekalipun orang yang kepadanya pernah kita pernah mendendam, tak boleh menjadi korban.”

 

Pengalaman

Ada beberapa cerpen, puisi atau novel yang cukup memberikan pengaruh pada saya. Salah satu novel: Burung-burung Manyar dan Burung-burung Rantau karya Mangunwijaya.

Buku cerpen Daun-daun Hitam juga membawa saya pada banyak hal lain: Pontianak dengan ibu2 Pekka, Malang, Jogja, Tangerang, Bengkulu, Sumenep, Bandung, Lampung, dst.

“Bagaimana karya seni bisa dijadikan media kampanye dan advokasi bagi perempuan untuk melepaskan diri dari kesenjangan gender dan kekerasan terhadap perempuan?”

Untuk menyebarkan dan menumbuhkan kepedulian. Seni itu menyentuh hati, mestinya. Hati yang bergerak akan sangat kuat dari pada Gerakan tanpa motivasi. Ini peran yang paling kuat dari seni.

Kedua menjadi ajakan. Bagi yang menikmatinya. Ingat satu masa usai konflik sosial di Balinuraga, para seniman berkumpul dan membuat pentas perdamaian. Ini memberi dampak lebih kuat saat diblow up media.

 (Disampaikan pada peringatan Hari Perempuan Internasional bersama Damar, KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang, dll, di Gedung DKL 17 Maret 2025.

  

Tuesday, April 08, 2025

NGECAMP DI PUNGGUNG NAGA DAN GOES TO PUNCAK RATAI

 Orang sering meremehkan pendakian ke gunung-gunung pendek di bawah 2000 mdpl. Padahal, gunung atau bukit-bukit di Lampung yang memang tidak tinggi menawarkan banyak hal lho. 

Pada 15 - 16 Maret lalu kami gas ke Punggung Naga. Hiking asyik akan kami ulang lagi sesegera mungkin.

Nanjak atau turun kudu tetap waspada

 Kami berdua berangkat atas provokasi owner https://krakatoa.id/ yang sudah sering ngecamp dan muncak ke sana. Sebenarnya aku ndak terlalu minat naik motor ke sana, tapi transportasi publik yang terbatas memaksa kami bawa genio sampi ke desa terdekat dengan lokasi. Lumayan pegel di pinggang sekitar 2 jam perjalanan dari Hajimena. 

Motor dititip ke Pakde Nurohman dan kami lanjutkan dengan jalan kaki hingga basecamp. Bejo dan Eko yang mengawani perjalanan ini naik menggunakan motor mereka sangat membantu karena barang-barang bisa mereka bawa. Dengan ransel ringan, perjalanan menjadi jauh lebih mudah. Kami menjangkau camp sekitar  jam perjalanan. 

Hari pertama, Sabtu 15 Maret kami lalui dengan santuy di sekitar camp, lalu ke air terjun Lidah Naga. Arter ini tersembunyi di sisi lereng.

 


 Kembali ke camp, isinya adalah kenikmatan alam yang luar biasa. Bonus cuaca yang cukup cerah, pemandangan ke arah laut dan perbukitan, bakwan hangat dan obrolan-obrolan. Camp ini sangat cantik. Toilet bersih, air berlimpah, malam pun ada lampu dari panel surya. Wis ta lah. Kudu diulang pokoke.


 Hari minggu, 16 Maret kami naik ke puncak setelah sarapan. Tujuannya puncak Ratai atau biasa disebut juga Puncak Tugu atau Puncak Pesawaran. Kami melaluinya dengan timik-timik sekitar 3 jam perjalanan naik dan 2,5 jam perjalanan turun.

 





Puncak

Jarang-jarang bisa berpayung gini.


KESEMPATAN KE ACEH PADA AKHIR TAHUN 2024

Istimewa sekali. Aku bisa mengakhiri tahun 2024 dengan trip ke Aceh. Wah. 29 - 31 Desember 2024.






 




KEAJAIBAN DALAM KEBERSAMAAN

 Sesuatu hal yang biasa bisa lho menjelma menjadi mukjizat. Ketika hal itu disadari rasanya sungguh ajaib. Pernahkah kalian mengalaminya? Aku mengalaminya berkali-kali, seringgg sekali.

Misal, yang terjadi dalam beberapa tahun ini dengan kesempatan-kesempatan yang kumiliki untuk melakukan perjalanan ke gunung bukit yang ada di Lampung. Suatu masa tahun 2000 - 2015an, hal itu kayak mustahil dilakukan. Penyebabnya adalah kesibukan di rumah tangga, kerjaan di kantor keuskupan, juga kegiatan-kegiatan di luar keuskupan, juga karena fisik yang seringnya males aja untuk olah raga.

Tiba-tiba kesempatan itu datang begitu saja, lewat Pak Amir yang mengenalkan hash, lalu perkenalan dengan banyak orang yang mengajak perjalanan. Niat yang serempak terbangun antara aku dan suami, dan seterusnya. Segala sesuatu mendukung kesempatan untuk perjalanan yang semakin terbuka lebar, bahkan menambahkan keberanian berkali lipat padaku dan suamiku untuk melakukan perjalanan hiking, pendakian ke gunung dan bukit hanya berdua.

Ajaib, sungguh ajaib. Daya menjadi bertambah banyak. Dan serta mert juga ditambahkan lagi banyak hal kepada kami.

Contoh lain masih ada banyak. Aku kuceritakan pelan-pelan nanti.