Thursday, April 18, 2019

TPS 024 Hajimena Natar Lampung Selatan: SERI!

Rabu, 17 April 2019, aku nyoblos dalam Pemilu 2019 ini di TPS 024 Hajimena Natar Lampung Selatan. Lokasinya di rumah pak RT blok C di Perumahan POLRI, Hajimena, Lampung Selatan.

Mas Hen semangat banget ngajak aku pagi-pagi berangkat sehingga baru kali inilah aku bisa mengikuti proses dari awal sebelum nyoblos. Mulai dari membuka paket-paket kertas suara, memastikan jumlahnya, kertasnya ada robek atau tidak, dan sebagainya. Setelah setengah jam duduk mengamati kerja awal panitia pemilihan, sekitar jam 08.00 barulah proses pendaftaran, dan nyoblos.

Bersama denganku ada belasan orang yang datang awal dengan semangat. Yang ibu-ibu beralasan biar beres dulu menyelesaikan coblosan, barus beberes rumah.

"Belum masak, nanti pulang nyoblos baru masak. Biar bisa konsentrasi ndak kepikiran lagi soal pemilu."

Yang bapak-bapak sebagian datang pagi karena memang antusias, lalu ikut mengamati jalannya pemilihan. Ada juga yang karena harus tetap kerja di hari pemilihan itu.

Nah, secara umum, jalannya coblosan di TPS 024 berjalan dengan baik. Ada beberapa warga di sekitarku yang protes karena mereka mendapat TPS di lokasi lain yang jauh padahal kami sebelahan rumah. Ada juga yang tidak mendapatkan surat panggilan sehingga mereka menggunakan hak pilih setelah jam 12 siang. Tapi secara umum, semua berjalan baik dan lancar.

Penghitungan suara dimulai pada sekitar pukul 13.00, dan untuk pemilihan presiden hasilnya seri. Masing-masing mendapat angka 102 suara dari 204 suara yang sah. Jokowi mendapatkan 102 suara, Prabowo mendapatkan 102 suara. Persis sis sis sama jumlahnya. Hehehe bisa juga ya.

Yang lain-lain aku belum mendapatkan hasilnya. Konon sih jam 03.00 dini hari penghitungan baru selesai semuanya dan direkap oleh panitia.

Tuesday, April 16, 2019

Jawaban Yuli Nugrahani (7): Kok kamu terus kepikiran Prabowo sih?

Iya, aku kepikiran Prabowo terus menjelang Pemilihan Umum besok nih. Aku sudah punya pilihan yang pasti untuk presiden, DPD, DPR RI, DPRD I dan DPRD II. Tapi aku risau karena Prabowo. Haish. Karena ditanya hal itu aku mau jawab terus terang pangkal kegelisahanku.

1. Prabowo tuh jelas banget ndak logis kalau melihat apa yang dia munculkan dalam kata maupun bahasa tubuh. Jelas kalau dia emosional, temperamental, ndak punya visi dan mudah ngomong ngaco. Tapi kenapa orang macam begitu diangkat oleh sekelompok orang sebagai calon presiden? Betul katamu. Karena dia adalah orang yang mudah dijatuhkan. Dia akan dijatuhkan saat menjadi presiden nanti, itulah skenarionya. Siapa yang akan menjatuhkannya? Nah ini yang mengerikan. Kebayang banget orang-orang yang sekarang ini ada di sekitarnya entah kelihatan atau tak kelihatan. Kepentingan apa mereka itu? Mengapa memilih seseorang sebagai presiden untuk kemudian mau dijatuhkan.

2. Prabowo tuh modal apa untuk jadi presiden kali ini? Dia bolak-balik menyebut diri sebagai patriotik nasionalis. Tapi dia akan menyerang siapa saja selama ada kesempatan. Serangannya pun dalam bentuk beragam. Secara fisik, lihatlah cara dia menggebrak, memukul, ... (lihat di youtube, banyak contohnya). Secara kata-kata, lihatlah cara dia berkata-kata. Otaknya berisi perang, pertahanan diri, dst. Selalu merasa terancam walau dialah yang akhirnya mengancam. Rasanya sama sekali tak nyaman memandang ekspresi wajahnya. Sama sekali tak pernah ada keteduhan khas karisma pemimpin. Itu yang tampak memang seperti boneka. Bayi dan anak-anak akan menangis kalau dekat dengan aura macam gitu. Aura yang memunculkan kegelisahan.

3. Aku tahu kalau Jokowi bukan presiden ideal harapanku mengingat banyak hal yang tak juga mampu dia perbuat seperti tentang keadilan, HAM dll. Tapi aku sama sekali tak mau berada terus menerus dalam kegelisahan karena melihat Prabowo yang tak juga berubah tabiatnya walau dia paham kalau sedang dalam sorotan rakyat. Aku tak akan mau orang macam Prabowo menjadi presiden Indonesia, dan golput tak akan kuat untuk menahannya. Maka aku akan memilih Jokowi besok, minimal beberapa kali aku merasai keteduhannya, caranya berkomunikasi yang pas dengan pangrasaku, caranya membangun keluarga yang ingin kucontoh, dan sebagainya.

Francis Award 2019 SMA Fransiskus Bandarlampung

Aku bersama Albert Ardyatma usai acara
Sulungku Albert Ardyatma memasuki penghujung masa SMAnya. Aku menghadiri acara perpisahan sekolahnya pada Jumat 12 April 2019. Hehehe, belum ada pengumuman kelulusan tapi sudah perpisahan. Ya sudahlah, kita abaikan saja hal aneh itu.

Pun konsep yang diusung sekolah ini untuk melepas muridnya juga unik. Judulnya Francis Award, merujuk pada nama sekolah dan pemberian penghargaan-penghargaan.

Aku sudah beberapa kali ikut dalam acara Francis Award tahun-tahun dulu saat aku masih di Nuntius untuk peliputan. Tapi hadir dalam acara ini untuk anakku kok ya rasanya tetap spesial.

Beberapa hal selain unik aku juga merasakan konsepnya agak tak pas di hatiku. Kujelaskan nanti kalau aku mau dimana letak tak pasnya. Huhuhu.

Sunday, April 07, 2019

Jawaban Yuli Nugrahani (6): Apakah kau memasak babi di rumahmu?

Ini pertanyaan yang tak kusukai, karena apa urusanmu tahu apa yang kumasak atau tidak di rumahku? Tapi karena pertanyaan ini seringkali muncul dalam benak orang tanpa diungkapkan padaku (Terus dari mana aku tahu? Hehehe.) maka aku akan menjawabnya. Aku hanya satu kali pernah memasak babi, babi hutan, sekitar tahun 2001, tahun pertama aku ada di Lampung. Babi hutan pemberian itu aku goreng kering dan aku sajikan ke Mas Hen tanpa bilang kalau itu babi.

Alhasil, Mas Hendro sangat-sangat-sangat marah saat tahu, langsung muntah-muntah. Dan sejak itu aku tak pernah lagi masak babi di rumah. Mas Hendro tidak doyan blas blas blas. Boro-boro babi, daging kambing pun haram bagi Mas Hen. Daging merah yang dimaui hanya sapi yang dimasak rendang atau rawon. Selain itu, tak ada daging merah untuk Mas Hen. (Yang bisa dilahap oleh Mas Hen itu ayam, ikan jenis tertentu, tahu tempe dan telor. Nah.)

Aku sendiri suka segala hal asal itu disebut sebagai makanan. Jadi aku harus ngaku kalau aku makan apa pun daging termasuk babi. Tentu saja karena Mas Hendro tak mau babi ya aku tak memakannya di rumah kecuali kalau dikirimi atau dihadiahi orang. Aku tak pernah beli sendiri makanan macam gitu. Dan sekarang ini aku sangat mengurangi jenis daging merah apa pun asal binatangnya.

Karena itulah, aku sangat sangat tak suka kalau ada yang enggan makan di rumahku dan kemudian bergosip bahwa aku menyajikan makanan haram untuk tamu-tamuku. Halah. Wong bojoku sendiri aja tak mau makanan kayak gitu kok boro-boro aku menyajikan untuk orang lain. Setiap ada yang kelihatan ragu makan sesuatu di rumahku aku biasa ngomong terus terang soal ini dan menunjukkan isi kulkasku.

Eh setahun ini tak ada kulkas ding di rumahku. Kami sekeluarga tak lagi menggunakan kulkas, jadi makanan yang tersaji pasti bukan masakan yang sudah dibekukan atau disimpan di kulkas.

Jadi, aku bisa memastikan pada kalian, kalau aku tak pernah memasak babi atau makanan haram lainnya di rumahku karena suamiku mengharamkan makanan-makanan lebih banyak dari aturan agama manapun. Atau, kalau memang kalian mau makan di rumahku, bawalah makanan sendiri, yukkk kita makan bareng-bareng. Aku tak pernah menolak makan apapun apalagi pemberian yang diselimuti cinta kasih. Hehehe...


Friday, April 05, 2019

Postingan ke 1.000, Pengunjung ke 90.000

Aku ingin nandai postingan kali ini. Ini adalah postingan ke 1.000 dalam blog ini, dan pada pukul 12.09 tadi, pengunjung untuk blog ini adalah 90.000 sejak pertama kali blog yulinugrahani.blogspot.com ini kubuka. Postingan pertamaku kubuat pada tanggal 20 Juli 2006 pukul 13.17, sebuah postingan pendek eksperimen gambar lilin menyala dengan tulisan: Hidup bersama untuk adil dan damai.

Jadi sampai sekarang sudah hampir 13 tahun usia blog ini. Jumlah postingan 1.000 dengan aneka topik sesuka hati sesuai dengan kehendak hatiku. Tentang penulisan, perjalanan, anak-anak, cinta, puisi, cerpen, pikiran-pikiran liar atau tidak liar, dan sebagainya. Jumlah pengunjung hanya 90.000 itu ya artinya rata-rata satu tulisan dilihat oleh 10 orang dari berbagai daerah yang rata-rata dari Indonesia. Iyalah, kan aku nulis dalam bahasa Indonesia.

Nah, semoga tahun ini aku semakin produktif menulis untuk blog ini dengan isi yang semakin mendalam dan bisa memberikan kesegaran untuk para pembaca. Aku selalu ingin bekerjasama dengan siapa pun, jadi silakan rekan-rekan yang ingin ikut terlibat dalam blog ini, mari, silakan kirim artikel dan atau foto ke yulinugrahani@yahoo.com. Boleh puisi, cerpen, artikel atau apa pun, asal orisinil siap aku publikasikan.

Terimakasih atas dukungan teman-teman semua.

GOOD IS NOT GOOD ENOUGH

Dari beberapa buku yang kubaca akhir-akhir ini aku punya beberapa pemikiran yang ingin kucatat supaya aku tidak lupa, minimal point-point yang kudapat:

1. Yang aku percaya adalah A God in Action. Atau istilah yang lain Allah yang Manusiawi, Allah yang hadir lewat banyak manusia. Aku mendapatkan banyak tak terhingga pertolongan Allah yang dikerjakanNya lewat manusia-manusia lain, entah yang ada di sekitarku atau bahkan yang tak kukenal sekalipun.

2. Kalau aku bisa menjumpai Allah dalam manusia tentulah aku juga harus menghadirkan Allah bagi orang lain. Saat mereka bertemu denganku, mereka harus juga merasakan bahwa mereka bertemu Allah. Bagaimana aku bisa melakukannya? Ini yang menjadi pertanyaanku terus-terusan, sampai sekarang. Sebuah alat sederhana biasa aku pakai, yaitu analisis SWOT pribadi, untuk mengetahui posisiku pada suatu waktu pada suatu tempat. Dari sana aku bisa menemukan alternatif strategi (wuih) apa yang akan kukerjakan atau kulakukan untuk suatu waktu. Alat yang lain adalah rasa pangrasa. Iyalah, aku ini kan orang yang sangat moody, orang yang ngikuti mood. Lebih dalam lagi ini sebenarnya adalah passion. Aku akan selalu berkobar-kobar kalau diundang untuk kegiatan literasi, atau yang ada urusannya dengan seni. Itu misalnya.

3. Bagus itu belum cukup bagus. Dasarnya, aku ini orang yang minimalis. Ya wis lah, segini pun cukup. Ini mungkin karena sifatku yang pemalas, lumuh. Tapi dasarku yang seperti itu tidak hanya berhenti di situ. Seturut perjalanan hidupku ternyata itu tidak cukup. Selain sifat dasarku yang minimalis dan pemalas, ternyata aku butuh untuk melakukan lebih, lebih dan lebih. Tidak cukup hanya menjadi bagus, tapi harus jadi terbagus, tak biasa atau luar biasa. Ketika satu hal sudah tercapai, yang berikutnya akan menyusul, lagi dan lagi.

4. Slogan itu diperlukan, tapi tak cukup jika hanya slogan. Tahun ini aku membuat slogan untuk merumuskan misiku tahun ini: Waktunya untuk kesaksian. Setiap kali aku akan kembali pada slogan ini supaya aku ingat bahwa aku punya gairah untuk satu misi itu pada awal tahun dan aku ingin menyadari setiap moment, perjumpaan atau apa pun untuk kepentingan itu. Sekali lagi, ini hanya sebagian contohnya.

5. Proses itu seperti biji yang jatuh ke tanah, disiram, merekah, tumbuh menjadi pohon yang rindang dan membuahkan ribuan bahkan jutaan biji yang siap untuk jatuh ke berbagai tempat di seluruh dunia. Itu proses yang biasa sekaligus luar biasa. Bisa ditemui di mana-mana tapi sekaligus sangat bermakna, kalau disadari. Kalau tak disadari ya akan lewat begitu saja, dianggap biasa saja.

Tuesday, April 02, 2019

MELETAKKAN PESAN DALAM PENULISAN CERITA RAKYAT

Foto by Alfa
Disampaikan dalam Bedah Buku Cerita Rakyat Lampung
Kantor Bahasa Indonesia Lampung, 2 April 2019
Oleh: Yuli Nugrahani*

 Apresiasi
Empat buku cerita rakyat Lampung diterbitkan lagi oleh Kantor Bahasa Lampung pada tahun 2018 berjudul Legenda Kelekup Gangsa (Izzah Anissa), Legenda Mahat Menggala (Novita Sari Idham), Putri Rincing Manis (Sustin Nunik) dan Raden Mas Mangkudirija dan Bidadari (Fauzie Purnomo Sidi). Empat buku ini menambah kekayaan literasi Provinsi Lampung, setelah beberapa buku yang sudah diterbitkan sebelumnya.
 Tahun 2001 ketika saya melahirkan anak pertama, saya mengalami kesulitan ketika berburu dongeng atau cerita rakyat yang berasal dari Lampung. Saya menemukan cerita-cerita pendek serupa ringkasan dengan jumlah yang tidak banyak. Kalau saya ditanya oleh seseorang apa cerita yang berasal dari Lampung, saya seringkali menjawab tidak tahu, dan ini sangat memalukan.
Dari kecil saya sudah sangat terbiasa mendengarkan kisah tentang Anglingdarma dari Malawapati (konon lokasi kerajaannya tidak jauh dari rumah orang tua saya di Kediri), bahkan hingga detail-detailnya.  Saya tahu tokoh-tokohnya mulai dari Setyowati, Nagagini, Nagasasra, Mliwis Putih, dan sebagainya. Saya berharap anak saya pun punya ingatan akan kisah / legenda / dongeng yang berasal dari tempatnya lahir.
Pencarian saya tidak berbuah banyak. Sebuah naskah yang dipentaskan di Taman Budaya Lampung, Dayang Rindu, menjadi salah satu pentas yang menggembirakan. Sebelumnya saat SD, anak saya diberi tugas mementaskan drama Si Pahit Lidah. Kisah-kisah itu tersebar Sumatera Bagian Selatan, termasuk Lampung dengan variasi cerita. Lalu anak saya mendapatkan cerita-cerita tambahan dari sekolah atau guru atau teman-temannya yang kemudian ditularkan ke saya.
Salah satu yang kemudian menarik minat saya adalah Kisah Sultan Domas yang  saya tulis dalam beberapa jenis tulisan (puisi, cerpen, cerita anak). Cerita anak tersebut termasuk dalam terbitan  Kantor Bahasa Lampung tahun 2017.
Upaya-upaya Kantor Bahasa Lampung ini patut diapresiasi. Melihat buku-buku ini terbit membuat saya menaruh harapan yang besar untuk perkembangan literasi Lampung khususnya tentang cerita rakyat asli daerah Lampung. Dan lihat saja, buku ini tidak dibuat ala kadarnya, tapi dengan penyaringan ketat lewat sayembara, diedit serius, dilengkapi dengan ilustrasi berwarna, dan dicetak menjadi buku yang membanggakan si penulis maupun pembaca yang menerima dan menggunakannya.

Menulis Cerita Rakyat sebagai Cara Komunikasi
Komunikasi terjadi kalau ada pemberi pesan, penerima pesan, dan mutlak harus ada pesan yang disampaikan. Cerita rakyat sebagai salah satu jenis cerita yang diteruskan secara tertulis atau lisan juga merupakan bentuk komunikasi. Karena itulah tiga unsur komunikasi itu mutlak harus ada. Dalam terbitan empat buku ini, pemberi pesan adalah penulis (dibantu oleh editor, ilustrator, penerbit, dan sebagainya, penerima pesan adalah pembaca atau pendengar, dan pesannya sendiri adalah apa yang dimunculkan dalam kisah-kisahnya.
Setiap cerita rakyat adalah sarana komunikasi yang mewajibkan ketiga unsur tersebut ada. Kalau tak ada pemberi pesan, cerita-cerita ini akan terhenti dan tidak berlanjut. Kalau tidak ada penerima pesan, buku-buku ini akan teronggok di rak, perpustakaan atau gudang. Jika tak ada pesan yang disampaikan, kertas-kertas ini tidak ada gunanya, dianggap sampah dijadikan pembungkus kacang dan akhirnya dibuang atau didaur ulang.
Ketiga unsur itulah yang memungkinkan kisah-kisah itu masih berlanjut sampai sekarang dan terus menjadi sumber inspirasi generasi yang akan datang. Jika dulu dilakukan secara lisan, lalu ditulis secara sederhana, dan sekarang menjadi buku yang menarik. Mungkin nanti akan dilisankan lagi dalam pementasan, ditulis lagi dalam bentuk lain dan seterusnya.

Mengolah Pesan
Pesan atau amanat merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam cerita rakyat. Dalam cerita rakyat, pesan ini bisa dimasukkan dalam:
1.      Karakter tokoh.
Alur cerita rakyat sudah tetap, tidak berubah, walau memungkinkan ada banyak versi yang berkembang sesuai dengan si penutur. Salah satu ruang bebas yang bisa digunakan penulis adalah ‘biodata tokoh’. Saya biasa membuat apa yang saya sebut ‘biodata tokoh’ ini dengan menuliskan rinci ciri-ciri fisik dan non fisik masing-masing tokoh termasuk kebiasaan, kecenderungan, dan sebagainya. Biodata tokoh inilah yang nantinya saya pakai sebagai acuan saat menampilkan tokoh dalam cerita. Di sinilah pesan itu muncul. Misal seorang tokoh digambarkan sebagai anak baik, artinya: ramah, mudah membantu orang lain, membuang sampah di tempatnya, merawat tanaman, dan sebagainya.
2.      Peristiwa.
Peristiwa bisa memberi pesan tentang akibat-akibat perbuatan baik atau tidak baik. Jika sebuah perbuatan baik tidak dilakukan, maka akan terjadi sesuatu yang buruk. Atau sebaliknya. Memberikan penekanan pada peristiwa-peristiwa tersebut bisa menguatkan pesan yang akan diberikan oleh sebuah cerita.
3.      Kesimpulan.
Beberapa cerita menambahkan kesimpulan pada akhir cerita untuk menajamkan pesan yang ingin disampaikan. Bisa diletakkan dalam satu bagian tersendiri, entah dalam kalimat, paragraf atau bab.

Catatan
Beberapa kesalahan teknis dalam penerbitan buku-buku sebelumnya sudah diperbaiki dalam penerbitan kali ini. Yang tampak dalam empat buku ini adalah buku yang indah, rapi dan berkualitas disertai informasi-informasi penting seperti nama ilustrator, glosarium, dan sebagainya. Tata letak, ilustrasi dan warna pun kelihatan lebih matang apalagi menggunakan kertas yang lebih tebal dibandingkan dengan penerbitan sebelumnya. Pun nuansa Lampung sangat kental dengan meletakkan beberapa istilah dari Bahasa Lampung. Ini sangat berguna untuk mengenalkan istilah-istilah Lampung yang sangat biasa dari daerah Lampung.
Beberapa yang masih harus diperketat adalah:
-          Pengetikan tanda baca (ada yang tidak perlu (tanda seru dan koma/titik digabung), kurang tanda kutip di awal atau belakang kutipan, dan sebagainya).
-          Huruf miring digunakan tidak konsisten dan pada bagian yang tidak diperlukan.
-          Huruf yang diketik berlebihan (cukup 3 huruf saja, atau konsisten). Ini biasanya muncul dalam teriakan, suara yang keras atau diperpanjang.
-          Pemenggalan yang tidak tepat (titik akhir kalimat di baris berikutnya).
-          Huruf besar di awal kalimat ada yang ilang.
-          Tidak ada sumber cerita.
Kesalahan-kesalahan seperti yang saya sebut di atas tidak banyak namun cukup mengganggu saat ditemui. Sebagian kesalahan itu mungkin terjadi pada saat proses lay out dan bisa diatasi dengan koreksi akhir sebelum cetak. Dengan demikian, buku ini bukan hanya membawa pembaca (siswa SD dan SMP atau guru-guru/orang tuanya) pada cerita rakyat Lampung, tapi juga mengajak mereka untuk belajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Dan secara menyeluruh sebagai sarana pengajaran etika, budi pekerti dan perilaku baik sebagai personal, sosial maupun makluk ciptaan. ***

*Yuli Nugrahani, penulis Sultan Domas Pemimpin yang Sakti dan Baik Hati,
cerpenis dan penyair Lampung. (yulinugrahani.blogspot.com)
Foto by Alfa


(Kegiatan ini dihadiri oleh para guru SD dan SMP utusan dari berbagai sekolah di Prov. Lampung, siswa-siswi SMP dari beberapa daerah di Lampung, penulis, editor dan peserta pelatihan instruktur literasi yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Prov. Lampung. Saya hadir dalam satu sesi sebagai pembahas buku yang baru diterbitkan, bersama dengan Isbedy Stiawan ZS, dimoderatori oleh Dr. Ganjar Harimansyah dari Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud)

Monday, April 01, 2019

Kopdit Mekar Sai pada Unit SKM Metro

Ini pertama kalinya aku sebagai bagian dari pengawas Kopdit Mekar Sai melihat bagaimana kunjungan unit dilakukan oleh pengurus dan manajemen Kopdit Mekar Sai. Pekerjaan dan tradisi rutin Mekar Sai ini sudah berjalan lama. Pengurus dibantu manajemen berkunjung ke unit-unit (ada 300an unit sekarang ini) yang tersebar di berbagai daerah di Provinsi Lampung sesuai permintaan dari unit yang bersangkutan atau jadwal yang sudah ditentukan oleh pengurus.

Sasaran kunjungan kali ini adalah Unit SKM Metro, bertempat di aula SMK Kristen 1 Metro, pada Minggu 31 Maret 2019. Ini adalah program kunjungan yang pertama setelah Rapat Anggota Tahunan (RAT) bulan Februari lalu dan pertama juga dilakukan oleh pengurus baru. Hadir dalam kunjungan ini 100 anggota unit (seluruh anggota unit SKM berjumlah lebih dari 200 orang).

Tujuan utama dari kunjungan pengurus kali ini adalah mensosialisasikan hasil RAT, memperkenalkan kepengurusan yang baru itu salah satunya, plus program-program yang lain. Dan mengenalkan aplikasi Sakti.Link yang mulai digunakan oleh Mekar Sai pada tahun ini kepada anggota dan mengajak mereka mulai menggunakannya sebagai sarana kemudahan pelayanan Mekar Sai kepada anggota.

Aku senang bisa melihat antusiasme anggota yang hadir dalam kunjungan kali ini. Pak Dar, koordinator unitnya ternyata orang yang sangat peduli pada literasi dan punya program kepustakaan untuk pelajar. Masuk ke perpustakaan yang dikelolanya membuatku berkobar-kobar apalagi ditunjukin hasil karya tulis para pelajar yang dipandunya berbentuk kumpulan cerpen, kumpulan puisi, kumpulan resensi buku/film, dan sebagainya. Itu mah bonus setelah melihat bagaimana unit ini sudah berjalan sejak lama dengan anggotanya yang aktif dan terus berkembang.

Sebelum dan sesudah acara, juga di sela-sela acara, staf manajemen yang ikut (Pak Kiman dan Mbak Susan) memberikan pelayanan kepada anggota yang membutuhkan, entah simpanan, pinjaman atau konsultasi.

Beberapa orang muda dan anak-anak yang hadir juga membuat kegiatan ini meriah, apalagi pada bagian akhir Mekar Sai juga membagi-bagikan sovenir untuk para anggota.

Aku sendiri mesti terus menarik diriku supaya tetap pada posisi pengawas, yaitu mata anggota untuk mengawasi pengelolaan koperasi secara keseluruhan. Maka saat ada kesempatan bicara, aku menyampaikan hal itu kepada hadirin dan berharap mereka tidak segan memanfaatkan keberadaan pengurus dan pengawas supaya seluruhnya berjalan dengan baik dan terus berkembang.

Friday, March 29, 2019

Jawaban Yuli Nugrahani (5): Bagaimana kau melakukan puasa?

Dulu saat aku masih gadis, saat tinggal di Malang untuk kuliah, aku sering puasa. Motivasi utamanya sih jelas banget: supaya bisa ngirit secara bermartabat. Hehehe... Saat itu aku melakukan puasa kapan saja. Senin - Kamis, Selasa Rabu, Jumat Sabtu, Minggu, atau sepanjang minggu. Caranya macam-macam.

1. Dengan nganyep, makan makanan tanpa bumbu. Aku beli nasi putih, kumakan dengan tahu atau tempe rebus tanpa garam dan bumbu apa pun. Kadang memakai lontong, tanpa lauk apa pun. Kadang tambah telur rebus, dedaunan rebus, dan lain-lain. Kadang hanya nasi atau lontong dengan kacang goreng. Kacang goreng itu bisa memberikan rasa walau tanpa garam.

2. Dengan tidak makan dari jam 6 pagi hingga 6 sore. Selebihnya makan ala kadarnya yang bisa kujangkau, bisa roti murah meriah, biskuit, nasi murah yang ada di sekitar kost, atau sekadar susu/kopi/teh manis. Minum air putih sebanyak-banyaknya tanpa batas.

3. Dengan ngebleng. Tidak makan sama sekali dari jam 6 sore sampai jam sore hari berikutnya. Ini pun kulakukan tanpa meninggalkan air putih. Jadi isi perutku adalah air putih yang kuminum saat mulai lapar. Aku bisa kuat ngebleng satu hari, lalu makan seharian, ngebleng lagi, dan seterusnya.

Nah, setelah menikah, puasa tak bisa kulakukan lagi sesering itu. Paling hanya saat prapaskah selama 40 hari, dengan cara makan secukupnya tidak sampai kenyang, mengurangi nasi, dan pantang makan daging apa pun kecuali ikan murahan ukuran kecil dan pemberian. Nah, pemberian apa pun tak ingin kutolak. Diberi apapun pasti kuterima. Ini lebih menguat sekarang ini. Tidak menolak apa pun ini juga termasuk tidak menolak orang, tidak menolak peristiwa apa pun. Jadi bukan hanya soal makanan atau materi tertentu, tapi soal tidak menolak ini kumaknai lebih dalam sebagai latihan untuk sampai pada sikap pasrah, iklas, rela.

Memang sih belum pada tataran yang ingin kucapai karena aku sering menolak hal-hal tidak aku suka (wajar tapi karena ini tahapan belajar mestinya tidak begitu). Ini juga tentang tidak menolak untuk terus berbuat baik. Jangan artikan bahwa aku tidak menolak hal-hal jahat atau perilaku buruk, justru sebaliknya. Ukurannya adalah Sang Sumber sendiri. Nah, ini urusan yang lebih rumit, tapi aku yakin aku bisa mengembangkan kepekaan untuk mengetahui ukuran Sang Sumber. Aku yakin.

Selain puasa 40 hari pada masa prapaskah, aku kadang-kadang ikut puasa ramadhan. Ini mudah karena suasana di sekitarku, sekitar rumahku, sekitar lingkungan pergaulanku pasti dalam suasana puasa. Jadi ketika bersama teman-temanku yang berpuasa aku pun ikut berpuasa, ikut berbuka puasa, ikut mencari takjil dan sebagainya.

Aprilia Sucipto dan Mimin Onggo Inggi

Sumber internet.
Beberapa minggu terakhir ini aku punya kesukaan baru, yaitu mendengarkan kerawitan, campur sari atau limbukan wayang, khususnya yang menayangkan Apri dan Mimin. Tahukah kalian siapa mereka? Mereka itu sinden laki-laki asal Jawa Tengah yang bersuara keren. Cek deh di youtube, mereka berkeliaran di banyak chanel.

Awalnya adalah aku tak sengaja nyasar di chanel Hitam Putih. Deddy Corbuzer mewawancarai duo sinden ini. Jadinya kepo aku browsing mencari tahu siapa mereka.

Walah, malah keterusan. Kalau mereka tak mengaku sebagai laki-laki, aku pasti terkecoh karena mereka dandan dengan rapi, cantik dan luwes. Mereka ngaku bagian-bagian tertentu diganjel supaya tampak seperti lekuk tubuh perempuan. Tapi kok ya wangun juga ya. Hehehe... Karena itulah mereka membuat singkatan-singkatan lucu untuk ngungkapi bahwa mereka perempuan palsu.

"Sucipto, susu lancip diganjel boto."

"Susuki, jare susu jebul kaos kaki.

Yang paling kusuka dari mereka adalah suara mereka yang nyampleng asyik. Bahkan aku sudah lihat beberapa single Apri yang menyanyikan lagu Jawa dengan klip yang oke. Selain itu ya beberapa acara wayangan saat mereka jadi bintang tamu saat limbukan untuk lucu-lucuan. Gara-gara ini juga aku jadi suka Ki Dalang Seno Nugroho yang beberapa kali pentas dengan mengundang mereka. Entar kutulis tersendiri deh tentang wayang yang dimainkan oleh Ki Seno Nugroho ini.

Nah, sejauh pengenalanku yang kuingat, nama Apri, Aprilia Sucipto, atau Princes Apri ini aslinya adalah Panut, bekerja di bengkel milik bapaknya dan pernah sekolah seni. Dia ngaku sebagai laki-laki tulen, tapi kalau ngamat-amati geraknya ya dia ini banyakan feminimnya, ndak kelihatan maskulin blas bahkan saat pakai beskap atau baju biasa tanpa dandan. Cantik dan luwes banget. Narinya juga okey keren, bikin ngiri aja kalau lihat bodynya.

Mimin sering ngenalin namanya panjanggg... lupa. Yang kuingat cuma Mimin Onggo Inggi. Nama aslinya Sukimin. Suaranya masih kedengeran laki banget dan postur tubuhnya lebih macho. Kalau udah ngomong dia nih malah lebih cerewet dan lucu.

Aku masih penasaran pengin lihat wajah asli mereka berdua. Berharap bisa kenal juga secara langsung. Hoiii, ini ndak lebay tetapi kepo alias penasaran. Secara pribadi aku sih berharap mereka sungguh-sungguh laki-laki dan terus laki-laki, tapi tidak berhenti tetap menjadi seniman nyinden. Jika mereka berdua bisa bertahan seperti itu, yakin deh... bakal semakin keren. Apalagi kalau mereka mau terus belajar meningkatkan kapasitas mereka berdua soal suara, gerak, kostum, komunikasi, manajerial dan sebagainya.

Tuesday, March 26, 2019

Tiga Bulan Tanpa WA dan Sosmed

Sejak HPku error tak bisa dibuka lagi pada perjalanan bulan Januari lalu, aku menikmati hari-hari 'asyik' tanpa WA dan Sosmed. Awalnya adalah saat aku mendarat di Soetta terminal 3, HP yang kumatiin di Bandara Radin Inten II sejam sebelumnya tak bisa nyala. Kucoba beberapa kali, HP itu tetap hank. Aku duduk bengong di ruang tunggu terminal 3 sementara waktu. Aku janjian dengan Pak Thomas dari Semarang untuk bertemu di Soetta dan akan bebarengan ke Wisma Canossa Tangerang. Tak bisa kontak siapa pun, dan nomor yang kuingat dari ratusan nomor HP yang ada di memory HPku hanya nomor rumah dan nomor Mas Hen.

Sempat berharap Pak Thomas tiba-tiba muncul di terminal 3, tapi itu kemungkinan kecil. Jadi setelah beberapa menit duduk di ruang tunggu kedatangan, aku mencari pusat informasi.

"Tak ada telpon umum di sini, bu." Itu keterangan yang kudapatkan.

Wifi ada, jadi aku numpang duduk di information center, membuka laptop. Aku buka email dan FB, mengirimkan pesan ke beberapa orang yang bisa kuakses supaya mereka meneruskan pesanku itu ke Pak Thomas. Sampai lebih dari 10 menit belum ada respon. Si mbak informasi mencoba kartuku ke HPnya tapi tak berhasil. Jadi aku pasif menunggu di situ, sampai berpuluh menit kemudian tanpa respon dari email maupun FB.

Akhirnya Mas Hen menjawab pesan FB, dan mencari info lanjut supaya bisa kontak ke Pak Thomas. Si mbak meminta lagi kartu SIM HPku dan mencobanya di HPnya yang lain. Eh, begitu terpasang ada telpon masuk. Ternyata dari Pak Thomas, great. Aku memastikan lokasinya di mana, dan aku pun menyusulnya di terminal 2 karena rupanya kami mesti menunggu satu teman lagi dari Yogya akan bersama-sama ke Canossa. Ok, aman untuk kali ini.

Jadi, aku mengucapkan terimakasih banyak ke si mbak, dan membereskan barang-barangku untuk naik skytrain ke terminal 2.

Nah, sejak itulah HPku kuanggap hilang dari peredaran. Katanya harus diinstall ulang tapi sudah dicoba oleh Mas Hen dengan beberapa cara, tidak berhasil. Ujungnya adalah dijual oleh Albert di grup jual beli yang dia miliki. Laku dongggg... dapat Rp 150 ribu. Hehehe. Aku pun nggoteki HP lawas milik Mas Hen yang udah dipensiun satu tahun lewat. Tapi HP ini hanya bisa digunakan untuk telpon dan SMS. Hehehe... cukup deh.

Untungnya tidak memakai WA:
- Hidup lebih tenang. Tidak ribet oleh banyak pesan masuk entah japri atau grup.
- Jadi terbebas dari HP. HP tak harus melekat di tubuh seperti dulu-dulu. Bahkan ketinggal HP pun rasanya semakin biasa.
- Tidak direpoti segala hal. Kayaknya WA dan medsos itu membuat orang lebay yak. Ndak penting pun disodorin. Ndak penting pun dibuka-buka tiap detik.
- Jadi punya waktu banyak untuk mengerjakan hal-hal menarik yang kemarin-kemarin sering dilupakan: membaca, menulis, ngobrol, dsb.
- Kayak gitu deh.

Ruginya juga ada dong:
- Mula-mula soal ruginya HP rusak, yaitu: dataku ilang kabeh!
- Tak bisa kontak ke siapapun di mana pun secara murah dan mudah.
- Tak bisa menerima dan mengirimkan info/foto/video dll. Huh.
- Ketinggalan informasi. Jadi ndak update, alias katrok.
- Dimarahin banyak orang karena: "Kok menghilang?" (Jadi kayak orang sakti mandraguna yang punya mantra kesaktian bisa menghilangkan diri. Hehehe.)
- Nah gitu deh.

Monday, March 18, 2019

DIALOG PUBLIK : Perempuan Bersuara untuk Pemenuhan Hak Kesehatan dan Kesejahteraan

Sabtu, 16 Maret 2019 lalu, sebuah dialog publik digelar di GSG Gistng Bawah, Pekon Gisting, Kecamatan, Kabupaten Tanggamus. Aku dilibatkan sebagai moderator untuk dialog ini berduet dengan Gita Djausal, dosen FISIP Universitas Lampung. Tema yang diangkat adalah Perempuan Bersuara untuk Pemenuhan Hak Kesehatan dan Kesejahteraan.

Acara yang sangat singkat ini dihadiri oleh Bupati Tanggamus, Hj. Dewi Handajani yang memberikan point-point penting perhatiannya untuk kesejahteraan Kabupaten Tanggamus. Narasumber yang hadir adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tanggamus dan beberapa calon legislatif yang akan masuk dalam bursa Pemilu di tingkat Kabupaten, Provinsi dan Nasional. Pesertanya cukup banyak, sekitar 500-an orang (kebanyakan perempuan) yang berasal dari organisasi masyarakat khususnya para ibu dari Kabupaten Tanggamus dan sekitarnya. Pun mengundang beberapa pembahas dari kalangan akademisi, Forum Anti Kekerasan (FAKTA) Tanggamus, WKRI Tanggamus dan Muslimat NU Tanggamus.

Tema ini diangkat dalam diskusi publik karena dikaitkan dengan rangkaian perayaan Hari Perempuan Internasional (8 Maret 2019), dan Kabupaten Tanggamus memang masing perlu melihat bagaimana pembangunan untuk mewujudkan hak kesehatan dan kesejahteraan ini karena beberapa situasi memprihatinkan yang masih melekat di sana, seperti masih tingginya jumlah kematian bayi dan ibu, masih ada anak-anak gizi kurang dan gizi buruk. Dan menurut data Kementerian Kesehatan RI, Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu lokus 160 Kabupaten/kota penurunan stunting 2018-2019. Pun persentase angka kemiskinan masih tinggi yaitu 13,25 %.

Bagiku sendiri, dialog ini memberiku banyak manfaat personal dan sosial. Aku bertemu dengan kelompok-kelompok yang sebagian dari mereka pernah berjumpa dulu, selain itu udah lama nian aku tak ke Gisting sejak beberapa bulan lalu. Jadi saat penyelenggaranya, Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR memintaku untuk menjadi moderator, ya dengan senang hati aku menyetujuinya.

Kesempatan bertemu dengan Bu Dewi, ibu bupati Tanggamus aku gunakan juga untuk bercerita tentang PUSPA dan beberapa hal yang penting untuk isu perempuan. Ndak terlalu berharap yang besar, tapi minimal dia seorang bupati perempuan, hendaknya sangat paham bagaimana gerakan seperti ini semestinya diletakkan dalam kebijakan pembangunan.

Friday, March 15, 2019

Kumpulan Cerita Rakyat Lampung (Folktales from Lampung), Agatha Nila Sukma

Folktales from Lampung
(Kumpulan Cerita Rakyat Lampung)

Penulis: Agatha Nila Sukma
Editor: Nining Suryaningsih
Ilustrator: Wahyuningsih
Penata letak: Tim Senyum
Desain sampul: Kholid Senyum
Penerbit: Pustaka Media Guru, Surabaya
Cetakan pertama: Oktober 2018
Isi: viii, 138 hlm, 14,8 X 21 cm
ISBN: 978-602-482-379-5

Pagi ini aku menerima buku ini dari penulisnya langsung. "A special gift for Mbak Yuli. Enjoy the book." Tulis Nila di bagian depan buku yang berjudul Foltales from Lampung. Aku sangat girang menerima buku ini karena aku tahu tak banyak buku semacam ini beredar di Lampung, dan tentu saja karena ada satu tulisanku yang disadur olehnya, yaitu cerita tentang Sultan Domas (Dari Buku Sultan Domas Pemimpin yang Sakti dan Baik Hati, ditulis oleh Yuli Nugrahani, ilustrasi Budi Lilur, diterbitkan Kantor Bahasa Provinsi Lampung tahun 2017). Huraaiiiii....

Ada 6 kisah yang dimuat dalam buku ini. Masing-masing disadur dalam dua versi: bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
1. Sultan Domas
2. Crocodile the Pirate in Tulangbawang
3. The Legend of Ranau Lake
4. The Seven Sisters
5. Datuk Tuan Budian
6. The Origin of Small Anchovies in Tulangbawang

Setiap kisah disertai dengan pesan moral yang ingin ditonjolkan lewat cerita-cerita itu, misal untuk Sultan Domas dituliskan pesan moralnya:
- Hendaknya kita selalu menolong dan berbuat baik kepada orang lain.
- Mengampuni kesalahan orang lain adalah hal yang mulia.
- Jangan berputus asa menghadapi setiap masalah dalam hidup kita.
- Bekerja keras dan terus belajar adalah kunci keberhasilan.
- Jadilah seperti Domas yang tidak sombong dan rendah hati.
- Jagalah dan lestarikan selalu alam kita.

Nah, keren kan? Kini aku punya buku yang bisa kubawa kepada anak-anak/ orang yang ingin belajar tentang Lampung sekaligus tentang bahasa Inggris. Selain itu buku ini bisa kutunjukkan pada para sahabatku di luar sana yang tak tahu bahasa Indonesia seperti biasanya buku-bukuku kutulis.

Nila, terimakasih banyak ya. Terus semangat. Ndak usah berkecil hati kalau ada 'orang-orang besar' yang menolak. Mereka tak paham artinya perjuangan dan pendidikan. Biarin saja. Pokoke, maju terus pantang mundur. Aku menunggu kisah-kisah lain dalam buku-buku yang lain. Proficiat!

Tuesday, March 12, 2019

Jawaban Yuli Nugrahani (4): Apakah yang paling dibutuhkan oleh perempuan?

Yang paling dibutuhkan oleh perempuan adalah kepercayaan. Dipercaya. Aku tak bisa menjelaskannya seperti seorang ilmuwan disertai teori dan hasil penelitian, tapi aku akan merujuk diriku sendiri. Tentu saja (walau ini tak perlu) aku mesti mengingatkan bahwa aku adalah seorang perempuan, seorang manusia yang perempuan.

Aku masih tetap bekerja untuk justice and peace di Keuskupan Tanjungkarang, apa pun namanya. Sudah 19 tahun aku di bagian ini, tapi sebenarnya aku sudah memulainya jauh lebih lama, saat aku masih mahasiswa bersama dengan para pastur dan frater CM khususnya, juga lewat pertemananku dengan orang-orang seperti Ju, Ipul, bapak ibunya, PSK di bawah Kayutangan dan sebagainya. Dalam perjalanan misiku itu aku mempelajari banyak hal yang berguna bagi hidupku sekarang ini. Sebagian berguna untuk kerjaanku di Keuskupan, sebagian lain berguna untuk kehidupanku di rumah bersama suami dan anakku, dan juga sebagian besar lagi berguna bagi perkembangan diriku sendiri sebagai Yuli.

Jika aku mendapatkan sebuah kepercayaan, aku bisa menjawab "Ya." dengan mudah kalau itu terkait dengan hal-hal yang memang aku tahu atau bisa. Saat aku mulai melakukan komitmenku itu, hal-hal yang kutahu dan kubisa pun terasah dengan lebih baik, menjadi pengalaman-pengalaman lanjutan yang berharga.

Atau, jika aku mendapatkan sebuah kepercayaan sedang saat itu aku tak terlalu yakin dengan diriku sendiri, untuk banyak hal aku akan menjawab "Tidak.". Jawaban tidak akan menutup beberapa pintu yang semestinya bisa membuka bagiku. Namun tidak seluruh pintu. Jawaban tidak yang kulontarkan biasanya menyisakan banyak pekerjaan rumah yang memicu diriku sendiri untuk mengejarnya. Jadi, sebenarnya jawaban tidak untuk ketidakyakinanku itu sepadan dengan jawaban Ya yang kuberikan walau aku ragu-ragu dengan kemampuanku. Jawaban ya untuk kepercayaan yang dilimpahkan padaku akan membuatku mengejar aku yang mampu, aku yang bisa. Dan proses jatuh bangun membuat mampu ini adalah pengalaman pembelajaran yang luar biasa. Banyak pengalamanku tentang hal ini justru inilah yang menarik: Ya justru karena sulit. Hmmm, mungkin semacam tantangan bagi diriku sendiri, tapi banyak peristiwa justru membuktikan bahwa manusia termasuk perempuan diberi kemampuan yang jauh lebih besar/tinggi dibandingkan dengan yang dia ketahui.

Nah, apakah sifat seperti ini juga dimiliki oleh perempuan kebanyakan? Aku yakin. Aku sangat yakin. Perempuan perlu dipercaya memiliki keberanian, kemampuan, dan sebagainya untuk mengerjakan segala hal, seturut anugerah yang sudah dilimpahkan kepadanya. Itulah yang akan mampu dia bangun untuk hidupnya yang pada lanjutannya akan berdampak bagi hidup orang-orang di sekitarnya.

Ah, sebenarnya ini soal biasa kan? Laki-laki juga mendapatkan kepercayaan itu sejak lahirnya sehingga mereka bisa. Maka aku yakin jika perempuan mendapatkan kepercayaan yang sama seperti itu maka ia pun akan bisa dan mampu mendapatkan hal yang sama dengan laki-laki. Sewajarnya saja, memang begitu cara kita memperlakukan manusia untuk mendorong mereka, entah laki-laki atau perempuan.

Monday, March 11, 2019

Antologi Puisi Andi Suandi, PEZIARAH


PEZIARAH
Pejalan cahaya yang akan menembus ruang dan waktu karena kehendakNya

Penulis: Andi Suandi
Pengantar: Eka Budianta
Desain sampul: Andi Suandi
Lay out: Muali Midi
ISBN: 979-99394-1-0
Penerbit: Yayasan Seni Visual Indonesia
Cetakan pertama: Oktober 2013
Ukuran : 20X21 cm

Aku tak terlalu ingat tahun kapan aku mendapatkan buku puisi ini. Yang kuingat waktu itu aku selesai rapat di Cikini, seperti biasa mampir ke Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan harapan bisa melihat pertunjukan teater, atau pameran, atau ada buku bagus murah di kedai Bang Jose, atau nonton film entah apa gitu, atau sekadar nongkrong makan di warung-warung di halaman TIM.

Nah, waktu itu, ada pameran lukisan beberapa pelukis. Setelah berputar keliling menikmati lukisan-lukisan, aku dicegat di pintu masuk, yang juga pintu keluar untuk menulis buku tamu. Saat itu dua orang yang ada di situ bertanya dari manakah aku, tahu dari mana tentang pameran itu dan sebagainya. Saat aku menjawab aku dari Lampung, salah satu dari antara mereka menyebut nama Oyos, seorang wartawan. Ya, tentu saja aku kenal.

Jadilah kami ngobrol bertiga di meja di situ, toh aku juga tak sedang berburu-buru. Aku memberikan salah satu buku yang sedang kubawa dan sebagai gantinya aku mendapatkan buku kumpulan puisi dari salah satu pelukis itu, Andi Suandi.

Buku itu tersuruk begitu saja di rak bukuku, masih terbungkus plastik sampai tadi sore saat aku mencari-cari buku untuk kubaca, aku meraih buku tersebut dan membuka plastik pembungkusnya. 

Buku ini berisi 160 puisi, dengan judul sama: Peziarah Pejalan Cahaya. Dari 1 – 160 puisi yang ada, dalam daftar isi dijadikan 7 bagian. Yaitu: 1 – 61. 62 – 83 (pertemuan dengan peziarah Sai Baba, 84 – 102, 103 – 106 (pertemuan dengan peziarah Bawa Muhaiyaddeen), 107 – 116, 117 – 119 (pertemuan dengan peziarah Raden Ngabehi Ranggawarsito), dan 120 – 160.  Kebanyakan puisi disertai sketsa hitam putih, Sketsa Hitam Putih Peziarah, dengan penanda angka yang sama dengan puisi yang dimaksud.

Aku sedang tidak sabar untuk membaca seluruh puisi-puisi Andi ini, tapi ada satu puisi yang langsung melekat, menjadi sandungan, dan kubaca beberapa kali. Maka puisi-puisi yang lain kuabaikan, dan kusalin di sini secara lengkap:

peziarah pejalan cahaya #6

Bagaimana engkau bisa bebas dari Madu-Nya,
wahai engkau yang puas dengan tanda?
Apa yang lahir dari sifat dan nama?
Khayalan,
Namun khayalan yang menunjukkan jalan menuju Kebenaran.
Tahukah engkau arti nama,
jika tanpa hakikat?
Pernahkah engkau memetik sirih
Dari sederetan S, I, R, I, H?
Engkau telah menyebutkan nama itu
Pergi!
Carilah sesuatu yang diberi nama.
Bulan itu di langit
bukan di air. Itu hanya bayangannya.
Sudilah engkau berangkat
ke balik nama dan huruf,
sucikanlah dirimu sepenuhnya.

Dan saksikanlah,

Dari lubuk hatimu sendiri,
Seluruh pengetahuan para Nabi.
Tanpa buku
tanpa belajar,
tanpa pengajar.


Mungkin nanti saat aku membacanya lebih teliti, atau saat memindainya lagi, aku bisa menemukan puisi lain yang bisa menyandungku. Untuk sementara, ya puisi inilah yang bisa menemui hatiku.


Dan jika aku bertemu dengan Andi lagi pada kesempatan yang lain, aku akan senang bertanya-tanya padanya tentang puisi ini. Atau, kalau tidak bertanya-tanya, aku bisa menyatakan yang sudah kuungkapkan di sini, bahwa aku tersandung pada puisi ke 6 dalam buku ini. Mengapa? Karena puisi ini tampak paling sederhana dalam pemilihan kata dan kalimatnya dibanding puisi-puisi lain. Karena puisi ini tampak benar-benar menjadi puisi dalam perasaanku saat membacanya pada kesempatan pertama. Karena aku memang suka dengan puisi yang ini dibandingkan dengan puisi-puisi lain dalam buku ini.

Nah, tak usah protes. Jika kau menemukan puisi lain dari Andi yang ingin kau nyatakan, silakan tulis di komentar. Aku akan senang hati menggunakannya sebagai rekomendasi untuk kubaca ulang.

BISAKAH AKU MENJADI SAMUDRA PENAMPUNG SEGALA?

Bisa,
tapi aku adalah samudra dengan gelombang-gelombang
menerima aliran dari sungai-sungai
dan merangkul muara sepenuh daya.

Bisa,
tapi aku adalah samudra yang mengekor angin dan badai
mengikuti geraknya bahkan menjangkaunya
setinggi awan-awan sekuat banjir bandang.

Bisa,
tapi aku adalah samudra pada permukaan bumi bulat
mengalun ke seluruh penjuru mata angin
dan menikmati berdiam di palung yang dingin.

Friday, March 08, 2019

Makanan dan Senyuman

Masa puasa sudah dimulai kemarin, Rabu 6 Maret 2019. Akan berakhir pada Sabtu, saat Paskah nanti, 40 hari lagi. Tanda abu di dahi yang kami terima sekeluarga pagi-pagi pada Rabu kemarin mengingatkan bahwa selama 40 bulan ini tak ada daging ayam, sapi atau apa pun. Juga ikan-ikan kesukaan yang berdaging tebal. Boleh makan ikan yang kecil, macam teri, ikan asin jenis yang kecil, ikan laut yang kecil (krisi kecil, kembung kecil, pokoke yang kecil masih boleh sesekali). Biasanya ya tahu, tempe, jamur, jagung, kentang dll sejenis itu plus sayur mayur yang kumasak beraneka jenis. Mulai dari bayi, Albert dan Bernard tahu tradisi yang kami bangun bersama dan sejauh ini mereka menikmatinya.

"Gimana kalau ada yang ngasih ayam goreng?"

"Makan saja, jangan ditolak. Kalau ada yang ngasih ya dimakan saja."

Gitu. Tapi jangan meminta. Makan yang ada, dan jangan membuang atau menolak makanan.

"Nah, ikut bapak sembayangan atau kondangan. Boleh makan apa pun yang di sajikan."

Anak-anak lebih sering menolak tawaran semacam itu. Malulah. Hehehe... Makan sederhana selama 40 hari membuat kami lebih menghargai makanan, binatang dan orang lain. Percaya deh.

Pagi ini aku masak sayur labu dan telur goreng, plus kerupuk. Masih ada pisang dan kacang rebus. Aku bawa pisang dan kacang rebus itu dalam tasku sebagai bekal, dan perjumpaan dengan dua orang 'gelandangan' di jalan membuatku menulis judul di atas, makanan dan senyuman.

Usai melewati Rumah Sakit Abdul Muluk aku melihat seorang bapak yang sering kulihat tiap pagi berjalan mondar-mandir sekitar Jalan Teuku Umar. Dia sedang mengorek-ngorek sampah dan mengambil beberapa sisa makanan. Dia memakannya! Hati dan otakku terlalu lambat untuk mengingat pisang dan kacang rebus di tasku, makanan yang bisa sangat berguna baginya. Aku menyesali kelambanan hatiku sehingga tidak memutar balik juga untuk berbagi dengannya hingga kemudian di Jalan Raden Intan ada seorang ibu, dengan kantong plastik berisi beberapa jenis makanan yang tercampur baur. Terlihat jelas itu bukan makanan yang dipacking rapi oleh penjual atau olehnya. Hanya dijejalkan begitu saja. Bajunya berantakan, dengan kerudung yang asal saja diletakkan di kepalanya. Perempuan itu menatapku dan tersenyum. Huft.

Dua kata itu nancap di hatiku hingga sekarang. Makanan dan senyuman.

Thursday, March 07, 2019

Tutuplah Pintu dan Berdoalah PadaKu

Marilah, kekasih, datanglah.
Pintu sudah dibuka sejak pagi buta.

Sebuah cawan berisi abu basah oleh embun.
Melayang mesra di dahimu sebagai tanda.

Kini tutuplah pintu dan berdoalah padaKu.
Aku mengampunimu sebesar cinta maha.

(Rabu abu, 6 Maret 2019)

Monday, February 25, 2019

RAT Mekar Sai: Suksesi, Menjaga Kelanggengan Koperasi Berbasis Komunitas dan Teknologi Finansial

Rapat anggota tahunan (RAT) KSP Kopdit Mekar Sai tahun ini terasa lebih istimewa bagiku. Sejak beberapa tahun lalu saat aku pernah beberapa kali terlibat dalam kepanitiaan RAT atau juga menjadi Panitia Nominasi (Panom) atau tim buku, dan sebagainya dalam RAT, kali ini aku duduk manis dalam jajaran kandidat calon pengawas sesuai daftar nomine tetap yang dihasilkan oleh Panom.

RAT yang diadakan di Ballroom Swissbell Hotel Lampung, Minggu 24 Februari 2019 ini memang dilanjutkan dengan Rapat Anggota Khusus (RAK) untuk memilih pengurus dan pengawas KSP Kopdit Mekar Sai periode 2019 - 2022. Ya, tentu saja aku berdebar-debar. Beberapa dukungan menguatkanku, tapi yang paling menyejukkan hatiku adalah suamiku: "Ndak usah nargetin apa-apa. Yang terbaiklah nanti yang terjadi."

Karena itulah aku bangun pagi itu dengan antusias, gembira dan mengikuti seluruh prosesnya. Bertemu dengan teman-teman yang sejalur dalam gerakan ekonomi itu selalu menyenangkan, jadi aku gembira selama rangkaian acara, mulai dari sidang 1, sidang 2 dan RAK.

Cukup deg-degan saat penghitungan suara, ya wajar saja. Beruntung aku sengaja meninggalkan kacamataku di rumah sehingga aku tak bisa melihat angka-angka hasil pemilihan. Jadi saat semua sudah selesai, salaman pertama dari Mbak Indah, aku tersenyum saja. Lalu beberapa salaman menyusul kemudian membuatku yakin bahwa aku memang masuk dalam jajaran dewan pengawas terpilih.

Aku mendapatkan banyak pesan dari beberapa orang:

Pak Jalmo: "Siapa pun presiden Indonesia, akan membuat Indonesia menjadi hancur kalau tidak menjaga kepemimpinan dan seluruh aspek Indonesia dengan moral (tulisan moral dilingkari oleh Pak Jalmo). Jadi aku nitip ke njenengan." Waktu itu aku menjawan: "Kulo badhe nyekel ingkang sanget dicekel, pak. Maturnuwun."

NN (seorang bapak): "Ndak usah buru-buru ngegas ya mbak. Pelan-pelan, dan mulai dengan lembut." Aku berterimakasih banget pada bapak yang tak tahu namanya ini.

Bu Rini: "Ini amanah, mbak. Dijaga ya."

Mbak Rina: "Buat yang terbaik untuk Mekar Sai ya Mbak." (Ya)

Dll. Dll.

Nah, terimakasih atas kepercayaan ini, teman-teman. Aku sudah sepakat untuk meminjamkan mata bagi anggota untuk 'mengawasi' Mekar Sai. Tiga tahun ini akan kulakukan dengan optimal.

sumber: AltumNews.com

Dewan Pengawas KSP Kopdit Mekar Sai Lampung, Masa Bakti 2019-2021 :
Ketua        : Caecilia Sartini 
Sekretaris : Andreas Sudiyono
Anggota    : Ch. Dwi Yuli Nugrahani

Sumber: AltumNews.com

Dewan Pengurus KSP Kopdit Mekar Sai Lampung, Masa Bakti 2019-2021 : 
Ketua            : A. Suharyono Daud
Wakil Ketua : Dwi Septyo Prajarto
Sekretaris 1  : L. Slamet
Sekretaris 2  : Y. Kristiyono
Bendahara    : Antonius Widi Asmoro.

Friday, February 22, 2019

Forum PUSPA Lampung Tahun 2019

Setelah akhir tahun yang sibuk lalu diikuti libur beberapa minggu, Forum PUSPA Lampung kembali bertemu difasilitasi oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Propinsi Lampung di kantor mereka, Selasa 19 Februari 2019.

Hadir Ibu Ketua Ari Darmastuti dan pendamping dari Dinas PPPA Bapak Herman beserta jajarannya masing-masing. Tak terlalu banyak yang datang hanya belasan saja dari pengurus lama yang sebenarnya masa kerjanya sudah selesai pada Januari 2019.

Nah, kesempatan baik itu diawali dengan pengantar dari Pak Herman dan Bu Ari, lalu semua melihat kembali secara sekilas perjalanan Puspa. Yah, hanya evaluasi sekilas tentang hal-hal umum. Belum yang lebih detail. Setelah evaluasi barulah dilanjutkan dengan restrukturisasi organisasi dipandu oleh Bu Ari yang sudah mendapatkan mandat dari Kadis PPPA Propinsi Lampung untuk tetap menjadi ketua Puspa Lampung tahun 2019-2021.

Puspa Lampung tetap mengusung isu 3 ends: akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagangan perempuan dan anak, serta akhiri kesenjangan ekonomi perempuan. Tahun lalu lokus program adalah Kelurahan Enggal. Ini masih akan tetap digulirkan sesuai dengan hasil monev tahun lalu. Tapi di tahun kedua ini pasti harus dikembangkan dalam program yang lebih okey untuk Propinsi Lampung.

Proficiat Bu Ari dan kawan-kawan!