Friday, October 28, 2011

Bernard

Tanggal 26 Oktober lalu Bernard ulang tahun ke 8. Tapi dasar Bernard, selalu saja ada ide aneh dalam otaknya.
"Aku tidak mau ulang tahun hari ini. Ulang tahunku hari minggu nanti."
Jadi salam peluk ciumku ditolaknya. Juga dari bapak dan kakaknya. Tidak mau ada makanan khusus. Acara khusus. Nyanyian. Atau apapun.
"Ulang tahunku hari minggu."
Ya ampun, Bernard. (Aku ingat dua tahun lalu Albert tidak mau ulang tahun yang ke 8. Dia hanya mau ulang tahun ke 9. Padahal tahun itu dia 8 tahun!)
Tapi tetap aku membuatkan dia opor ayam dan mi panjang umur. Walau dia tidak mau memimpin doa bersama, dia tetap makan dengan lahap, sangat sangat banyak. Boleh, my son. Boleh saja, Minggu nanti ultahmu, hari untukmu, tapi aku mengingat khusus tanggal 26 Oktober, 8 tahun lalu, saat kau lahir dan diletakkan di dadaku dengan tangisan nyaring. I love u.

Monday, October 24, 2011

Short time at Bangkok

Kesempatan yang sangat mendadak tiba-tiba aku dapat. Aku harus pergi ke Bangkok, pertemuan untuk Asia Working Group untuk bidang buruh migran dan perantau. Hanya dalam waktu 7 hari menyiapkan segala hal. Untung Dining yang manis baik hati (thanks, Dining) menyiapkan hal-hal teknis menyangkut tiket dan lain-lain.
Tanggal 9 Okt aku berangkat dari Lampung, dengan Garuda jam 8.30, transit di Cengkareng. GA 686 berangkat dari situ jam 12.50. Tiba di Bangkok jam 16.00. Harusnya seseorang akan menjemputku di situ, tapi aku tak kutemukan sampai satu jam lebih. Aku sudah berpikir untuk naik taksi, atau angkutan lain setelah membongkar tasku untuk melihat alamat lokasi pertemuan. Tidak sengaja, aku melihat seseorang sedang sibuk melihat jadwal kedatangan pesawat di meeting point bandara. Aku lihat di map yang dia pegang ada tulisan kecil 'ICMC'. Jadi kutowel si bapak, yang ternyata Fr. Pairat setelah aku menyapanya dan memastikan dialah yang memang menjemputku. Aman. Dia masih harus menjemput dua orang lagi, jadi aku menemaninya beberapa saat.
Tempat pertemuan adalah Camillian Pastoral Care Center, berada di Latkrabang. Persis saat kami pertemuan, selama 3 hari, daerah itu tergenang air. Cukup nyengir, sekalinya ke Bangkok tidak bisa jalan-jalan karena banjir. Di banyak tempat lain di Thailand, banjir cukup parah.
Dua hari full untuk rapat. Pemetaan situasi perburuhan dan migrasi, lalu mencari beberapa alternatif yang bisa dilakukan dalam kerjasama antar negara. Sampai ada 7 point kesepakatan.
Hari terakhir aku memaksa untuk keluar. Panitia setempat agak kuatir tapi kemudian mereka memberiku peta, beberapa petunjuk untuk naik sky train, dan memastikan bahwa semua aman dan mudah bagiku. Mereka, peserta lain yang 14 orang itu, para bishop dan priest, sepertinya gak minat untuk kemana-mana. Satu orang dari India, Fr. Jose-lah yang kemudian berminat (aku kira setelah melihat kegigihanku untuk pergi sendirian, hehehe) untuk ikut jalan. Jadilah kami berdua pergi. Diantar oleh sopir penginapan ke stasiun Latkrabang. Niat awal ke Cathucak, tapi info yang salah, karena tuh tempat hanya buka Sabtu - Minggu. Jadi di stasiun Praya Thai, kami mengalihkan arah, ke Mahboonkrong. Ini seperti Mangga Duanya Jakarta, hehehe. Jadi apa yang bisa kami lihat? Yang pasti dapat gantungan kunci untuk oleh-oleh. Hehehe. Juga mengalami naik sky train, lihat Thailand dari alat transportasi ini, ...dan lumayan. Menyenangkan.
Tanggal 12 Okt sudah balik Jakarta. Dengan GA 687, terbang jam 14.10. Waktu Jakarta dan Bangkok tidak beda. Sampai di Cengkareng aku mesti buru-buru, kebut cari bus shuttle untuk menuju terminal 1b, tempat Lion untuk terbang ke Lampung.
Anggap saja ini adalah perjalanan survey. Aku ingin kesana lagi. Agak lama. Untuk menikmati tempat-tempat indah di sana.

Thursday, October 20, 2011

Daster

Daster adalah baju paling mengerikan namun paling nyaman bagi perempuan. Saat memakai daster, perempuan bisa lupa diri.
1. Karena bentuknya yang longgar, maka perempuan tidak merasakan gangguan saat makan sebanyak-banyaknya. Tidak akan merasa sesak bahkan ketika perut dan pinggul semakin melar.
2. Karena memberikan ruang persentuhan dengan udara yang semakin banyak, sehingga sensasi kulit terasa segar, bergairah. Udara membawa banyak hasrat. (Hehehe... Yuli, bahasamu! Pasti ada yang mbatin gitu dalam hati. Hehehe...) Tapi memang iya begitu.
3. Karena dapat dipadankan dengan apapun seenak hati. Bahkan tidak perlu mandi dulu, tidak perlu menata rambut, berdandan, pake wewangian dll. Pokoke gak harus pake aturan. Seperti kalau pake kebaya maka roknya harus gini-gitu, rambut harus diapain, dll.

Ada yang suka pake daster? Sekarang ini aku punya satu dikasih Yeni, yang punya buanyak gara-gara habis lahiran. Setiap habis cuci aku pake, cuci, pake lagi, cuci lagi, pake lagi.... Mengerikan!


Tuesday, October 18, 2011

Pemulihan Alam untuk Hari Pangan Sedunia

Hari pangan sedunia pada 16 Oktober tiap tahunnya. Tahun ini aku memperingatinya pada tanggal 17 Oktober dengan menemui sekelompok petani organik dari Metro, namanya kelompok Hadi Makmur. Mereka sudah 6 musim panen menanam padi secara alami tanpa bahan kimia buatan maupun beli. Pupuk dari fermentasi sampah dan jerami sisa panen. Air yang lebih irit 40 % dari sawah non organik, dan hasilnya : sawah sehat. Bagi tanah, bagi udara, dan bagi konsumen macam aku.
Selain kelompok ini sudah ada kelompok lain yang aku kunjungi sebulan lalu, yaitu kelompok Alam Lestari, di Bangunrejo. Semangat yang sama kutemui dari dua kelompok ini, yaitu ingin memulihkan alam seperti pada hakekatnya. Aku salut pada perjuangan mereka. Dan terimakasih, karena aku bisa mengkonsumsi beras organik yang terjangkau. Baru ini peranku dalam usaha mereka. Makan beras yang mereka olah dengan sentuhan jari-jari pada setiap butir benih hingga tiap butir beras tertampi. Terimakasih, petani organik!

Monday, October 10, 2011

Stop it!

Aku memerintahkan ini berkali-kali.
"Hentikan! Sekarang juga."
Kau mengatakan :
"Iya. Aku akan menghentikan lajunya. Tak akan ada lagi. Aku berjanji!"
Tapi setiap kali kemudian engkau usil mengulanginya. Lagi. Lagi. Tidak terasakah sakit itu sehingga kau tak pernah kapok?
"Hentikan! Sekarang juga."
Kau mengatakan :
"Iya. Aku hentikan."
Kali ini, bisakah tidak ada lain kali? Biar tidak ada remuk redam menghias piguramu yang sungguh cantik. Berjanjilah My Excellencies Princes of Heart. Hentikan!

Wednesday, October 05, 2011

Hot September

Septemberku memanas dengan banyaknya aktifitas yang kulalui. Segala macam perjumpaan di Lampung maupun luar Lampung. Sangat-sangat panas.
Yang prioritas dua perjalanan ke Lembang dan Muntilan, dua minggu berturut-turut, diselingi satu minggu di Lampung yang padat.
Lembang? Ya, selalu sejuk, walau capek karena rapat pleno Komisi Keadilan perdamaian dan Pastoral Migran Perantau cukup padat menguras energi yang sudah lungkrah karena hati tertambat di RS Harapan Kita, pada ibu.
Muntilan? Ya, Muntilan pembawa harapan. Disertai perjumpaan orang-orang di Realino, Scolastikat SCJ, Kulonprogo, house of Raminten dan always Malioboro. Semuanya jadi perjumpaan dan perjalanan menarik.
Septemberku yang panas, membuat tekanan darah tinggi dan vertigo.

Friday, September 23, 2011

Act Like The Children

Anak-anak mempunyai sifat yang tidak terduga. Mudah gembira, mudah tertarik pada apapun juga, tidak takut pada resiko, berani bergerak yang di luar biasa, berteman dengan siapa saja, tidak membawa dendam dalam pertemanan, dll. Segalanya enak. Bukannya tanpa masalah. Tapi tiada beban menanggung masalah. Orang dewasa pun hakekatnya tetap anak-anak. Menyenangkan kalau bisa tetap berbuat seperti anak-anak. Tertawa lepas, bergerak lepas...

Tuesday, September 13, 2011

PRESS RELEASE MASYARAKAT PEKAT RAYA Gubuk-gubuk untuk hidup yang dihancurkan

Masyarakat Pekat Raya, adalah rakyat tak bertanah yang menggarap tanah di register 45 Sungai Buaya, Kabupaten Mesuji. Awalnya, mereka menggarap lahan di sana atas jaminan dari LSM Patriot dan LSM Megoupak pada tahun 1999, yang menjualbelikan lahan register itu kepada para penggarap. Nilainya berkisar antara Rp500 ribu-Rp2 juta. Dan sejak 2008 harganya menjadi 4 juta-7 juta per hektar. Dalam hal ini petani menjadi korban penipuan. Selain Maryarakat Pekat, Kelompok lain yang hidup di register itu adalah Labuhan Indah dan Moro-moro.

Dari 43.100 hektar luas wilayah hutan Register 45, yang diberikan izin HTI kepada PT Sylva Inhutani, oleh Menteri Kehutanan, sebanyak 4.500 ha diantaranya kini masih dikuasai masyarakat petani penggarap yang berjumlah sekitar 2.000 keluarga. PT Sylva Inhutani adalah perusahaan yang didirikan oleh PT Inhutani dengan PT Bumi Waras dan mendapatkan hak kelola hutan HTI tersebut sejak 1997. Tetapi tidak mampu dan tidak mengelola sejumlah besar lahan sesuatu peruntukan. Ada lahan-lahan yang diterlantarkan atau ditanami tidak sesuai seperti yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 93/Kpts-II/1997SK kepada PT Sylva Inhutani.

Masyarakat Pekat Raya yang menjadi korban penipuan, telah mengalami beberapa kali penggusuran dengan perobohan rumah-rumah tempat mereka tinggal. Hari senin (20 Februari 2006) sekitar pukul 10.00. WIB 74 membongkar paksa rumah dan pondok warga. Perobohan dilakukan oleh puluhan Satpam PT Silva Inhutani yang dikawal petugas Dalmas, Brimob, Koramil Mesuji, Polisi Pamong Praja (Pol. PP), dan Polisi Kehutanan (Polhut). Pengusiran lain juga dilakukan pada 6 November 2006 yang telah merenggut korban jiwa. Seorang perambah tewas dan satu lagi dirawat akibat luka tembak dalam bentrokan.

Pada Februari 2008, penggusuran dilakukan oleh sekitar 300 Satpam, Polisi (Polres) Brimob dan TNI. Pada saat itu ada 150 an rumah dirobohkan. Dan penggusuran selanjutnya dilakukan sekitar 1.000 personil Tim Terpadu pada Februari 2011. Waktu itu, terjadi bentrok yang tidak terhindarkan antar warga dan tim terpadu. Ada 11 petani yang dikriminalisasi dan ditangkap dan ditahan di Polres. Banyak pengungsi waktu itu yang depresi dan diserang penyakit karena bernaung ditempat seadanya. Akibat penggusuran itu, dari 1.200 keluarga, kini 400 an keluarga yang masih bertahan.

Pasca penggusuran, melalui negosiasi Masyarakat Pekat dengan Menpdagri, DPD dan Pemerintah Provinsi, Petani PEKAT sepakat untuk di transmigrasikan ke Kalimantan Barat. Tetapi dalam rentang waktu dimana petani menunggu realisasi transmigrasi tersebut, pada 7 September 2011 sekitar 1.200 personil Tim Terpadu turun untuk merubuhkan rumah-rumah dengan menggunakan 5 eskavator, 2 grader dan 1 sopel dan water cannon.

Pada tengah hari 8 September 2011, semua rumah-rumah warga telah rata dengan tanah, mereka sekarang mengungsi di rumah-rumah ibadah dengan kegetiran yang dalam. Tetapi kemudian rumah-rumah ibadah (Mesjid) diduduki oleh Tim Terpadu dan semua warga dipaksa untuk keluar.

Tidak hanya itu, warga merasakan kepiluan mendalam karena pengeras suara mesjid, karpet, beduk diambil oleh Tim Terpadu. Demikian juga warga mengaku bahwa barang-barang mereka banyak yang telah dijarah oleh oknum-oknum Tim Terpadu.

Mereka harus keluar dan jika ada yang bermalam akan ditangkap atau dinaikkan paksa ke truk dan dilepas di luar area register. Mereka tidak tahu harus pergi kemana, dengan anak-anak mereka yang masih kecil. Akibat penggusuran ini kembali ratusan ibu-ibu mengalami depresi dan kegetiran yang mendalam setelah menyaksikan rumah-rumah mereka di robohkan oleh alat berat.

Menjelang malam, karena ketakutan mereka keluar dan sebagian besar mengungsi ke Moro-moro. Sedangkan 250 an orang mengungsi ke SP3, yakni desa terdekat dari Pekat. Tetapi sejak siang sampai jam 9 malam, tidak ada yang memberikan mereka makanan walau mereka sudah kelaparan.

Melalui press release ini, masyarakat Pekat Raya meminta agar DPR selaku penyampai aspirasi dan wakil rakyat:

1. Meminta Polda dan Gubernur untuk menghentikan relokasi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, karena akan menambah panjang derita petani di lokasi yang baru. Sebab ada pihak yang ingin merelokasi mereka ke Sungai Gajah.

2. Meminta DPR RI, dalam hal ini komisi III, untuk memberikan perlindungan hukum dengan menyatakan bahwa Masyarakat Pekat Raya adalah Pengungsi Internal yang nasibnya harus dijamin oleh Negara dan Lembaga-lembaga Kemanusiaan. Sebab ada 1.300 jiwa (anak-anak, manula, ibu-ibu, dan beberapa orang sakit) yang sedang terlantar tidak punya tempat tinggal.

3. Menghentikan kriminalisasi dan penangkapan atas orang-orang pekat yang dicap sebagai provokator.

4. Meminta Menteri Kehutanan untuk menghentikan penggusuran-penggusuran yang dilakukan oleh Perusahaan Sylva Inhutani sebab Negara harus lebih menghormati Hak Penggarap daripada Hak Pengelolaan Hutan Tanaman Industri. Sebab Hak Penggarap berkenaan dengan keberlanjutan penghidupan rakyat, tetapi HPHTI lebih berkenaan pada penumpukan modal Perusahaan.

***

Siaran pers ini dipersiapkan oleh:

YABIMA Indonesia dan AGRA Lampung

Tlp/Fax: 0725 42872

Monday, September 05, 2011

Flying on the sand

Aku bisa memakai sayap-sayap yang kupunya untuk terbang sesekali. Kali ini aku melayang di atas pasir-pasir hangat di pesisir Hanura. Sejenak lepas dari kebekuan kantor, Pahoman, Hajimena, jalan, Nuntius, JP, segala macam tim dan sebagainya. Kebekuan yang biasanya kunikmati dalam putaran-putaran baling-baling bambu tiada berhenti.
Kali ini, kembali aku memakai sayap-sayap yang kupunya untuk terbang. Melayang di atas pasir-pasir hangat pesisir Hanura. Sepuasnya.

Wednesday, August 24, 2011

Mateusz Tuniewicz

Dia orang Polandia yang menarik. Ceria, ramah. Dengan ringan bercerita dan bergerak, tentang apa saja. Termasuk tentang Bali yang rupanya menyimpan banyak kenangan. Tentang kerinduan pada anak-anaknya. Tentang kegelisahannya. Aku hanya sempat bercakap sebentar saat kegiatan di La Verna. Tentang kantor Fransiscan International di Bangkok yang digelutinya. Lalu aku titip salam untuk Sanjay, rekan sekantornya yang pernah berjumpa denganku di Kamboja.
Hanya selang 3 hari kemudian sebuah kabar menghentak.
"Tidak pasti, antara tanggal 11 atau 12 Agustus, Mateusz meninggal karena tenggelam di Bali. Diketahui dan mulai ditelusuri ketika istrinya menjemput di Bangkok dan dia tidak ada di penerbangan yang dijadwalkan."
Dia mestinya hanya transit sebentar menikmati Bali, tapi dia menjadikannya perhentian terakhir. Tidak ada yang bisa menahan duka seperti ini. Hanya pertemuan kilat, pun aku merasa kehilangan. Ikut dalam dukacita dan doa.
Dia telah dikremasi di Bali pada 20 Agustus 2011. Kenangannya akan jadi abadi.
Selamat jalan, Mateusz. Kau telah menyebarkan banyak inspirasi kepada banyak orang.

Tuesday, August 23, 2011

Sleep is Important

Waktu menjelang tidur, Bernard bertanya :
"Kenapa sih kita harus tidur?"
"Kalau tidak tidur badan kita akan kecapekan. Saat tidur, seluruh tubuh akan beristirahat mengumpulkan energi. Lagian, kalau tidak tidur Bernard tidak akan tambah besar, tidak tambah panjang, tidak akan gedhe. Segitu aja, kayak bayi. Mau?" Aku menjawab sambil menggaruk punggungnya.
"Oo, kalau gitu tidur itu penting ya, bu."
"Iya dong. Harus tidur, biar sehat."
"Tapi ibu malah selalu membangunkan aku walo masih tidur. Padahal kan penting." Menjawab gitu punggungnya yang menghadapku.
"Ya lain. Kalau tidak ibu bangunin, telat terus bangunnya. Itu soal lain dong, Nard."
"Hmmm, tetep aja, bu. Tidur itu kan penting. Jadi gak usah dibangunin kayak gitu." Huh, terpaksa ku cubit pantatnya.
"Mau cari alasan aja ya, biar gak bangun pagi-pagi ya. Sudah, tidur. Good night, Bernard."
"Good night, ibu. Selamat tidur. Mimpi indah. Bangun pagi-pagi." Hehehe, ritual ucapannya menjelang tidur gak berubah juga sejak bertahun-tahun, eh 2 - 3 tahun ini. Selalu itu yang diucapkan menjelang tidur. (Aku pernah memprotesnya tapi dia tidak berubah. "Kan betul biar mimpi indah. Kan betul besok harus bangun pagi-pagi.")
Usai itu, dia akan menutup mulutnya, karena kalau ada suara sedikit saja aku akan menghentikan garukan di punggungnya. Dan biasanya tidak lama, hanya 1 - 2 menit kemudian dia pasti akan terlelap. Dan aku bisa meninggalkannya dalam mimpi-mimpinya. Good night, Bernard.

Saturday, August 20, 2011

Desire

Kadang, yang sering, manusia macam aku punya hasrat yang tidak biasa. Orang lain bisa melihatnya pada mataku sehingga mereka akan dapat menyatakan,"Kau! Ada hasrat menganiaya dalam dirimu." Juga untuk hasrat-hasrat lain yang terbendung dalam tubuh. Lontaran mulutku pun mengikuti hasrat itu sehingga aku akan mengejek habis-habisan dengan bahasa yang kupunya. Kadang tanpa bahasa sama sekali, namun bisa kupuaskan hasratku untuk mengejek, atau menganiaya. Dengan wajah tanpa dosa. Itu aku.

Friday, August 12, 2011

Landscape

Dari jendela kamar A 15, aku melihat deretan kabut merebut hijau tua pagi ini. Bahkan matahari 30 derajat tidak mampu bersekutu dengan mataku. Tetap saja ingin kulahap pemandangan indah ini. Walau kaki-kaki malas melangkah mengikuti mata. Abadi menjadi pemandangan.

Saturday, August 06, 2011

The shine rain

Duduk sendiri di rumah panjang
menikmati hujan cahaya.
Aku mendapatkan percikannya.
Cukup bagiku.

Thursday, August 04, 2011

Amazing Guest

Pagi-pagi tadi, sekitar jam 7, aku keluar karena panggilan Tio.
"Ada tamu, mbak."
Aku keluar dan kaget karena tidak menyangka dekat pintu ruangku berdiri seorang berpakaian hitam mengucap salam.
"Siapa?" Aku tidak mengenalnya.
Tapi aku langsung menyukai wajahnya. Bapak setengah baya tapi juga sangat muda, tersenyum lebar mengaku sebagai ustadz, mengulurkan tangan dengan bersahabat.
Lalu bertanya banyak hal. (Tidak memberiku ruang untuk bertanya. Sayang sekali karena perjumpaan kami hanya 25 menit yang pendek.)
"Apa hambatan saat menulis?"
"Apa yang kau pegang sehingga bertahan?"
Aku menjawab dengan antusias segala rupa ke orang asing ini, dan dia memberikan kritikan tanpa kuminta.
"Kau tidak orisional."
Ha!
Aku memprotesnya.
Dan dia pamit dengan memberikan berkat di dahiku disertai doa. Aku berharap suatu saat bertemu dia lagi.
"Mungkin di Vietnam ya Rm. Halim. Terimakasih." Namanya Rm. Halim, yang ustadz, sekaligus dukun, sekaligus pengelana. Salam kenal.

Leisurely Trip

Perjalanan santai aku lakukan seminggu lalu. Dari tanggal 21 - 29 Juli. Ke Jawa Timur. Aku (lagi-lagi) malas menulis detailnya. Tapi aku punya beberapa clue yang bisa kutulis supaya aku ingat pada perjalanan ini walaupun sampai nanti.
1. Mabuk (tidak biasanya Yuli mabuk perjalanan. Tapi kali ini aku harus minum antimo dan memakai masker sepanjang perjalanan berangkat. Pulangnya tidak perlu lagi.)
2. Mak Nyai. (aku menjadi Mak Nyai yang aneh dalam pesta Anton - Nita.)
3. Malang (aku melewati kota ini seolah-olah aku tidak mengenalnya, padahal... aku berdebar-debar.)
4. Pure Mandara Giri Semeru Agung. (yang agung sakral sekaligus hingar-bingar)
5. Nisan di bawah Semeru (ada keheningan, keindahan...)
6. Kinibalu (mampir ke Kinibalu melepas rindu dalam diskusi bersama Indro, Domin, Rm. Wawan, ... Rupanya aku punya ikatan kuat dengan mereka. I love you all.)
7. Larut malam di pasar Gringging (dua kali dalam beberapa hari. seolah aku masih hanya anak Pak Sam, bukan apa-apa yang lain.)
8. Rumah (rumah, ibu, makan, ...)
9. Mbak Lis dengan rumah barunya. (aku berdoa bagi kalian berempat.)
10. Yeni, Windra, Nanda, dalam kereta Bima. (aku rindu pada rumahku yang sesungguhnya. hanya di rumahkulah aku bisa tidur nyenyak. di Lampung.)

Friday, July 15, 2011

All kind of transportation

Dua hari terakhir aku melakukan perjalanan Lampung - Semarang. Males cerita isi perjalanan atau acaranya, tapi aku ingin cerita alat transportasi yang aku pakai. Hampir semua jenis aku pakai.
1. Tanggal 12 Juli 2011 naik mobil travel dari Bandarlampung ke Bakauheni. Memakai mobil jenis APV yang cukup longgar dengan sopir yang terkantuk-kantuk mencoba menyumbat matanya dengan kacang atom supaya tetep melek. Tapi kecepatan cukup tinggi dipakainya sehingga aku yang ada di sampingnya mesti pura-pura tidur supaya tidak ketakutan. Pukul 22.15 dari kantor agen, sekitar 00.00 tiba di pelabuhan Bakauheni dalam hujan deras. Aku bayar Rp. 35.000,- per orang.
2. Kapal ferry menyeberang selat Sunda. Bayar berapa ya, kok aku lupa. Rp. 11.500,- mungkin. Tapi di atas karena pengin tidur di ruang dingin aku tambah Rp. 8.000,- untuk masuk di ruang VIP, n tidur beneran.
3. Pukul 03.30 tiba di Merak, jalan kaki untuk dapat bis jurusan Kalideres. Pilih AC ekonomi bayar Rp. 18.00,- yang kebut turun di Cikokol pada pukul 06.00.
4. Turun di pinggir jalan ganti naik taksi ke bandara Soekarno Hatta seharga Rp. 50.000,-/ Waktu yang sangat mepet.
5. Penerbangan jam 08.05 jurusan Semarang dengan Sriwijaya Air. Cepat check in, bayar airport Rp. 40.000,- Pesawat jurusan Semarang hanya 50 menit sudah sampai di Bandara Ahmad Yani.
6. Acara di jl. Imam Bonjol, cari taksi seharga Rp. 35.000,-
7. Malam selesai acara naik becak ke stasiun Tawang, seharga Rp. 15.000,-.
8. Dapat tiket kereta api Senja Utama ke Senen seharga Rp. 105.000,- berangkat pukul 20.00. Tiba di Stasiun Jatinegara pukul 03.10.
9. Mampir ke rumah seorang teman untuk tidur sebentar, mandi dan makan pagi. Lalu naik taksi ke Gambir.
10. Cari tiket bis Damri jurusan Lampung, dapat yang eksekutif Rp. 150.000,- berangkat pukul 08.00. Sampai di Lampung 17.00, tentu saja setelah 2 setengah jam di kapal ferry.
11. Lalu naik ojek sampai rumah kembali 14 Juli 2011, Rp. 10.000.
Nah, lengkap to? Beberapa jenis alat transportasi aku pakai untuk perjalanan ini.

Tuesday, July 12, 2011

Highest and Lowest Point

Aku punya satu titik yang aneh. Saat berada di dalam persinggungan rotasi, titik ini menjadi titik tertinggi sekaligus titik terendah dalam putaran hidupku. Agak sulit dianalisa bagaimana dua posisi ekstrim itu bisa menyatu dalam satu titik. Efek yang tak terduga pun sangat potensial untuk muncul karena situasi ini sungguh di luar kendaliku. Aku hanya bisa mengekang ujung-ujung permukaannya saja, selebihnya, kedalamannya, tidak terkendali. Aneh.

Wednesday, July 06, 2011

Shah Rukh Khan

Sebelum aku membuat catatan berikut, aku ingin mengawalinya dengan mengatakan bahwa orang inilah yang bisa membuatku melek sampai jam 01.00 dini hari. Membuatku tidak jadi beli buku kedua Toto Chan untuk membeli biografinya. Rela menonton wajahnya dalam pose berulang-ulang. Meneteskan air mata untuk aktingnya yang yahud di My Name is Khan. (Ini film bagus banget tentang keberagaman di dunia dari kaca mata seorang idiot, seorang Khan, seorang yang punya cinta. Dan ini film yang bagus banget dengan Khan yang diperankan oleh Khan. Menarik. Sekitar 3 jam, separonya aku tonton dengan berurai air mata. Duhai.)

Jadi apa yang ingin aku catat tentang dia? Bahwa aku jatuh cinta padanya namun tidak mencintainya. (Tak mungkin aku mengatakan bahwa aku mencintainya. Hahaha...tidak. Tapi aku memang jatuh cinta.) Hanya yang ada dia film India kutonton selama ini. Selebihnya tidak minat. Lalu apa? Ya tidak ada lagi. Beberapa kata tak penting saja. Bahwa dia salah satu dari seluruh kelekatan yang masih kupunyai di dunia ini. Hahaha...gak penting kan? Sudah kubilang.

Shah Rukh Khan. Dia adalah satu satu sarana yang membantu imajinasiku tentang cinta tetap hidup. Bagian kecil tentang cinta.

Aku lupa sejak kapan.

Tuesday, July 05, 2011

Missing Moment!

Sudah satu minggu tak kulihat anak-anakku secara fisik (mereka berlibur tempat tantenya di Jakarta). Ada rindu luar biasa pada keributan yang dibuat mereka, pada kemarahan yang ditimbulkan mereka, pada kegembiraan yang dicipta oleh mereka, pada keprihatinan karena tingkah mereka, karena apapun yang mereka lakukan kalau dekat denganku.
Aku tahu mereka bisa menikmati liburan mereka dengan dinamika yang mereka alami saat jauh dari aku ibunya. Pagi siang sore malam aku telepon, mereka selalu dalam keasyikan sebuah moment. Tapi aku di rumah, ya ampun. Sampai rasanya pengin nangis, dan sudah nangis dengan sms ke adikku : "Please, peluk mereka untuk aku." Rasanya sepi... Padahal ini bukan kali pertama mereka tidak bersamaku. Ada banyak kali, seminggu bahkan lebih aku pergi dari rumah, tidak bertemu mereka secara fisik. Aku yang pergi dan mereka di rumah.
Ternyata rasanya beda ya. Pantas saja saat aku pergi terlalu lama dan mereka yang ada di rumah, Bernard sering komentar,"Gak enak kalau gak ada ibu." Kini aku yang ada di rumah dan mereka yang pergi, aku merasakannya, gak enak kalau gak ada anak-anak. Kalau mereka di kejauhan sana? Aduh, bahkan saat aku telpon pun mereka tidak mau ngangkat karena sedang asyik dalam permainan, perjalanan, percakapan,... Aduh.