Wednesday, August 24, 2011

Mateusz Tuniewicz

Dia orang Polandia yang menarik. Ceria, ramah. Dengan ringan bercerita dan bergerak, tentang apa saja. Termasuk tentang Bali yang rupanya menyimpan banyak kenangan. Tentang kerinduan pada anak-anaknya. Tentang kegelisahannya. Aku hanya sempat bercakap sebentar saat kegiatan di La Verna. Tentang kantor Fransiscan International di Bangkok yang digelutinya. Lalu aku titip salam untuk Sanjay, rekan sekantornya yang pernah berjumpa denganku di Kamboja.
Hanya selang 3 hari kemudian sebuah kabar menghentak.
"Tidak pasti, antara tanggal 11 atau 12 Agustus, Mateusz meninggal karena tenggelam di Bali. Diketahui dan mulai ditelusuri ketika istrinya menjemput di Bangkok dan dia tidak ada di penerbangan yang dijadwalkan."
Dia mestinya hanya transit sebentar menikmati Bali, tapi dia menjadikannya perhentian terakhir. Tidak ada yang bisa menahan duka seperti ini. Hanya pertemuan kilat, pun aku merasa kehilangan. Ikut dalam dukacita dan doa.
Dia telah dikremasi di Bali pada 20 Agustus 2011. Kenangannya akan jadi abadi.
Selamat jalan, Mateusz. Kau telah menyebarkan banyak inspirasi kepada banyak orang.

Tuesday, August 23, 2011

Sleep is Important

Waktu menjelang tidur, Bernard bertanya :
"Kenapa sih kita harus tidur?"
"Kalau tidak tidur badan kita akan kecapekan. Saat tidur, seluruh tubuh akan beristirahat mengumpulkan energi. Lagian, kalau tidak tidur Bernard tidak akan tambah besar, tidak tambah panjang, tidak akan gedhe. Segitu aja, kayak bayi. Mau?" Aku menjawab sambil menggaruk punggungnya.
"Oo, kalau gitu tidur itu penting ya, bu."
"Iya dong. Harus tidur, biar sehat."
"Tapi ibu malah selalu membangunkan aku walo masih tidur. Padahal kan penting." Menjawab gitu punggungnya yang menghadapku.
"Ya lain. Kalau tidak ibu bangunin, telat terus bangunnya. Itu soal lain dong, Nard."
"Hmmm, tetep aja, bu. Tidur itu kan penting. Jadi gak usah dibangunin kayak gitu." Huh, terpaksa ku cubit pantatnya.
"Mau cari alasan aja ya, biar gak bangun pagi-pagi ya. Sudah, tidur. Good night, Bernard."
"Good night, ibu. Selamat tidur. Mimpi indah. Bangun pagi-pagi." Hehehe, ritual ucapannya menjelang tidur gak berubah juga sejak bertahun-tahun, eh 2 - 3 tahun ini. Selalu itu yang diucapkan menjelang tidur. (Aku pernah memprotesnya tapi dia tidak berubah. "Kan betul biar mimpi indah. Kan betul besok harus bangun pagi-pagi.")
Usai itu, dia akan menutup mulutnya, karena kalau ada suara sedikit saja aku akan menghentikan garukan di punggungnya. Dan biasanya tidak lama, hanya 1 - 2 menit kemudian dia pasti akan terlelap. Dan aku bisa meninggalkannya dalam mimpi-mimpinya. Good night, Bernard.

Saturday, August 20, 2011

Desire

Kadang, yang sering, manusia macam aku punya hasrat yang tidak biasa. Orang lain bisa melihatnya pada mataku sehingga mereka akan dapat menyatakan,"Kau! Ada hasrat menganiaya dalam dirimu." Juga untuk hasrat-hasrat lain yang terbendung dalam tubuh. Lontaran mulutku pun mengikuti hasrat itu sehingga aku akan mengejek habis-habisan dengan bahasa yang kupunya. Kadang tanpa bahasa sama sekali, namun bisa kupuaskan hasratku untuk mengejek, atau menganiaya. Dengan wajah tanpa dosa. Itu aku.

Friday, August 12, 2011

Landscape

Dari jendela kamar A 15, aku melihat deretan kabut merebut hijau tua pagi ini. Bahkan matahari 30 derajat tidak mampu bersekutu dengan mataku. Tetap saja ingin kulahap pemandangan indah ini. Walau kaki-kaki malas melangkah mengikuti mata. Abadi menjadi pemandangan.

Saturday, August 06, 2011

The shine rain

Duduk sendiri di rumah panjang
menikmati hujan cahaya.
Aku mendapatkan percikannya.
Cukup bagiku.

Thursday, August 04, 2011

Amazing Guest

Pagi-pagi tadi, sekitar jam 7, aku keluar karena panggilan Tio.
"Ada tamu, mbak."
Aku keluar dan kaget karena tidak menyangka dekat pintu ruangku berdiri seorang berpakaian hitam mengucap salam.
"Siapa?" Aku tidak mengenalnya.
Tapi aku langsung menyukai wajahnya. Bapak setengah baya tapi juga sangat muda, tersenyum lebar mengaku sebagai ustadz, mengulurkan tangan dengan bersahabat.
Lalu bertanya banyak hal. (Tidak memberiku ruang untuk bertanya. Sayang sekali karena perjumpaan kami hanya 25 menit yang pendek.)
"Apa hambatan saat menulis?"
"Apa yang kau pegang sehingga bertahan?"
Aku menjawab dengan antusias segala rupa ke orang asing ini, dan dia memberikan kritikan tanpa kuminta.
"Kau tidak orisional."
Ha!
Aku memprotesnya.
Dan dia pamit dengan memberikan berkat di dahiku disertai doa. Aku berharap suatu saat bertemu dia lagi.
"Mungkin di Vietnam ya Rm. Halim. Terimakasih." Namanya Rm. Halim, yang ustadz, sekaligus dukun, sekaligus pengelana. Salam kenal.

Leisurely Trip

Perjalanan santai aku lakukan seminggu lalu. Dari tanggal 21 - 29 Juli. Ke Jawa Timur. Aku (lagi-lagi) malas menulis detailnya. Tapi aku punya beberapa clue yang bisa kutulis supaya aku ingat pada perjalanan ini walaupun sampai nanti.
1. Mabuk (tidak biasanya Yuli mabuk perjalanan. Tapi kali ini aku harus minum antimo dan memakai masker sepanjang perjalanan berangkat. Pulangnya tidak perlu lagi.)
2. Mak Nyai. (aku menjadi Mak Nyai yang aneh dalam pesta Anton - Nita.)
3. Malang (aku melewati kota ini seolah-olah aku tidak mengenalnya, padahal... aku berdebar-debar.)
4. Pure Mandara Giri Semeru Agung. (yang agung sakral sekaligus hingar-bingar)
5. Nisan di bawah Semeru (ada keheningan, keindahan...)
6. Kinibalu (mampir ke Kinibalu melepas rindu dalam diskusi bersama Indro, Domin, Rm. Wawan, ... Rupanya aku punya ikatan kuat dengan mereka. I love you all.)
7. Larut malam di pasar Gringging (dua kali dalam beberapa hari. seolah aku masih hanya anak Pak Sam, bukan apa-apa yang lain.)
8. Rumah (rumah, ibu, makan, ...)
9. Mbak Lis dengan rumah barunya. (aku berdoa bagi kalian berempat.)
10. Yeni, Windra, Nanda, dalam kereta Bima. (aku rindu pada rumahku yang sesungguhnya. hanya di rumahkulah aku bisa tidur nyenyak. di Lampung.)

Friday, July 15, 2011

All kind of transportation

Dua hari terakhir aku melakukan perjalanan Lampung - Semarang. Males cerita isi perjalanan atau acaranya, tapi aku ingin cerita alat transportasi yang aku pakai. Hampir semua jenis aku pakai.
1. Tanggal 12 Juli 2011 naik mobil travel dari Bandarlampung ke Bakauheni. Memakai mobil jenis APV yang cukup longgar dengan sopir yang terkantuk-kantuk mencoba menyumbat matanya dengan kacang atom supaya tetep melek. Tapi kecepatan cukup tinggi dipakainya sehingga aku yang ada di sampingnya mesti pura-pura tidur supaya tidak ketakutan. Pukul 22.15 dari kantor agen, sekitar 00.00 tiba di pelabuhan Bakauheni dalam hujan deras. Aku bayar Rp. 35.000,- per orang.
2. Kapal ferry menyeberang selat Sunda. Bayar berapa ya, kok aku lupa. Rp. 11.500,- mungkin. Tapi di atas karena pengin tidur di ruang dingin aku tambah Rp. 8.000,- untuk masuk di ruang VIP, n tidur beneran.
3. Pukul 03.30 tiba di Merak, jalan kaki untuk dapat bis jurusan Kalideres. Pilih AC ekonomi bayar Rp. 18.00,- yang kebut turun di Cikokol pada pukul 06.00.
4. Turun di pinggir jalan ganti naik taksi ke bandara Soekarno Hatta seharga Rp. 50.000,-/ Waktu yang sangat mepet.
5. Penerbangan jam 08.05 jurusan Semarang dengan Sriwijaya Air. Cepat check in, bayar airport Rp. 40.000,- Pesawat jurusan Semarang hanya 50 menit sudah sampai di Bandara Ahmad Yani.
6. Acara di jl. Imam Bonjol, cari taksi seharga Rp. 35.000,-
7. Malam selesai acara naik becak ke stasiun Tawang, seharga Rp. 15.000,-.
8. Dapat tiket kereta api Senja Utama ke Senen seharga Rp. 105.000,- berangkat pukul 20.00. Tiba di Stasiun Jatinegara pukul 03.10.
9. Mampir ke rumah seorang teman untuk tidur sebentar, mandi dan makan pagi. Lalu naik taksi ke Gambir.
10. Cari tiket bis Damri jurusan Lampung, dapat yang eksekutif Rp. 150.000,- berangkat pukul 08.00. Sampai di Lampung 17.00, tentu saja setelah 2 setengah jam di kapal ferry.
11. Lalu naik ojek sampai rumah kembali 14 Juli 2011, Rp. 10.000.
Nah, lengkap to? Beberapa jenis alat transportasi aku pakai untuk perjalanan ini.

Tuesday, July 12, 2011

Highest and Lowest Point

Aku punya satu titik yang aneh. Saat berada di dalam persinggungan rotasi, titik ini menjadi titik tertinggi sekaligus titik terendah dalam putaran hidupku. Agak sulit dianalisa bagaimana dua posisi ekstrim itu bisa menyatu dalam satu titik. Efek yang tak terduga pun sangat potensial untuk muncul karena situasi ini sungguh di luar kendaliku. Aku hanya bisa mengekang ujung-ujung permukaannya saja, selebihnya, kedalamannya, tidak terkendali. Aneh.

Wednesday, July 06, 2011

Shah Rukh Khan

Sebelum aku membuat catatan berikut, aku ingin mengawalinya dengan mengatakan bahwa orang inilah yang bisa membuatku melek sampai jam 01.00 dini hari. Membuatku tidak jadi beli buku kedua Toto Chan untuk membeli biografinya. Rela menonton wajahnya dalam pose berulang-ulang. Meneteskan air mata untuk aktingnya yang yahud di My Name is Khan. (Ini film bagus banget tentang keberagaman di dunia dari kaca mata seorang idiot, seorang Khan, seorang yang punya cinta. Dan ini film yang bagus banget dengan Khan yang diperankan oleh Khan. Menarik. Sekitar 3 jam, separonya aku tonton dengan berurai air mata. Duhai.)

Jadi apa yang ingin aku catat tentang dia? Bahwa aku jatuh cinta padanya namun tidak mencintainya. (Tak mungkin aku mengatakan bahwa aku mencintainya. Hahaha...tidak. Tapi aku memang jatuh cinta.) Hanya yang ada dia film India kutonton selama ini. Selebihnya tidak minat. Lalu apa? Ya tidak ada lagi. Beberapa kata tak penting saja. Bahwa dia salah satu dari seluruh kelekatan yang masih kupunyai di dunia ini. Hahaha...gak penting kan? Sudah kubilang.

Shah Rukh Khan. Dia adalah satu satu sarana yang membantu imajinasiku tentang cinta tetap hidup. Bagian kecil tentang cinta.

Aku lupa sejak kapan.

Tuesday, July 05, 2011

Missing Moment!

Sudah satu minggu tak kulihat anak-anakku secara fisik (mereka berlibur tempat tantenya di Jakarta). Ada rindu luar biasa pada keributan yang dibuat mereka, pada kemarahan yang ditimbulkan mereka, pada kegembiraan yang dicipta oleh mereka, pada keprihatinan karena tingkah mereka, karena apapun yang mereka lakukan kalau dekat denganku.
Aku tahu mereka bisa menikmati liburan mereka dengan dinamika yang mereka alami saat jauh dari aku ibunya. Pagi siang sore malam aku telepon, mereka selalu dalam keasyikan sebuah moment. Tapi aku di rumah, ya ampun. Sampai rasanya pengin nangis, dan sudah nangis dengan sms ke adikku : "Please, peluk mereka untuk aku." Rasanya sepi... Padahal ini bukan kali pertama mereka tidak bersamaku. Ada banyak kali, seminggu bahkan lebih aku pergi dari rumah, tidak bertemu mereka secara fisik. Aku yang pergi dan mereka di rumah.
Ternyata rasanya beda ya. Pantas saja saat aku pergi terlalu lama dan mereka yang ada di rumah, Bernard sering komentar,"Gak enak kalau gak ada ibu." Kini aku yang ada di rumah dan mereka yang pergi, aku merasakannya, gak enak kalau gak ada anak-anak. Kalau mereka di kejauhan sana? Aduh, bahkan saat aku telpon pun mereka tidak mau ngangkat karena sedang asyik dalam permainan, perjalanan, percakapan,... Aduh.

Monday, June 27, 2011

Cooking and Eating

Aku suka makan, makanya aku suka nonton Master Chef. Hmmm...gak ada hubungannya ya? Ada! Karena suka makan, pasti aku akan dekat-dekat dengan makanan. Tidak selalu makanan itu adalah masakan, karena ada makanan yang tidak harus dimasak. Dan juga tidak harus ada penyajian khusus, makanan bisa diambil begitu saja dan dimakan. Misalnya jambu biji samping rumahku. Tinggal petik saja bisa langsung masuk mulut.
Tapi sejujurnya, selain aku suka makan aku juga suka masak. Tepatnya eksperimen memasak (iya, karena gak semua masakanku kemudian jadi enak dimakan. hehehe...). Jadi semua bahan aku bisa bumbui dengan cara apapun. Akhir-akhir ini suka banget buat sayur bening, maka semua daun aku masak bening. Bayam, katuk, labu, kangkung, kemangi, sawi, wortel, kacang panjang, dll. Bergantian dibening. Membuatnya sangat gampang, tinggal keprek bawang merah putih, tambah gula dan garam, sudah jadi. Dan semua lauk bisa masuk. Mau ikan, ayam, daging, atau tempe tahu bakwan, bisa cocok dengan sayur bening. Karena sayur bening dengan rasa yang sederhana itu tidak akan bentrok dengan bumbu lauknya. Hehehe...kira-kira begitulah. (Tapi alasan utamanya sih karena cepat dibuat, 5 menit asal semua sudah dipotong dibersihkan dan air sudah mendidih, dapat dipastikan sudah dapat langsung disantap.)
Tapi ada hari-hari aku tidak mau memasak. Aku punya banyak alasan untuk tidak memasak pada satu hari itu. Gak usah tanya! Maka, ada menu-menu andalan dekat rumah yang murah meriah enak dan lahap disantap orang serumah :
1. Sarapan : bisa dipilih lontong sayur, nasi uduk, bubur, roti tawar, atau kue-kue yang dijajakan keliling.
2. Makan siang : silakah pilih pecel, dan soto ayam (dekat rumah warungnya). Kalau mau keluar gang, ada pilihan buanyak di warung padang, warung tegal atau di rumah Wawak! (hahahaha....yang terakhir disebut ni gak perlu bayar)
3. Makan malam : wah, gak bisa ditulis pilihannya. Banyak nian sepanjang jalan dari Hajimena hingga Tanjungkarang. Gak usah disebutlah.
Nah, ada yang tanya pagi ini aku masak apa? Aku masak lodeh tahu, tempe dan kentang yang aku campur cabe merah 2 biji. Goreng ayam. Dan ada krupuk.
Ada yang tanya nanti sore aku masak apa? Belum tahu. Mungkin tidak masak, karena sudah beberapa hari ini aku sangat ingin makan bebek. Dan aku belum bisa mengolah bebek yang enak. Jadi kayaknya mampir aja ya, beli di Rajabasa. Hmmm....

Friday, June 24, 2011

Starting Points

Setiap orang akan melakukan loncatan-loncatan dalam hidupnya. Seringkali loncatan itu dilakukan dengan sadar, namun tak jarang terjadi dengan tanpa sengaja, tidak disadari. Dan sangat mungkin itu terjadi pada waktu yang tidak diketahui.
Maka, PR terbesar dan dominan adalah siap sedia, selalu siap melakukan loncatan-loncatan. Memenuhi hidup dengan membuat ancang-ancang. Posisi seluruh tubuh sadar, merencanakan sebuah loncatan, sekaligus siap jika kesempatan tak terduga untuk meloncat.

Thursday, June 23, 2011

Enjoy The Pressure Time

Bagaimana jika suatu keranjang hari penuh dengan bulatan-bulatan tekanan? Pilihannya adalah tidak memperdulikannya, berlalu begitu saja dengan kalimat,"Emang gue pikirin?" Huff, senangnya kalau bisa seperti itu. Namun seringkali tubuh tidak sekuat yang terbayang. Tubuh mempunyai sinyal-sinyal tanda keterbatasan. Sakit kepala, diare, lemas, tak bisa menggerakkan beberapa bagian tubuh, dll adalah tanda yang nyata.
Aku sering bilang,"Nikmatilah." Huff, ini pun tidak mudah. Bagaimana bisa menelan bulatan-bulatan tekanan dengan nikmat seolah makan bakso urat Malang yang gurih dan sedap? Dan ketika sudah tercerna oleh lambung dia menggelembung menjadi bagian-bagian energi gerak kita. Aduh, aku ingin belajar seperti ini. Aku sedang cari caranya. Ya, dengan terus menerus mau menerima tekanan dalam hari-hariku. Dengan senyuman.

Thursday, June 16, 2011

Tree of Thinking

Pikiran tidak mungkin lurus-lurus saja. Seperti pohon, dia akan mempunyai cabang-cabang, ranting-ranting, dan juga akar-akar yang menjalar kemana-mana. Beberapa pohon punya standar kualitas yang ditentukan oleh keberadaan cabangnya. Misalnya pohon jati, semakin tinggi cabang baru muncul maka dia akan semakin dicari, karena batangnya akan lurus dengan tekstur yang teratur. Ranting-ranting kecil tak masalah tapi jangan bengkok.
Lalu, bagaimana kualitas pikiranku ini jika di pangkalnya pun sudah bercabang-cabang? Tak mungkin aku disamakan dengan pohon jati. Mungin sama dengan perdu yang bahkan cabang rantingnya tak terhitung menyentuh tanah, tidak tinggi menjulang. Aku tak bisa berhenti pada satu pikiran lalu lurus begitu saja terpikat pada hal itu. Aku meloncat dari satu pikiran ke pikiran lain, merangkai membentuk cabang ranting. Kadang selesai sampai ujungnya hingga rimbun dengan daun bunga dan buah. Tapi sering juga tak selesai, sehingga tak ada satu bunga buah pun di ranting itu. Hanya ranting saja, kering, lalu patah. Ah...

Wednesday, June 15, 2011

My Husband Birthday

Hei, selamat ulang tahun. Mengenalmu belasan tahun yang lalu membuatku sangat ge-er setengah mati. Aku adalah makluk ciptaan yang diberi banyak keberuntungan. Puncaknya adalah ketika aku mendapatkan dirimu sebagai pasangan hidup. Laki-laki yang naik begitu saja ke kebun teh, tak mengerti mengapa harus datang, tapi menawarkan pertemanan dan mengantar mengelilingi pucuk-pucuk teh di ketinggian Kertowono. Masih juga heran ketika berani mengucap janji sehidup semati di depan altar dan sampai sekarang masih heran juga melihatku setiap pagi. Seolah-olah aku adalah peri aneh yang menyusup mengganggu hidupnya hingga tidak bisa tenang nyaman mapan seperti kebanyakan suami. Hahaha, selamat ulang tahun. Mari berpesta hari ini.

Tuesday, June 14, 2011

Angry!

Apa salahnya marah? Boleh. Tentu saja boleh marah. Aku sering marah. Kenapa tidak? Pun akhir-akhir ini aku sangat sering marah. Karena anak-anak tak menurut, suami yang tak paham, teman yang berkhianat, yang kuanggap penting tidak dianggap sama orang lain, situasi yang tak berubah juga, dll.dll.dll. Aku punya banyak alasan untuk marah, dan sudah kulakukan.

Lalu apa? Setelah marah, selanjutnya apa? Apakah marah adalah tujuanku? Tidak. Marah adalah loncatan api emosi. Bisa tak terkendali, tapi itu bukan tujuan. Kalau tujuanku hanya marah, sudah tercapai saat itu, saat ini. Kan aku sudah marah.

Tapi bukan seperti itu. Bukan. Aku marah karena ada hal lain yang sedang kutuju, maka aku sedang belajar untuk tidak berhenti hanya pada marah. Marah adalah salah satu sarana untuk sampai pada tujuan sejatiku. Marah boleh, tapi bukan itu tujuanku. Marah hanya sarana bagi jiwaku yang masih butuh mengekspresikan emosi. Begitulah.

(Ini pemahaman yang terus menerus kucekokkan pada diriku sendiri. Come on, Yuli. Growth up!)

Monday, June 13, 2011

Holy Spirit in The Sea

Mengunjungi laut menjadi kesenangan luar biasa bagiku. Apalagi setelah sekian lama tidak mencium bau air asin seperti itu. Melihat anak-anak dan bapaknya asyik memancing di rakit terapung sekitar 50-an meter ke laut, tiduran saja sambil pegang tali senar pancing, kali-kali ada ikan nyangkut, melihat langit cerah, sesekali memasukkan tangan ke air, sesekali ambil foto kanan kiri, sering-sering membuka tas ambil cemilan,... ha sampai besok pagi pun aku betah. Hitam kelam terbakar juga tidak terasa. Itu yang kulakukan sepanjang hari minggu kemarin, tepat Pesta Pentakosta. Kami mengais Roh Kudus di tepian Mutun Beach. Dan Roh Kudus turun dalam rupa-rupa bentuk. Ikan, rumpon, pasir, anak-anak,...etc. Bertaburan hingga amis sekujur tubuh. (Hehehe...nyambung gak sih.)

Friday, June 10, 2011

Travelling into heart


Aku dulu berasal dari sebuah guci. Guci ajaib yang menyimpanku rapat, membuatku nyaman, tidak ingin kemana-mana. Guci itu aman bagiku walau mudah retak. Keretakan pertama kedua ketiga hingga kesekian ratus masih membuatku bertahan, tapi kemudian tiba-tiba aku sudah di luar. Aku berada di jalanan, menggelandang. Sesekali kuingat aku melewati banyak perjalanan. Ke banyak tempat. Bertemu banyak orang.
Baru saja, pagi ini, saat aku hanya duduk di kebekuan, aku teringat kembali pada guciku. Guci ajaib yang pernah menyimpanku. Aku melongok dan melihat bahwa guci itu utuh. Ajaib, tidak ada bekas retak dan patah di dalamnya. Maka, aku akan menata ranselku, untuk memulai perjalanan kembali. Kali ini, perjalanan ke dalam, bukan keluar. Perjalanan menjelajah guciku, dekat sini.

Wednesday, June 08, 2011

Sorry, I want it for myself!


Tak ada untukmu, tak ada untuk kalian, tak ada untuknya, tak ada untuk mereka! Aku menginginkan untukku sendiri! Jadi mau apa? Walau dirayu seperti apa tak akan kubagi untuk siapapun, terlebih dirimu!

(I want be egois. I want everything for myself. My body, my times, my smiles, my talents, my everything...)